Part XIV

944 66 47
                                    

Liburan yang sangat amat singkat. Tiga minggu yang begitu cepat berlalu.
Semenjak kejadian di pantai kemarin, mikha tak berniat membawa caitlin kemanapun. Ia mengurung caitlin di dalam rumah, takut sesuatu yang buruk kembali terjadi. Mereka hanya sesekali keluar, itu pun karena mom caitlin ingin bertemu dengan anaknya itu.

Kini mata pekat milik mikha terus terjaga memperhatikan layar LCD yang sedang menampilkan rumus-rumus logaritma tingkat atas.
Telinganya pun ia picingkan demi mendengar penjelasan dari Mr. Colley.

"Okay. Cukup untuk hari ini. Selamat siang."

Suara parau dari Mr. Colley mebuat mikha mendesah panjang dan sedikit menggelengkan kepalanya.

Entah kenapa, perasaannya akhir-akhir ini kurang baik. Mikha lebih sering melamun atau bahkan bisa tidak berburu sampai berhari-hari.
Caitlin juga tak bisa berbuat banyak.
Ia sudah berusaha mengingatkan suaminya itu untuk berburu atau sekedar memakan makanan yang cait coba masak.

Mikha merasa seperti ada yang mengawasinya setiap hari. Bahkan saat ia tidur bersama cait sekalipun.
Tapi instingnya mengatakan bahwa ini bukanlah ulah vampire-vampire biadap itu.

Dia bisa merasakan aura yang berbeda.

"Hey! Berapa lama lagi kau akan melamun. Semua orang sudah pergi dari kelas ini." Nash- teman dekat mikha menepuk bahu angelo itu dan membiarkannya kembali jatuh ke alam sadarnya.

"Entahlah nash. Aku merasa aneh akhir-akhir ini." mikha mulai mengemasi buku juga alat tulisnya.

"Um, mungkin memang ada sesuatu yang terjadi."
alis nash berkerut. Mikha membenahi posisi duduknya.

Nash adalah sebangsa mikha.
Bukan.
Bukan mikha, tapi dadnya.

Ya, nash adalah vampire berdarah murni. Ayah juga ibunya adalah vampire asli.
Sebenarnya, ordo seperti nash tidak di perbolehkan berhubungan dengan manusia setengah vampire seperti mikha ini.

Tapi hal itu tak berlaku bagi mereka. Mereka sama-sama duduk di kelas yang sama dan tak mungkin juga nash akan menjauhi mikha yang selama ini membantunya dalam pelajaran.

"Maksudmu?" Dahi mikha yang berkerut membuat alis tebalnya itu ikut terangkat naik.

"Dia kembali mikh. Gadismu." Mata nash menerawang ke depan seolah membayangkan sosok yang sedang di bayangkannya.

Jatung mikha seperti melompat keluar dari tempatnya. Nafasnya tercekat dan kerongkongannya seperti di aliri beribu volt listrik.

"Dia? kau-" ucapannya terhenti. Lidanya terasa kelu saat hendak menyebut nama gadis itu.
Gadianya dulu.
gadis yang pergi meninggalkannya begitu saja.

Gadis yang masih punya hubungan darah dengan gadisnya sekarang -caitlin.

"She thought that you still love her." nash menepuk bahu kokoh mikha yang kini merosot turun.
Benar dugaannya. Memang ada yang aneh akhir-akhir ini.

Mikha menyambar backpack hitamnya dan berdiri kasar keluar dari bangkunya.
"Thanks nash. Aku berhutang padamu."
Ia menepuk bahu nash tanda persahabatan, kemudian melesat keluar dari kelasnya.

Nash hanya bisa diam di pointnya berdiri dan menggeleng meruntuki sahabatnya itu.
Dalam hatinya berharap, sahabatnya itu akan baik-baik saja.

*****

Caitlin yang sedang bebas dari jam kuliah kini terduduk frustasi di meja makan.

Dia sendirian di rumah sebesar ini.
Sebenarnya, bukan benar-benar sendiri. Mada di kamar atas.
Tapi caitlin tak mau mengganggu kakaknya yang sedang menyipakan ujian akhir nya itu.

FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang