Kulangkah kan kakiku menuju ruangan rena, ku amati setiap lekuk wajahnya yang tetutup saluran alat bantu pernafasan. Aku tidak tahu lagi harus berkata apa, aku marah, jelas aku marah, bagaimana bisa dia menyembunyikan sakitnya dari aku. Sahabatnya ini? Dan betapa tak bergunanya aku ini untuk dia.
Ya Tuhan. Sungguh aku tidak sanggup melihat sahabatku seperti ini.
Aku bejalan mengahampirinya, kugenggam tangannya."Ren, bangun. Lo...lo jahat ren, kenapa lo gak pernah cerita sama gue?"ucapku menahan tangis."Bangun rena. lo gak kangen sama 'Muhammad Yusuf Wijayanto' putramu. Dia sekarang lagi butuh ASI lo ren. Lo juga harus tau tentang mas fatih, dia sangat berantakan ren, dia sangat merindukan lo ren. Gue baru pertama kali melihat seorang 'Fatih Gibran Muhammad' dengan keadaan seperti ini . Jujur gue gak tega melihatnya ren. Lo harus berjuang demi mereka berdua, demi keluarga lo, dan demi gue ren. Lo tau kan kalo lo adalah satu-satunya sahabat gue."Kusapu air mataku kasar. "Gue keluar dulu ren, gue harap setelah gue kembali, lo udah harus sudah bangun".
kulihat orang tua rena sudah kembali, aku bergegas menghampiri mereka berdua dan izin untuk melaksanakan kewajibanku, tiba saat aku di mushola yang ada berada di belakang rumah sakit, aku bertemu mas fatih, aku diam dan memperhatikannya dari samping, pandangannya kosong, dia tampak tidak mengedipkan matanya sama sekali.
Setelah kembali dari mushola, aku tidak langsung kembali keruangan rena, aku memilih untuk duduk ditaman belakang rumah sakit dan menelfon mbak dewi, teman kantorku untuk mengabari kalau aku tidak bisa kembali ke kantor.
"Halo, Assalamu'alaikum mbak dewi, maaf aku gak bisa kembali ke kantor. aku sedang di rumah sakit. Tolong beritahu diana, berkas yang diminta tadi pagi sudah aku kerjakan tinggal di print " Jelasku panjang lebar.
. . . . .
"Aku gak papa mbak, ini nungguin rena" mbak dewi adalah salah satu temanku dikantor. dia juga tau kalau rena di rumah sakit, karena tadi pagi aku sudah memberitahunya jika rena lahiran.
. . . . .
"Iya, doakan ya mbak, dia sedang dalam masa kritis"ucapku lesu.
. . . . .
"Aamin, Makasih mbak. Yaudah tolong jangan lupa kasih tau diana ya, kalau lupa besok bisa ngambek dia sama aku" candaku.
. . . . .
"Iya, wa'akaikumsalam".Setelah merasa lebih tenang, aku memutuskan untuk kembali keruangan rena. Dan, betapa terkejut dan bahagianya aku melihat sahabatku sudah bangun. Aku langsung berlari mendekat ranjang rena.
"Rena, gue kangen sama lo"ucapku kegirangan.
"Bin..tang"panggilnya.
"Iya ren,lo liat deh, nih mas fatih, mukanya kusut banget,lo pasti juga kangen sama putra kecil lo kan"candaku, ku genggam tangan rena dan tak bisa berhenti tersenyum saat melihat sahabatku ini tersadar. Entah kenapa yang aku lihat adalah raut kesedihan dari keluarga rena, dan kemarahan diwajah mas fatih.
"Bin..tang me.ni.kah.lah deng.an mas fat.ih"mataku membulat mendengar ucapan rena.
"Apa-apaan sih lo ren, jangan becanda deh. Ngapain lo nyuruh gue nikah sama suami lo".ucapku geram, dia baru sadar dari masa kritisnya dan menyuruhku menikah dengan suaminya? apa yang sebenarnya ada di dalam pikirannya?
"To..long ra.wat anak gue bin.tang dan jadi.lah is.tri mas fat.ih"
Aku mendongak dan kulihat wajah mas fatih tampak menahan marah,dan rahangnya mengeras. Sedetik kemudian" Sudahlah sayang, aku percaya kamu pasti sembuh"
"Ma.s aku ing.in me.lihat kalian meni.kah se.karang, aku ingin men.jadi sak.si per.nikahan ka.lian mas," rena menggenggam tangan mas fatih dan memohon.
