"Hey, bangun nona pemalas!"
Caitlin terperanjak kaget berusaha mengumpulkan udara di sekitarnya. Tangannya sibuk bergerak di sekitar wajahnya seolah kegerahan.
Sedetik kemudian cait kembali ke alam sadarnya. Matanya terbuka lebar dan memamerkan iris raven yang begitu manis.-Plakkkk
Gadis surai tembaga tadi memukul keras-keras tangan mikha yang kini menutup jalan udara di hidungnya.
Mikha tertawa keras hingga berjongkok menahan perutnya yang terlewat geli melihat ekspresi caitlin tadi.Caitlin berdiri dan dengan cekatan meraih lengan mikha kemudian di cubitnya hingga memerah. Mikha memekik kesakitan dan tetap dengan tawanya yang renyah itu.
"Kau tau? Wajahmu seperti anak babi yang ingin berendam di air sabun."mikha terus saja menggoda dan tidak berhenti tertawa. Caitlin merasa aneh.
Saat seorang mikha angelo yang adalah pria paling dingin di hidupnya, kini tertawa lepas bersamanya. Oh tidak. Bukan tertawa bersamanya.
Tapi karenanya."Mikha berhentilah mengataiku. Ayolah aku tak pernah mengejekmu macam-macam." Bibir itu mengerucut lagi.
'Sial'
Batin mikha bicara lagi. Oh Tuhan, ada apa dengan pria satu itu sebenarnya?
"Tidak, kau memang patut ku jadikan bahan tertawaan ku. Ah, seharusnya tadi aku memotretnya." Dan tertawa
Lagi.
"Oh begitu! Kemari kau!" Caitlin berlari kecil bermaksud menangkap mikha yang berdiri dekat pintu balkon.
-Wushhh
"Coba saja kalau kau bisa." Ucap mikha yang kini berdiri tepat di belakang caitlin. Ia berbisik di telinga kanan cait. Sedikit hembusan nafas ia berikan di seputar leher cait membuat permukaan kulit gadis itu geli.
Caitlin membalikan badannya. ia menerjapkan matanya saat tak mendapati siapapun di belakangnya.
"Oh nona, apa yang kau cari?" tanya mikha kegelian melihat caitlin menengok kanan dan kiri.
Angelo itu sedang asik merekatkan tangannya ke tembok layaknya spiderman.
Ia hinggap di tembok yang dekat dengan kamar mandi. Caitlin berlari kecil mencoba meraih ujung kaki mikha yang sepertinya bisa ia raih.Nihil. Mikha lolos lagi.
"Hey, ini seru. Menggodamu sepertinya hal yang akan sering ku lakukan." tawa kembali lepas dari bibir ranum mikha.Caitlin berhenti. Ia tak menghiraukan apa yang keluar dari mulut mikha.
Kini matanya disuguhi salah satu karya Tuhan yang paling indah.
Wajahnya tegas dengan rahang yang benar-benar keras dan sempurna itu tertimpa sinar matahari. Bukan menyilaukan, ini menyejukan.
Rambut basahnya di remas naik dan sesekali memainkan alisnya."Hey, stop staring at me sweetheart!" Ucap mikha dengan nada menggoda. Kini ia duduk di tepi jendela yang sudah dibuka.
"Hey! Aku tak memperhatikanmu!" caitlin salah tingkah. Nada bicaranya sedikit bergetar dan terlihat sangat gugup."Oh cmon. Aku tau aku memang tampan." Mikha turun dari jendela dan berjalan mendekat ke arah caitlin.
"Aku degar apa yang ada dalam hati mu, cait." mikha menyeringai. Seringaian yang paling caitlin benci. Seringai itu selau berakhir dengan hal buruk seperti ciuman atau hal-hal aneh lain yang cait rasa itu menjijikan.
"Kau!" jari telunjuk caitlin megacung menunjuk mikha. Laki-laki itu makin mendekat memojokan cait hingga punggungnya menabrak tembok di belakangnya. Ibu jari mikha perlahan menari di dagu lembut cait dan sedikit mengusap pipinya.
Wajah mika mendekat. Bukan ke bibir seperti biasanya. Mikha meniup kecil belakang telinga hingga leher cait. Membuat sengatan-sengatan kecil pada tubuh cait.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fall
Fanfic"Caitlin, kau harus segera menikah dengan Mikha." Air mata cait perlahan turun membasahi lensa indah juga pipi ranumnya. Menyedihkan. "Cait dengar dad." Tangan robert mengusap dagu cait. Menyeka liquid bening yang sarat akan kebahagian di pipi porse...