26

19.5K 757 17
                                    

Mendengar kalimat yang keluar dari bibir Fatih, air mata Bintang tak henti – hentinya mengalir. Bagi Bintang ia bahkan merasa sangat kecewa dengan dirinya sendiri, mungkin saja juga akan sangat membuat Fatih kecewa, karena harapan keduanya belum juga terwujud hingga saat ini.

Fatih membawa Bintang kedalam dekapannya, "Hei, Bunda. Sssh.. Nggak masalah. Mungkin belum saatnya." Fatih mengelus punggung Bintang yang bergetar, dalam hatinya ia sangat menyesal karena berbicara lancang sehingga membuat Bintang meneteskan air matanya. "Maaf.. Maafin aku, Bun. Sungguh aku nggak berniat untuk membuatmu menangis seperti ini lagi. "

Bintang masih saja terisak didalam dekapan Fatih, ia mencengkeram kemeja yang Fatih kenakan. "Sudah Bunda, sudah. Hatiku pedih mendengar suara tangismu."

Bintang menatap Fatih nanar saat Fatih melepaskan pelukannya dan menatapnya lembut, Fatih membelai pipi Bintang yang basah karena air mata. Melihat Bintang seperti ini, hati Fatih terasa seperti tersayat benda tumpul berkali – kali. Sangat pedih dan menyakitkan.

Mengingat sudah hampir satu tahun Fatih dan Bintang bersama namun belum juga ada tanda – tanda jika Bintang mengandung buah cinta mereka berdua membuat Bintang merasa cemas dan khawatir dengan dirinya sendiri. Dan demi memastikan kesehatan dan kesuburannya, Bintang tidak hanya sekali ataupun dua kali melakukan tes kesehatan dan kesuburannya, karena memang mereka berdua sudah ingin sekali memberikan adik untuk Yusuf.

Dan lagi - lagi, Fatih melihat istrinya menangis karena masalah itu. Sungguh Fatih lupa jika Bintang sangatlah sensitif jika menyangkut hal itu.

Fatih mengecup kening Bintang lama, "Maafin aku Bun, nggak seharusnya aku berkata seperti itu tadi." Bintang hanya diam tidak bergeming menatap dada bidang Fatih. "Aku percaya, Kita secepatnya akan mendapatkan titipkan sebuah kehidupan dirahimmu itu, Kita hanya perlu meyakinkan Tuhan bahwa kita sudah mampu menjaga kepercayaan yang Dia berikan pada kita" Fatih mengelus perut datar Bintang. "Dan terutama, Kita perlu berusaha lebih keras lagi dan jangan pernah lelah dalam berdo'a." Ujar Fatih yang mau tak mau langsung menimbulkan semburat merah diwajah Bintang.

Bintang tersenyum singkat sambil mengusap air mata dan ingusnya dengan punggung tangannya dan memeluk Fatih lagi, Fatih tersenyum geli melihat tingkah Bintang yang seperti anak kecil. Bintang menyembunyikan wajahnya lagi didada bidang Fatih saat ia sadar sedang diperhatikan oleh Fatih. Bagi Bintang sebesar apapun masalah yang sedang ia pikul, asal ada Fatih disampingnya ia tidak takut untuk menjalaninya. Karena Fatih adalah rumahnya, yang akan selalu menjaga dan melindunginya dari apapun itu.

"Aku juga minta maaf, Mas. Jika kali ini aku membuatmu kecewa lagi." Ucap Bintang parau.

"Ssst. Sudahlah, kita harus berpikiran yang positif,Bunda. misalnya saja mungkin kita saat ini harus merawat Yusuf dulu hingga ia sedikit besar, sampai ia bisa memahami jika kamu akan membagi kasih sayangmu ke calon adiknya kelak." Lagi – lagi ucapan Fatih menenangkan buat Bintang.

"Dan, kita juga belum terlalu tua kok jika harus menunggu sampai Yusuf berumur tiga atau empat tahun baru punya adik. Itu tidak masalah buatku. Aku masih sanggup." Jelas Fatih dengan nada sedikit menggoda Bintang. Bintang yang merasa di goda oleh suaminya langsung mencubit pinggang Fatih hingga membuatnya meringis.

***

Dilain tempat, Rayhan yang sedang merebahkan tubuhnya diranjang tidurnya. Badannya terasa sangat pegal – pegal akibat hampir seharian duduk di kantor. Sebenarnya ia tidak ada masalah dengan pekerjaannya, hanya saja hari moodnya sedang drop sekali. 

Rayhan membuka lockscreen ponselnya, ia membuka beberapa pesan yang ia terima tanpa berniat untuk membalasnya. Ia benar – benar meras butuh refreshing, apalagi, otaknya terasa seperti terbakar jika mengingat hal – hal yang membuat dadanya sesak.

Takdir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang