Part IX

1K 60 16
                                    

Sinar matahari yang sedikit meyilaukan itu jatuh tepat di wajah sepasang manusia yang tengah tertidur pulas di atas ranjang kingsize putihnya.

Deringan ponsel yang memekakan telinga, membuat salah satu dari mereka terbangun dan dengan terpaksa mengambil benda pipih yang di letakannya di takas sebelah ranjangnya.

"Halo, oh mom. Ada apa?"

"Iya mom."

"Iya. Bye mom."

Gadis bermata raven itu meletakan kembali ponselnya di takas coklat keemasan di samping ranjangnya.
Ia mengubah posisinya menjadi duduk dengan bantal yang ia jadikan sandaran punggungnya.

Ekor matanya melirik pria yang masih pulas tertidur di sampingnya dan kemudian mengalihkan pandangan sebentar ke tubuhnya.
Helaan nafas yang diikuti erangan kecil itu keluar dari bibirnya.
Perasaannya kini tidak jelas. Antara sedih senang, menyesal, tersipu dan ya sejenis itu. Melihat tubuhnya dan pria di sampingnya yang hanya di balut dengan selimut tebal membuatnya sedikit bergidik ngeri saat memutar kembali kejadian semalam.

Ya, semalam caitlin dan mikha benar-benar melakukannya. Walau awalnya hanya karena kecemburuan bodoh si angelo itu. Dan walaupun itu bodoh, cait menyukainya.

Dia meremas asal surainya yang terurai berantakan. Caitlin memang masih ragu dengan mikha. Tapi apa boleh buat? Semua sudah terjadi.
Ya, paling tidak prinsip hidup cait berjalan dengan baik.

Tidak ada hubungan badan sebelum pernikahan.

sekali lagi, caitlin menghela nafas beratnya, kemudian bangkit memungut pakaian-pakaiannya yang berserakan karena angelo yang satu itu.
Ia segera mengenakannya dan berlari kecil menuju kamar mandi.
Caitlin membersihkan tubuhnya dan ia memutuskan untuk berendam sebentar di bathup.

Selesai berendam, cait segera mengeringkan tubuhnya dan mengenakan pakaian yang sempat ia ambil sebelum masuk ke kamar mandi tadi.

Ia keluar dari kamar mandi sambil melirik ke arah ranjang yang tadi ia tiduri. Prianya masih tertidur pulas dengan guling di dekapannya.
Cait tersenyum kecil. Wajah mikha begitu manis saat ia tidur.
Setidaknya seperti itu sampai dia bangun dan mulai menceramahi cait.

Gadis itu bersiap mengenakan alas kakinya kemudian memutar knop pintunya. Ia pergi ke lantai bawah untuk mencari beberapa makanan di cafe hotel.
Hotel ini tidak menyediakan sarapan gratis. Dan itu menyebalkan.

Setelah memesan dua omelet juga kentang goreng ukuran jumbo plus dua cup hot coffe, cait langsung kembali ke kamarnya.

Baru selesai mengunci pintu, suara rapsy menyapanya dingin.

"Dari mana? Sarapan dengan mantan pacarmu yang tampan itu?" Mikha menyilangkan dua tanganbya di depan dada yang polos itu. Mikha hanya mengenakan celana longgar yang semalam di pakainya.

Caitlin mendecak pelan. Bisa-bisa nya semalam dia menyetuh cait dan kini sikapnya kembali seperti batu es.

"Kau pikir aku wanita macam apa." Balas cait singkat kemudian melangkah ke sofa di depan tv. Ia mengeluarkan dan menata semua yang ia beli tadi dari kantung plastik berlogokan HZ.
Yang artinya, cafe itu adalah salah satu usaha milik horizon corp.

Tak lama kemudian mikha ikut menyusul dan duduk tepat di sebelah cait. Ia menyahut cup coffe yang baru akan cait tata di meja.

Dengan cepat, cait memukul pergelangan tangan mikha dan merebut cup itu kembali.

"Tidak akan ada makanan sebelum mandi." Cait menggoyangkan jari telunjuk kanannya di depan wajah mikha. Pria itu megerutkan alisnya tak terima.

"Dan aku lapar. Lalu kau mau apa?" Jawab mikha dilanjutkan aksi tangannya yang mengambil kentang goreng dihadapannya.
Cait menajamkan pandangannya dan sedetik kemudian ia menghela nafas seolah pasrah dan tak peduli lagi degan syarat yang ia berikan tadi.

FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang