PART XXI

847 71 44
                                    

Caitlin memantapkan langkahnya ke pusat koridor. Banyak orang menatapnya sekilas dengan senyum di bibir mereka.
Ya, belakangan ini, kabar hubungannya dengan mikha dan soal kehamilan gadis itu menjadi perbincangan hangat.

Semenjak menikah dengan mikha, caitlin yang awalnya hanya gadis biasa yang tak di kenal banyak orang, tiba-tiba saja jadi bahan pembicaraan.
Apa lagi kalu bukan karena mikha lah mahasiswa terpopuler di fakultasnya?

Bukan hanya fakultasnya saja sebenarnya. Mikha hampir di kenal oleh setiap orang di universitasnya.
Caitlin benar-benar sangat tak peduli dengan lingkungan belajarnya saat itu.

"Ini dia." Caitlin memejamkan matanya sekikas. Berusaha meyakinkan dirinya tentang hipotesa yang baru beberapa menit lalu ia simpulkan.

Matanya menyusur satu persatu kabin-kabin buku yang sudah fi urutkan sesuai jenis dan abjad awalnya.

"Gadis pintar. Aku tau kau akan paham maksud pesanku."

Caitlin menoleh ke arah suara baritone yang sangat di kenalnya.
Pria itu berdiri bersandar pada rak buku ensycopedia dengan satu tangan yang ia masukan dalam sakunya.

Seulas senyum caitlin pamerkan dan dengab langkah pasti ia menghampiri pria itu.

"Sudah aku duga. Nick aku merindukanmu!" Caitlin memeluk nick erat dan membuat lelakti itu terhimpit menabrak rak di balik punggungnya.

"Aku tau." Nick membalas pelukan caitlin dan mengusap surai gadis itu lembut.

Caitlin melonggarkan pelukan mereka.
Ya, pelukan. Pelukan persahabatan.

"Aku baru selesai mengerjakan beberapa gedung di kota ini. Dan aku ingat kalau kau kuliah di tempat ini."

Caitlin tersenyum namun sedetik kemudian dahinya berkerut.

"Lalu, dari mana kau tau kalau hari ini aku pergi ke kampus?" Alis caitlin ia tarik naik satu.

"Um. So-soal itu. Um. Aku- ah itu tidak pinting. Yang paling penting saat ini aku sedang bersamamu!" Nick menusuk-nusuk pipi caitlin dengan telunjuk kanannya tepat di lesung pipit gadis itu.

Tangan besarnya perlahan menangkup dua pipi merona caitlin.
Manik raven caitlin bertemu dengan manik coklat karamel milik nick.
Mirip seperti bola mata reuben yang teduh. Tatapan yang selalu cait sukai sebagai seorang kakak.
Dan kini, yang di hadapannya adalah nick. Mantan kekasihnya.

Cait bisa melihat masih ada cinta dalam diri nick pada cait. Tapi caitlin tak bisa. Dia tak bisa menyakiti pria yang sangat mencintainya itu hanya dengan mengatakan kalau ia sudah memiliki suami. Bahkan ia baru saja kehilangan bayi.

"Caitlin. I miss you." Bisik nick tepat di telinga kanan gadis itu.
Posisi yang sudah bisa cait tebak.

Dengan sigap, caitlin mendorong kuat-kuat dada nick yang meghimpitnya. Berusah mencegah pria itu mencium bibirnya.
Dia tak akan lupa dengan mikha yang hampir memberinya seorang anak.
Caitlin tidak bisa.

"Nick kumohon. Aku tak bisa." Cait terus mendorong dada nick yang tak menggubris caitlin. Pria itu terus memaksa cait untuk menerima ciumannya.

Nick terdiam. Nafasnya tak beraturan menahan semua yang terjadi.
Dan kemudian, ia melemahkan tubuhnya agar caitlin dapat dengan mudah mendorongnya.

"Maafkan ak- ASTAGA!"
Suara pekikan caitlin sedikit menggema di perpustakaan yang sepi itu. Jantungnya kini berdegup antara kaget dan takut.
Ia tak salah lihat.
Dengan mata kepalannya sendiri ia bersumpah melihat bola mata nick yang berubah dari kuning mengkilap kembali menjadi iris coklat yang mebuat cait candu.

FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang