'Meski bibir ini tak berkata
Bukan berarti ku tak merasa ada yang berbeda diantara kita'
Tiga bulan sudah Fatih dan Bintang tinggal bersama dalam ikatan suci dan resmi, masih seperti biasa Fatih menjadi sosok ayah dan seseorang yang disibukkan dengan pekerjaan kantornya, dan Bintang menjadi sosok ibu yang sibuk mengurusi Yusuf dan pekerjaan rumahnya. Seperti pagi ini misalnya, Fatih sedang mandi dan Bintang mempersiapkan baju untuknya, sambil mengawasi Yusuf yang sedang menarik-narik selimutnya dan mulai belajar tengkurap meskipun masih gagal. Itu lucu sekali bagi Bintang.
Sosok Fatih keluar dari kamar mandi dan langsung menghampiri Bintang, ini sudah menjadi rutinitas untuknya, Fatih dan Bintang pun sudah mulai lebih dekat, meskipun diantara keduanya tidak pernah ada yang mulai mengungkapkan perasaan masing-masing.
Setelah Fatih mengganti bajunya, ia pun lantas berjalan menghampiri Bintang dengan membawa dua dasi dengan warna yang berbeda dan akan menyuruh Bintang untuk memakaikan dasi itu untuknya.
"Bagusan mana?" Tanya Fatih dengan menunjukkan dasi berwaran biru dan merah hati .
Bintang mengambil kedua dasinya dan di letakkan dikerah kemeja Fatih secara bergantian, "Sama-sama bagus, Mas" jawab bintang, "Mas pengen pake yang mana emangnya?" Tanya Bintang balik.
Fatih mendesus, "Huuuh, Kan aku nanya kamu". Fatih mengerucutkan bibirnya, Bintang tersenyum melihat ke arah Fatih. "Jadi, menurut kamu bagusan yang mana?" tanyanya lagi, Bintang pun menunduk malu, ia merasa senang Fatih menanyakan hal-hal sesederhana seperti ini.
"Aku lebih suka yang warna ini sih, Mas" jawab Bintang pelan sambil menujuk dasi yang berwarna merah hati dengan motif bergaris.
Fatih pun mendekat dan menyerahkan dasi itu ke Bintang, "Jadi, tolong pakaikan." Bintang mendongak kearah Fatih, dan mulai memakaikan dasi itu, Bintang merapikan dasi itu sambil memperhatikan wajah Fatih yang mulai ditumbuhi kumis dan bulu-bulu halus disekitar dagunya. Akhir-akhir ini Bintang merasa jika Fatih sudah jarang untuk membersihkan bulu-bulunya itu. hehe
Setelah rapi, Bintang pun sudah ikut duduk dimeja makan untuk menemani Fatih sarapan pagi dan membuatkannya kopi, meskipun dirumah sudah ada mbok marni tetapi Bintang lebih suka membuatkan kopi untuk Fatih sendiri, karena Bintang ingin meniru kebiasaan yang dilakukan mamanya, ia sangat senang saat melihat mamanya membuatkan kopi untuk papanya di pagi hari.
Setelah selesai, akhirnya Bintang dengan menggendong Yusuf dan mengantarkan Fatih kedepan, hal yang baru beberapa minggu ini Fatih lakukan adalah mengelus puncak kepala Bintang sebelum ia berangkat ke kantor.
Jangan ditanya kenapa hanya mengelus puncak kepala, selama sebulan ia tinggal bersama Bintang belum terjadi kontak fisik diantara mereka, ya you know lah, seperti, eerr.. ciuman misalnya. Mereka masih sama-sama biasa, saling menghargai perasaan masing-masing, tapi tanpa ingin tau perasaan masing-masing. Mereka berdua hanya membiarkan perasaan mereka mengalir seperti air..
***
Fatih Pov
Seakan mendapat oase di hamparan padang pasir, seakan mendapat cahaya ditengah gelapnya ruang jiwa, itulah Bintang bagiku. Wanita itu hadir, menjadi sosok baru dalam hidupku, sosok penerang yang Rena berikan padaku untuk menggantikannya. Sosok yang menyayangi putraku dengan ketulusan hatinya, sosok yang membuat hatiku bergetar setiap saat aku melihat senyumnya.
Aku sudah sampai dikantorku tiga puluh menit yang lalu, aku masih ingat saat Bintang memakaikan dasi untukku, aku tidak tahu kenapa aku merasa sangat senang saat melihatnya tersipu seperti tadi. Mengingatnya membuatku ikut tersenyum geli, sampai aku tidak sadar ada seseorang yang menatapku di depan pintu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta
RomantizmBerawal dari sebuah keterpaksaan akhirnya Fatih menyetujui permintaan terakhir istrinya Rena yang tengah mengalami kritis setelah melahirkan anak pertamanya. Rena ditengah masa kritisnya menyampaikan sebuah pesan apabila dia tidak bisa lagi menjala...