"Um, cait." panggil reuben yang kemudian menjauhkan cup minuman yang menghalangi pandangannya.
"Hm?"
"Apa kau mencintai nya?"
Uhuknmkhhm
Dengan cepat cait mengorek isi tas nya dan mengambil tissu disana. Ia mengusap seputar bibirnya yang berantakan karena minumannya yang keluar tanpa permisi dari mulut cait.
Ku beri tahu.
Tersedak kopi itu tidak ada enaknya sama sekali.Reuben mengusap-usap lembut punggung cait bermaksud meredakan batuk yang tak kunjung berhenti itu.
"Maaf." Gumam reuben dan perlahan menurunkan tangannya dari punggung cait saat gadis itu sudah selesai dengan acara 'tersedak' nya.
Caitlin menarik nafas dalam lalu membuangnya perlahan. Berusaha membiasakan paru-parunya yang baru saja hampir kering karena kopi sialan itu.
Oke, ini berlebihan.
"Maksudmu mikha?" Tanya cait memastikan. Reuben menjawab dengan anggukan yang tegas. Cait menggigit bibir bawahnya. Dia tak tau, jawaban apa yang pantas untuk pertanyaan semacam ini.
"Entahlah. Aku juga bingung." Caitlin berlagak seolah dia memang tak mengerti dan tak ingin mengerti. Ia hanya ingin melupakan perasaan 'kecil' yang sempat ia taruh pada mikha.
Reuben membenarkan posisi duduknya. Ia mencoba menerawang caitlin. Mencoba membaca apa yang ada di pikiran cait sebenarnya.
Tapi percuma. Kekuatannya belum cukup untuk yang satu itu.Dia akui, walaupun mikha adiknya, tapi mikha mewarisi hampir seluruh kemampuan dadnya. Sedangkan dia sendiri? Bisa dibilang sama seperti cait. Atau mungkin sedikit diataa cait. Gen vampire juga manusia sama kuat dalam tubuh reuben. Dan tanpa latihan khusus, reuben tak akan pernah bisa mengalakan mikha atau andrew sekalipun yang dominan dengan gen dadnya.
"Heyo nathaniel?" Pria berkulit putih terang itu menggelengkan kepalanya dan kembali ke alam sadarnya saat sepasang tangan lentik bergerak-gerak di depan wajahnya. Senyuman konyol khasnya lagi-lagi di pamerkan pria itu. Senyum yang selalu bisa membuat orang lain ikut tersenyum.
"Kau lucu ben."
Apa kataku? Senyum reuben memang mebawa kebahagiaan.
"Um cait, aku harus pergi. Seseorang mencariku." Ucap reuben setelah meneliti ponselnya yang baru saja berdenting tanda pesan masuk. Reuben memasukan kembali ponsel itu ke saku jeansnya kemudian meraih backpack hitam yang ia letakan di kursi kosong sebelahnya.
"Uhum, sepertinya kakak iparku sudah punya seseorang."caitlin tersenyum menggoda lengkap dengan alis rapinya yang ia angkat naik dan turun. Reuben tersenyum tipis sebagai jawaban dari godaan caitlin itu. Ia mengangkat satu tangannya ke udara pertanda ucapan selamat tinggal.
Seseorang yang kau maksud itu mungkin kau sendiri
****
Caitlin mengguncang keras tubuh sosok pria yang menyinggahi ranjang kingsizenya.
Sekali
Dua kali..
Pria itu tetap tak bergeming.
Caitlin menghembuskan nafasnya kasar ditambah hentakan kakinya pertanda kesalnya sudah memuncah.Dasar kerbau. Sapi. Babi. Bangun saja malas. Cih.
Umpat cait dalam hati.
"ASTAGA!" pekikan yang begitu keras keluar dari bibir cait saat merasa rambutnya tertarik kebelakang dan seseorang membuatnya berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall
Fanfiction"Caitlin, kau harus segera menikah dengan Mikha." Air mata cait perlahan turun membasahi lensa indah juga pipi ranumnya. Menyedihkan. "Cait dengar dad." Tangan robert mengusap dagu cait. Menyeka liquid bening yang sarat akan kebahagian di pipi porse...