Badanku lemas mendengarkan ini semua, aku benar-benar tidaak percaya dengan apa yang dikatakan sahabatku ini.
Aku melihat kedua orang tuaku yang baru saja datang, dan aku langsung berlari menghampiri mamaku."Ma, Pa, aku rasa rena butuh waktu untuk istirahat, jadi mari kita keluar dulu"ajakku dengan menggamit tangan mama dan papaku, ."Tante, om, bintang keluar dulu". pamitku pada orang tua rena.
"Gu.e mo.hon bintang, ini un.tuk yang ter.ak.hir kali.nya"aku menoleh kearahnya dan kutatap lekat-lekat mata sahabatku ini."bi.ar gue bi.sa tena.ng di.sana" Kulihat rena mencoba melepas cincin pernikahan yang diberika mas fatih dulu.
"Pa.kai.kan ini di jari bin.tang mas, jadikan ini sebagai maharmu" ucapnya sembari menyerahkan cincin itu.
"Ti..tidak sayang, kami tidak bisa melakukan itu sayang, mengertilah. Aku hanya ingin kamu, cuma kamu sayang, dan berhentilah meminta itu karena semuanya tidak akan pernah terjadi dan berhenti berbicara seperti itu kamu pasti sembuh sayang. Percayalah."kulihat sosok mas fatih menangis tersedu-sedu.
aku yang tadi ingin segera keluar, aku putuskan untuk menghampiri rena lagi, tanpa sadar tanganku dan tangan mas fatih disatukan. "Ce.pat ucapkan ijab qabul mas, aku ing.in menja.di saksi ka.lian sebe.lum aku per.gi." Apa ini benar-benar keputusan yang adil untuk sahabatku. Ya Tuhan, Bathinku.
Kuseka air mataku untuk yang kesekian kalinya."Pa, nikahkan mereka."
Benar, tentu saja om deni berjalan mendekati kami, aku melotot tak percaya dengan ini semua.
Aku ingin lari.. Aku ingin pergi..
"Fatih, Bintang, Om tau ini tidak adil untuk kalian. Tapi om mohon, menikahlah, buat rena bahagia untuk kali ini"ucap om deni sambil berlutut. Sontak aku membangkitkan om deni.
Kulihat mas fatih memejamkan mata, mengatur nafas, dan mengatakan "Baiklah, aku akan menikahi bintang"
Mataku membulat tidak percaya dengan apa yang dikatakan mas fatih"Aku tidak percaya dengan ini semua. Benar. Ini semua seperti mimpi.
Aku harus menikah dengan suami sahabatku sendiri, dengan keadaan sahabatku seperti ini, Ya Tuhan."aku menatap kearah kedua orang tuaku, mereka hanya mengangguk, dan papa mulai berjalan ke om deni, "Nikahkan mereka," setelah mendapat persetujuan dari orang tuaku, om deni menghampiriku dan menatapku, "Maafkan om bintang, om mohon, turuti keinginan rena."
Kulihat tangan mas fatih menjabat tangan om deni. Aku semakin bergetar dengan keadaan ini, aku hanya ingin pergi dari sini. Tolong siapapun bawa aku.
Dan,
"Saya terima nikahnya Bintang Maharani Bramantyo binti Haris Bramantyo dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.
SAH?
SAH!
Mas fatih dengan menahan tangisnya saat menyematkan cincin yang diberikan rena dijari manisku, lantas aku menatap rena dengan tak henti-hentinya menangis. Aku seperti sahabat yang sangat kejam dengan keadaan ini.
"Teri.ma kasih bin.tang"ucapnya tersenyum melihatku dan berganti melihat mas fatih,"aku men.cintaimu mas fat.ih, aku ti.tip anak kita dan bin.tang"setelah kurasa rena berhenti berbicara aku lihat dia memejamkan mata. Hingga ketakutkan ini benar terjadi.
_______________________
Assalamu'alaikum..
Gimana part ini? Membingungkan ya?
Hehehe. Maklumin ya.Salam,
RnL

KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta
RomanceBerawal dari sebuah keterpaksaan akhirnya Fatih menyetujui permintaan terakhir istrinya Rena yang tengah mengalami kritis setelah melahirkan anak pertamanya. Rena ditengah masa kritisnya menyampaikan sebuah pesan apabila dia tidak bisa lagi menjala...