Part II

1K 63 9
                                    

"Psst, Mikha menunggumu di belakang." Andrew -anak bungsu di keluarga brahmantyo  menyenggol pelan siku lelaki berkaus hitam itu dan berbisik pelan padanya.
Lelaki tadi mengangguk lalu segera saja bangkit.

"Aku permisi sebentar."

Ia berjalan sedikit cepat ke arah sebuah kamar di belakang, dekat dapur. Perlahan ia memutar knop pintu dan masuk ke kamar itu.

"Heh! kau lama sekali!" Bentak seorang lelaki lain dalam kamar tersebut. Lelaki berkaus hitam tadi mendecak kesal dan segera melepas kausnya.

"Hey! perut ku tak sebesar itu! lihat ini! rata!" pria yang satu mengoceh tak jelas.
"Ayolah kembalikan kaus ku, bukankah kau yang yang memburuku tadi?"

Tanpa menjawab, ia melepaskan juga kausnya dan mereka saling bertukar.
"Kembalilah kesana angelo."

"Sial, aku benar-benar malas."

*****

"Dah cait, jaga dirimu baik-baik. Mom dan dad akan merindukanmu." Ashley melambaikan tangannya dari jendela mobil audy merahnya.
Cait hanya diam tak menjawab. Bibir dan hidungnya hampir bersatu karena wajahnya ia tekuk dalam-dalam. Menyebalkan bagi cait harus tinggal di kediaman keluarga brahmantyo hingga hari pernikahannya. Ya, walaupun setelah itu ia akan tinggal di sini dengan suaminya.

Awalnya ia benar-benar menolak dengan alasan kuliah dan lagipula ia tidak membawa bajunya. Sialnya, mom kesayangannya itu dengan senyum kemenangan sudah menenteng dua koper yang berisi sebagian dari pakaiannya dirumah. Dan untuk kuliah, ternyata mikha satu universitas dengannya. Huh.
Poor you, cait.

Sepeninggal Ashley dan Robert dari rumah mereka, mikha dengan angkuhnya langsung melenggang masuk tanpa senyum dan ucapan apapun.

"Huh, laki-laki aneh. kadang bisa manis, kadang menyebalkan. Dasar daun talas." batin caitlin geram.
"Dia memang seperti itu cait." Mada -anak sulung brahmatyo menyenggol cait dengan bahunya.

Cait mundur selangkah. "Kenapa dia bisa membaca isi kepalaku?!"
batinnya lagi.
Mada tersenyum manis dan melukiskan dua dimple yang mematikan di pipinya. "aku vampire, ingat? bahkan kau pun bisa melakukannya."

"Ayo masuk, kita lanjutkan didalam saja." Ucap lans yang sudah hampir masuk kedalam rumah. Cait, yvonne, Mada, Andrew, juga Reuben mengekor di belakang lans. Yvonne juga Lans melangkah masuk ke ruag kerjanya masing-masing. Andrew pergi entah kemana, dan Cait ikut duduk diruang tv bersama mada juga reuben.

"Ceritakan tentang kalian. Sepertinya seru." ucap cait pada Mada. Mereka terlihat cepat akrab.

"Tapi.." cait menggantungkan kalimatnya.

"Jujur aku takut kalau-kalau saja kalian tiba-tiba mencekikku, menahanku lalu menghisap darahku habis-habisan dan aku berubah menjadi sama seperti kalian." ucap cait sedikit berlebihan.

Tawa reuben meledak mendengar ucapan cait yang tak masuk akal itu. Memang, itu bisa saja terjadi, tapi tidak mungkin mereka menggigit sesama manusia setengah vampire.

"Hey, kau juga vampire, kakak ipar." ucap reuben di sela kekehannya.

Cait menggaruk malu tengkuknya yang tak gatal dan tersenyum kikuk. Memalukan sekali.

"Jadi, apa kau tau, apa saja kelebihanmu?" Mada mulai memperhatikan cait. Gadis bermata raven itu menggeleng tak mengerti. "Okay, akan kujelaskan dan degarkan baik-baik."

"Kalau tak salah, dadku pernah menceritakan sedikit kelebihanmu. Kau bisa membaca pikiran orang lain, sama sepertiku. Lalu kau bisa merasakan apa yang orang lain rasakan bila kau menyentuhnya, dan kau sedikit bergerak gesit walau tak secepat kami." Mada mengakhiri penjelasannya degan secangkir teh hangat.

FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang