"Iya. Terimakasih sudah datang." Mikha mengembangkan senyumnya saat rekan-rekan bisnis dadnya datang menghampirinya.
09.17 pm
Sudah dua jam lebih Mikha dan Caitlin memamerkan senyum mereka. Dan pasti pipi mereka terasa kaku dan berat.
Sepulang dari gereja tadi pagi, mereka pergi ke salah satu hotel milik lans. Mereka beristirahat sebentar lalu kembali di siapkan untuk pesta pernikahannya.
Mikha melirik caitlin yang masih setia dengan senyumnya. Wajah gadis itu terlihat begitu lelah. Tapi tetap saja cantik. Bibirnya sedikit pucat dan dahinya dipenuhi peluh walaupun ruang ini ber AC.
"Cait, kau baik?" Mikha memberanikan diri bertanya. Karena memang cait belum dan tidak mau makan dari pagi. Dia hanya sempat minum teh siang tadi. Itupun hanya separuh cangkir.
"Hanya sedikit pusing. Tak apa." Caitlin tersenyum kemudian duduk di kursi."Astaga cait! Kau pucat sayang!" Yvonne memekik kemudian menempelkan punggung tanganya di dahi caitlin.
"Ini pasti karena kau belum makan seharian!" Yvonne masih mengusap wajah cait dengan penuh perhatian."Tidak mom, aku tak apa. Sungguh." Senyum manis kembali mengembang di wajah cait. Walau agak getir tapi tetap cantik.
"Tidak! Mikha, bawa dia ke kamar dan kalian istirahatlah. Pesta ini akan ku sudahi.""Tapi mo-"
belum sempat melanjutkan kata-katanya, mikha malah mendecak kesal. Momnya pergi begitu saja tanpa mendengarkan alasannya.
"Aku bisa sendiri mikh. Kalau kau mau disini, juga tak apa. Akan ku temani sampai selesai." ujar cait tanpa memandang mikha. Kepalanya benar-benar berat saat ini. Susah rasanya untuk mendongak.
"Sungguh merepotkan." bisik mikha pelan. Sangat pelan.
"Ayo!" Mikha memapah cait dengan menahan beban gadis itu di pinggulnya. Sebenarnya akan lebih mudah bila mikha menggendong caitlin ala bridal style. Tapi itu sungguh memalukan di saat-saat seperti ini.
Mereka berjalan ke sudut ruangan dan masuk lift saat pintunya terbuka. Tidak ada orang lain, karena memang malam ini, lans menetralkan hotelnya. Hanya untuk tamu dan yang berkepentingan.
Mikha menekan angka 20 dan tak lama setelahnya, lift berdenting dan terbukalah pintu.
Begitu keluar, mata mereka disuguhi tatanan kamar yang begitu glamour.
Lantai 20 memang lantai khusus. Hanya ada satu kamar VVIP. Dan begitu keluar dari lift, kamar sudah ada didepan mata.Dinding kamarnya dilapisi wallpeper gaya vintage. Sofa elegant berwarna keemasan ada di tengah ruangan. TV LED super besar menempel pada dinding dekat sofa. Lantainya dilapisi karpet yang benar-benar nyaman saat musim hujan begini.
"Biasa saja. Dasar norak." ledek mikha yang sebenarnya ingin tertawa sedaritadi melihat tatapan kagum caitlin akan ruangan ini.
Caitlin mendecak kesal lalu mulai melepas highheels nya.Mikha dengan santai melepas jas, tuxedo dan juga kemejanya.
"MIKHA APA YANG KAU LAKUKAN?!"
Caitlin menutup dua matanya dengan telapak tangannya yang mungil itu. Mikha hanya tertawa miring melihat reaksi cait yang sudah ia tebak sebelumnya.
"Kau berlebihan cait. Aku hanya sedikit gerah. Kau tau? Pakaianku rangkap tiga." ucap mikha masih dengan kekehannya.
Bukan itu yang menjadi masalah sebenarnya bagi cait. Melihat mikha topless membuat jantungnya bekerja dua kali. Sungguh.
*****
Cait menerjapkan matanya dan membiasakannya dengan cahaya yang masuk dari pintu balkon kamar hotelnya. Ia mengusap wajahnya dan berusaha mengumpulkan nyawanya.
Saat matanya benar-benar terbuka dan sadar, ia menangkap siluet laki-laki dengan handuk yang dikalungkan di leher polosnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fall
Fanfiction"Caitlin, kau harus segera menikah dengan Mikha." Air mata cait perlahan turun membasahi lensa indah juga pipi ranumnya. Menyedihkan. "Cait dengar dad." Tangan robert mengusap dagu cait. Menyeka liquid bening yang sarat akan kebahagian di pipi porse...