Part IV

1K 54 21
                                    


"HAHAHA!"

Tawa rapsy itu menggelegar sedemikian rupa. Mikha terus memegang perutnya dan wajahnya pun memerah menahan tawa yang lebih besar. Caitlin mendecak kesal kemudian memukul asal dada bidang mikha.

Melihat caitlin memejamkan mata erat sambil berkata...

"Mikha, menjauhlah dari ku!"

"Apa yang kau lakukan?!"

"Awas kalau kau berani macam-macam!"

Hey itu lucu!

"Berhentilah tertawa! Itu sama sekali tidak lucu!" Bibir cait mengerucut maju. Sebelas duabelas dengan ikan di dalam aquarium andrew.
Mikha berusaha menghentikan tawanya kemudian mengatur nafasnya perlahan.

"Lagipula kau tidak memberitahu ku kalau kau sudah memakai celana!" Caitlin berbalik sambil mengehentakan kakinya kasar. Tapi,

Srettttt....

"Dasar, bodoh. Jalan saja tidak bisa."

Caitlin terdiam. Tubuhnya kini dalam dekapan hangat mikha. Asal kalian tahu, kalau-kalau caitlin adalah coklat batangan, bisa di pastikan ia meleleh sekarang. Tubuh mikha yang sebenarnya dingin karena air mandi tapi belum sepenuhnya kering, malah terasa begitu hangat dan menenangkan. Genggaman telapak tangan mikha di bahu cait benar-benar memberi rasa aman. Dan dua iris matanya yang hazel seperti memberi keteduhan yang dalam bagi cait.

Mereka sama-sama terdiam. Masih di dalam kamar mandi. Dan cait dalam dekapan mikha. Tidak ada suara atau gerakan sedikitpun. Mereka nyaman ada di posisi itu. Sangat-amat-teramat nyaman.

"Mikha! Caitlin! Cepatlah bangun, kami me-"

"Oh maaf jika aku mengganggu kalian. Lanjutkan saja."

Mereka bangkit dari posisinya masing-masing setelah reuben menutup pintu kamarnya kembali. Wajah keduanya sama-sama memerah karena reuben tiba-tiba membuka pintu kamar mereka yang berhadapan langsung dengan pintu kamar mandinya. Melihat mereka di posisi seperti itu, geeezz..

"Aku akan mandi. Turun saja duluan kalau kau sudah lapar." Caitlin meraih handuk dan pakaiannya kemudian berjalan -masih dengan wajah tertunduk masuk ke kamar mandi melewati mikha.

Dengan cepat cait menutup pintu kamar mandi dan bersandar di baliknya. Tanganya seakan dibimbing untuk merasakan sesuatu yang dahsyat di balik dadanya. Jantungnya berdetak dengan tempo jauh diatas batas normal. Cait tak memikirkan apapun, ia juga tak berani bergumam sedikitpun tentang mikha. Takut kalau vampire itu mendengarnya.
Gadis surai tembaga itu menghembuskan nafasnya berat. Seakan baru saja kehilangan banyak oksigen.

Dan hal sama dilakukan oleh mikha di luar sana. Ia duduk di tepi ranjangnya sambil mengusap dadanya, berharap volume detak jantungnya berkurang.

Oh ada apa mereka. Kenapa mereka menggemaskan?

Selesai mandi, cait menata sebentar rambutnya di depan meja rias. Dia tampak manis dengan setelan kemeja putih yang dimasukan ke celana jeans pendeknya. Rambutnya di jepit satu sisi ke arah belakang. Cait tak pernah memakai riasan sama sekali jika memang itu tidak penting. Bahkan bedak sekali pun. Tapi tetap saja wajah cantiknya tidak bisa di sembunyikan.

Cait segera berdiri dan berjalan menuju pintu untuk turun dan bergabung dengan yang lain di meja makan. Mikha mungkin sudah turun dari tadi.

"Selamat pagi semua, maaf aku sedikit terlambat. Lain kali tak akan terjadi lagi." Caitlin tersenyum dengan sedikit nada penyesalan dalam kalimatnya. Ia menarik kursi di sebelah mikha dan duduk dengan tenang.

FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang