"Mikh." tangan cait menahan wajah mikha yang sudah berjarak kurang dari se centi dari wajahnya.
"Menjauhlah. Kumohon."
Mikha megikuti kata-kata cait. Ia beralih dari tubuh cait kemudian berdiri di samping gadis yang sedang membenahi kausnya itu. Tangan mikha disilangkan di depan dada dan dahinya berkerut bingung.
"Kenapa?" Tanya mikha memecah keheningan mereka. Cait kembali tenggelam di balik selimut. Tak menggubris pertanyaan mikha.
"Hey jawab aku atau aku akan melanjutkannya."Cait duduk kembali di ranjangnya. Wajahnya memerah kesal. Matanya berair dan memanas. Sepertinya lava kesedihan akan turun dari sana.
"Apa yang akan kau lanjutkan? making love is all about love. Dan aku tak mau jadi alat pemuasmu saja. Aku memberikan apa yang ku jaga selama ini hanya pada orang yang mencintaiku. Kuno? Biar orang berfikir apa.""Cait-"
"Kau tahu? dan memang kau harus tahu. Aku mulai menerima keadaan kalau aku ini istrimu. Aku mulai mencoba mencintaimu. Dan aku berhasil. Kau tahu? Menyakitkan saat seorang yang kau cintai mempermainkanmu."
"cait, aku-"
"Sudah mikh. Mulai sekarang aku tak akan mengganggumu. Tenang saja. Dan soal perasaanku, ini baru sedikit. Belum terlambat untuk menghapusnya." caitlin tersenyum tipis. Ia kembali merebahkan tubuhnya di ranjang dan menutup seluruhnya dengan selimut.
Mikha hanya bisa menatap cait nanar. Tatapan bingung dan bersalah terpancar dari mata pekatnya.Cait benar. Laki-laki macam apa dia itu?Mempermainkan wanita seenak hatinya.
Kalau boleh jujur dia tak seperti apa yang cait katakan. Dia hanya ingin menggoda cait. Bukan mempermainkannya. Karena memory lamanya meminta seorang mikha angelo ini mengulangnya kembali. Dengan wanita yang berbeda."Aku tak lebih dari seorang bajingan."
liquid bening lolos dari sudut matanya. Gambar demi gambar kejadian masa lalu kembali berputar di kepalanya. Masih jelas bagaimana rasanya di lupakan oleh seorang yang kau cintai. Ya, mikha ingat itu.
"Move up angelo! move up!"
Dia menghapus air matanya yang hampir kering itu kemudian menarik nafasnya dalam-dalam.
Ia tersenyum ke arah cait yang entah sudah ada di alam mimpinya atau belum."I'll try to loving you."
*****
"Caitlin, bangunlah."
suara rapsy sukses menyapa lembut gendang telinga caitlin. Gadis itu mulai membuka matanya dan sedikit menyipitkannya karena cahaya matahari jatuh tepat di wajahnya. Cait mengusap dua matanya di lanjutkan uapan kecil dari bibirnya.
Ia terduduk dengan sedikit heran. Tidak ada teriakan pagi ini? uh?"Pagi nyonya angelo."
Malaikat itu tersenyum.
Manis sekali.
Sangat manis.
Terlalu manis."Pa.. gi, apa kau sehat mikh?" tanya cait sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ini mengherankan.
Dimana seorang mikha angelo membangunkan caitlin dengan teramat lembut dan memberi ucapan selamat pagi, ditambah senyuman mautnya.Katalan kalau ini hanya mimpi!
"Bagaimana tidurmu? um?" Mikha duduk mendekat dan menyelipkan surai tembaga cait yang jatuh menutup wajahnya, kebelakang telinga.
"Cukup kurasa." Caitlin menjawab kikuk.
Kini pandangannya terfokus pada mikha yang membalikan tubuhnya seperti mengambil sesuatu dari meja di sisi ranjang."Um, mom dan yang lain ada keperluan pagi ini dan tidak ada sesi sarapan bersama kali ini. Jadi-"
"Apa itu kau yang buat?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall
Fiksi Penggemar"Caitlin, kau harus segera menikah dengan Mikha." Air mata cait perlahan turun membasahi lensa indah juga pipi ranumnya. Menyedihkan. "Cait dengar dad." Tangan robert mengusap dagu cait. Menyeka liquid bening yang sarat akan kebahagian di pipi porse...