Bab 14: The Only Daughter

21K 1.4K 76
                                    

Hari sabtu pagi, biasanya Arianna akan menghabiskan waktunya dengan bersih-bersih. Mencuci baju, memasak, menyapu, mengepel dan lain sebagainya. Di hari-hari biasa pekerjaan seperti ini Firdha yang akan menghandle, tapi jika Arianna libur dia sendiri yang akan turun tangan.

Arianna yang baru saja selesai memandikan Sisi, langsung mendadani anaknya secantik mungkin. Dress pendek berwarna pink lembut dengan motiv bunga-bunga menjadi pilihannya, rambutnya ia kuncir kuda, memudahkan anaknya saat akan beraktifitas nanti.

Setelah dirasanya semua cukup, ia memutar tubuh mungil Sisi memeriksa tampilan anaknya. ia tersenyum bangga mempunyai anak secantik Sisi, di dandani seperti apapun anaknya akan tetap menawan.

"Perfect" Ucapnya senang, ia mengacungkan dua jempolnya kearah Sisi. "Anak bunda emang paling cantik" Arianna lalu mencium pangkal hidung Sisi gemas.

Sisi tersenyum lebar mendengar pujian Arianna, ia membalikkan tubuhnya menghadap cermin besar yang ada dibelakangnya. Benar kata bundanya, ia memang cantik.

"Cepatu Cici mana ndaa..?" tanyanya saat ingat ia belum memakai alas kaki.

Arianna menepuk jidatnya pelan "Oh iyaa, bentar bunda ambilin" perempuan itu segera berbalik. Kemudian, berlalu mengambil koleksi sepatu Sisi yang ia susun rapi diujung kamar.

Seraya memasang sepatu Sisi, Arianna mengamati lekat-lekat wajah putrinya. Wajahnya tampak sangat cerah dihiasi senyuman. Secerah warna pakaian yang dikenakannya. Arianna mendesah, ia harus merelakan hari sabtu ini tanpa Sisi.

"Sisi sarapan dulu yuuk.." Arianna bangkit dari posisi jongkoknya, berniat mengajak Sisi kedapur dan sarapan. Sejak tadi Sisi selalu menolak jika disuruh sarapan, padahal ini sudah jam setengah 10.

"Nggak mau aah, Cici mau nunggu ayah dulu" ia menepis tangan Arianna yang mencoba menggandengnya, kemudian menyilangkan kedua tangannya didepan dada.

"Tapi kan ayah kesininya masih jam 10 sayang, masih 30 menit lagi." Ia menyentuh pundak Sisi lembut, mensejajarkan kembali tubuhnya dengan tubuh Sisi "Kamu tau kan 30?" Ia membuat jarinya membentuk angka tiga dan nol "itu banyak sayang.."

Sisi merengut, ia memalingkan wajahnya kesal. Ia kan hanya sarapan bareng ayahnya, tapi kenapa bundanya tak mau mengerti sih? Ia jadi sebal sendiri.

"Anak ayah harus sarapan dulu" Suara Raffi menginterupsi, pasangan anak dan ibu itu menoleh kesumber suara.

"Ayaah!!!" teriak Sisi senang. Seketika itu juga ekspresi Sisi langsung berubah ceria, ia berjalan menghampiri ayahnya, Arianna pun menegakkan tubuh. Menatap interaksi anaknya dan Raffi yang masih setia menyender dipintu kamar Sisi. Laki-laki itu bahkan sudah menganggap rumahnya seperti rumah sendiri, masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Ingin rasanya Arianna memarahi Raffi, tapi melihat wajah bahagia Sisi membuatnya memendam perasaan kesal itu dalam-dalam.

"Ayah, ayah coba lihat Cici. Cici cantik nggak?" celoteh Sisi sesaat setelah sampai didepan Raffi. ia memutar-memutar tubuhnya seraya mengangkat ujung dressnya.

Raffi tersenyum sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah imut Sisi. Mirip Arianna dulu, Ia menyodorkan dua tangannya berniat merengkuh Sisi dalam gendongannya.

Tapi dengan cepat, gadis kecil itu menolak uluran tangan Raffi "Ayah, jangan gendong Cici, nanti baju Cici kucut" Sisi mengerucutkan bibirnya kesal. Huh.. kenapa ayah dan bundanya rewel sekali sih hari ini?

"Haahh?" Arianna melongo mendengar perkataan Sisi, Ya tuhaan, anaknya ini kenapa centil sekali sih. "Yasudah ayo Sisi sarapan" Ia berjalan mendekat, berniat mengajak Sisi untuk sarapan.

Sisi segera menoleh saat mendengar suara Arianna menyebut kata sarapan. matanya langsung berbinar "Sama ayah ya?" serunya cepat.

Melihat keceriaan yang terpancar diwajah Sisi membuatnya tak tega kalau harus melarang.

My DaughterWhere stories live. Discover now