"Kau boleh pulang hari ini." Mikha memasukan buku-buku yang di pinjamnya di perpustakan kota ke dalam backpacknya.
"Kaunym mauym kemanyanm?"
ucap caitlin tak jelas karena mulutnya yang penuh dengan snack pemberian sharline semalam.Pria berambut spike yang tak tersisir rapi itu mengambil langkah kecil ke arah bangkar caitlin sambil menggendong backpacknya.
Dan dengan santai mikha mencubit ujung bibir caitlin hingga gadis itu mirip seperti bebek yang tak bisa bicara."lepasymm! Mikhaynm!"
"Siapa yang mengijinkamu makan ini semua? um?" tanya mikha dingin kemudian melepas tangannya dari bibir caitlin.
Gadis itu sibuk mengusap bibirnya yang memerah juga mengunyah habis snack yang masih tersisa di dalam mulutnya tanpa menjawab pertanyaan mikha.
Caitlin sudah lama tidak makan snack seperti saat ini. Terakhir kali mungkin saat sebelum dia menikah. Dan sharline, sahabatnya yang amat sangat perhatian itu, membawakannya malam tadi saat menjenguk caitlin.
Cait baru akan menyebut lin sahabat di saat-saat seperti ini.
Tidak. Hanya bercanda.
"Selamat pagi!"
Suara baritone khas milik reuben beradu dengan suara deritan pintu yang ia buka.
Pria itu datang dengan wajahnya yang sangat cerah.Belum lagi kaus hitamnya yang melekat pas di tubuhnya. Membuat siapa saja pasti tergiur untuk memiliki nathaniel ini.
Dan di bandingkan dengan mikha, reuben jauh lebih ramah juga yang pasti lebih ber-peri kemanusiaan dari pada mikha.
Reuben megerti bagaimana cara memperlakukan wanita dengan baik."Oh kau datang." Ucap mikha yang baru saja mendongakkan kepalanya.
"Akhirnya! Aku punya teman!" Cait memekik sambil megangkat naik dua tangannya kegirangan.
Dua hari ini, mikha yang terus menerus menemaninya di rumah sakit.Sudah di pastikan dua hari itulah saat caitlin yang benar-benar lincah terkurung di satu ruangan kecil bersama mikha yang bahkan tak meganggao caitlin ada.
Caitlin kesal karena tidak ada yang mau menemaninya bermain uno.
Mikha bilang itu membosankan.
Padahal uno adalah permainan terkeren yang pernah caitlin mainkan.Dan mikha malah memberinya teka-teki silang dengan materi logika matematika juga logaritma.
Apa dia sudah gila?
"Jangan biarkan dia makan snacknya. Aku akan kembali segera setelah tugasku selesai." Mikha menepuk bahu reuben kemudian melempar pandangan tajamnya pada caitlin yang berlagak menirukan ucapan mikha dengan gaya yang di lebih-lebihkan.
Reuben mengangguk lemah sambil tersenyum simpul melihat tingkah adik-adiknya itu.
"Aku pergi!" Teriak mikha sambil berjalan ke arah pintu.
Bola mata caitlin ia putar jengah hingga punggung mikha menghilag dari pandangannya."Kenapa kau bisa berbanding 180° dengannya?! Dia benar-benar menyebalkan." Cait menyilangkan tangannya di depan dada dan membuang pandangannya ke sisi lain ruanganan.
"Ini aku membelinya di supermarket bawah." Reuben tertawa kecil melihat tingkah caitlin yang benar-benar seperti anak kecil.
Seharusnya reuben lah yang memiliki caitlin.
Seharusnya.
Jika saja bethany tak menyerahkan diri ke slave dulu."ASTAGA REUBEN! AKU SANGAT MENCINTAIMU! KAU BENAR-BENAR KAKAK YANG BAIK!" Caitlin melonjak dari duduknya dan memeluk leher reuben yang hanya beberapa centi dari bangkarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fall
Fanfiction"Caitlin, kau harus segera menikah dengan Mikha." Air mata cait perlahan turun membasahi lensa indah juga pipi ranumnya. Menyedihkan. "Cait dengar dad." Tangan robert mengusap dagu cait. Menyeka liquid bening yang sarat akan kebahagian di pipi porse...