Bintang Pov
Pagi ini aku sudah disibukkan dengan mem-packing baju dan berbagai macam barang-barang yang akan kubawa pindah kerumah mas fatih, aku menggerutu kesal saat melihat beberapa tumpukan dan gantungan baju di dalam lemari didepanku ini. Ini benar-benar membuatku pusing karena terlalu banyak.
Saat aku mengambil beberapa baju dari dalam lemari kudengar pintu kamar mandi yang terbuka membuatku menoleh mengikuti sumber suara itu. Pandanganku lurus menuju sosok jangkung yang ada di depan pintu kamar mandi, kulihat dia saat ini tengah mengeringkan rambutnya dengan handuk. Aku menatap lekat kearahnya, namun aku rasa dia belum sadar jika saat ini aku tengah memperhatikannya.
Tiba-tiba mata coklat itu menangkap basah aku yang sedang menatap ke arahnya, aku tersentak kaget dan buru-buru mengalihkan pandanganku darinya, jantungku tiba-tiba berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Kulirik dari ekor mataku dia sedang berjalan kearahku, aku semakin gugup dan salah tingkah.
Mas fatih berdeham, "Butuh bantuan?" tanyanya dengan senyuman yang mengembang. Aku menoleh kearahnya dan melihat senyuman itu tanpa berkedip.
"Ap..apa?" tanyaku balik. Sungguh bukan kata itu seharusnya yang keluar dari mulutku.
"Sepertinya aku memang harus membantumu, mari kita bereskan bersama" mas fatih mengalihkan pandangannya dan beralih pada koper yang ada di depannya saat ini. "Kamu yang ambil dari lemari, nanti aku yang natain ke kopernya" lanjutnya. Aku mengangguk.
Aku mulai mengambil beberapa baju dan menyerahkan ke mas fatih, aku merasakan gelenyar aneh dalam hatiku saat tanganku bersentuhan dengan tangan mas fatih, badanku memanas, wajahku pasti memerah. Tapi, tapi dia terlihat biasa saja, dan tampak acuh tanpa menoleh kearahku setiap tanganku dan tangannya tidak sengaja bersentuhan.
"Bintang, sudah cukup?" Tanya mas fatih, aku hanya mengangguk dan mengingat-ingat apa yang belum masuk di koperku. Tiba-tiba suara mas fatih mengagetkanku.
"Astaga!" pekiknya.
Aku menoleh dan melotot tajam kearahnya, mas fatih mencoba menutup kembali bag berukuran sedang berwarna abu-abu muda itu. Aku melihat mas fatih sedang menatapku dengan sedikit takut dan meringis, sedangkan aku, aku pastikan wajahku ini sudah seperti kepiting rebus yang ditambah dengan saos tomat. Aku menundukan kepalaku dan menggigit bibir bawahku, aku malu, sungguh. Pasalnya bag itu berisi underwear dan bra-ku. Arrrggghhh...
"Em..eh. aku. anu. Aku tidak sengaja bintang" ujar mas fatih terdengar kelagapan. "Hanya penasaran." lanjutnya
Aku hanya diam dan masih menunduk, aku tidak mempunyai kemampuan untuk sekedar menatapnya dan mengatakan tidak apa-apa. Aku hanya mengangguk kearahnya tanpa menatapnya.
"Maaf" ujarnya lagi terdengar tulus.
Aku mengangguk, "Iya, tidak apa-apa".
BOHONG, aku bohong, aku sangat apa-apa saat ini. Aku malu MAS! AKU MALU, BISAKAH KAU MENGERTI ITU? Bathinku menjerit.
Setelah selesai, kulihat jam yang berada diatas nakas sudah menujukkan pukul sebelas siang, ternyata lama juga aku membereskan keperluanku yang akan kubawa. Aku sedari tadi diam, aku merasa ada yang kurang. Aku merasa masih ada yang ketinggalan dan belum kumasukkan ke dalam koper, tapi apa? Aku lupa?
Seseorang, bisakah kau ingatkan aku akan hal yang aku lupakan itu?
"Bintang, kenapa?" tanya mas fatih, membuatku menoleh kearahnya.
Aku menggeleng, "Nggak sih, ngerasa ada yang kurang aja, ada yang ketinggalan gitu" jawabku santai,
Mas fatih hanya mengangguk-angguk dan berjalan mendekatiku, "kita berangkat setelah sholat dhuhur ya." Aku mengangguk. "Yasudah, aku ke bawah dulu mau ngomong sama papa mama" aku mengangguk lagi. Aku menatap kearahnya, dia memanggil mama sama papa ke orang tuaku, tanpa kusadari aku tersenyum simpul kearahnya walau dia tidak melihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta
RomansaBerawal dari sebuah keterpaksaan akhirnya Fatih menyetujui permintaan terakhir istrinya Rena yang tengah mengalami kritis setelah melahirkan anak pertamanya. Rena ditengah masa kritisnya menyampaikan sebuah pesan apabila dia tidak bisa lagi menjala...