27

19.4K 760 15
                                    

Oh hai semua, Assalamu'alaikum.

Tadi udah update sih, tapi nggak pake protokol. wkwkwk

Sebelumnya, saya pribadi mengucapkan Minal aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir bathin yaa

Akhirnya sampai juga dipenghujung part terakhir, yeay... 

ini lah, khusus buat kalian semua. 

Selamat malem minggu, yang jomblo jangan sedih ya. *mwah*

__________________________________________

Lara pov

Aku menangis?

Aku mengusap air mataku yang terus saja mengalir. Aku berusaha mengalihkan pandanganku kearah lain agar Ray tidak melihatku, setidaknya tidak saat aku menangis seperti ini.

"Dia wanita yang ingin kubahagiakan, wanita yang ingin kujadikan alasan untuk hidup, i love her, so much."

Aku tahu tak sepantasnya memang jika aku menangis saat mendengar Ray mengucapkan itu, memangnya aku siapa? tapi aku juga tidak bisa membohongi jika didalam hatiku ini seperti teremas dan sakit saat aku mendengarnya. Dia masih mencintai wanita itu.

"Maaf, Ray. Aku harus pergi." Ucapku parau. Aku benci mendengar suaraku seperti ini.

Rayhan menoleh kearahku, "Aku harus pergi." Lanjutku, aku bersiap untuk bangun dan meninggalkannya sebelum Ray bertanya padaku.

"Kenapa, Ra?" Rayhan memandangiku bingung.

Aku menggeleng, dan tetap bangkit, berlari meninggalkannya, meninggalkan Ray dengan segala masa lalunya, dan setidaknya untuk saat ini aku tidak ingin bertemu Ray.

Aku ingin kamu berdamai dengan masa lalumu, Ray. Itu saja.

Sekali lagi aku menoleh kearah Rayhan, dan itu sangat amat kusesali. Dia tidak mengejarku. Jangankan mengejar, bahkan menoleh kearahkupun tidak Ray lakukan.

Aku juga ingin kamu melupakan masa lalumu, Ray. Sulitkah itu?

Aku mengusap air mataku kasar. Aku benci seperti ini, sebenarnya aku ini kenapa?

"Kenapa aku harus sakit hati, bahkan aku bukan siapa – siapa Ray. Ingat Ra, kamu harus ingat, Ray bukan siapa – siapamu. Bahkan kamu tidak berhak seperti ini tadi." Aku berjalan gontai. "Seharusnya aku disana, menemani Ray, bukan malah seperti ini."

Cukup lama aku berfikir akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke Ray, namun saat aku berbalik kebelakang aku melihat dia.

Rayhan.

Aku terpaku saat Rayhan menatap ke dalam mataku. Bahkan semua kekesalanku menghilang begitu saja saat Rayhan mulai berjalan menghampiriku. Ray masih tetap menatapku saat dia sudah tepat didepanku. Aku meneguk salivaku susah payah.

"Kenapa pergi?" Rayhan membuka suaranya.

Aku juga masih tetap menatapnya, kemudian menggeleng. Aku sendiri tidak tahu kenapa aku harus pergi tadi. Arrgh, kekanakan sekali, bathinku.

"Kenapa kamu pergi, Ra?" tanyanya sekali lagi. Suaranya melembut, bahkan aku rasa air mataku sebentar lagi akan mencelos.

Aku menunduk, "A-aku nggak tahu, Ray." Jawabku serak. Kutekankan sekali lagi, Aku benci mendengar suaraku yang seperti ini.

Aku tetap menunduk saat tangan Ray terulur untuk mengangkat daguku, Ray menuntunku untuk menatapnya, jantungku terpompa saat tangan Ray terangkat menyentuh puncak kepalaku.

"Kenapa menangis? Apa aku buat kesalahan?" tanyanya. Tangan Ray masih berada dikepalaku, mengusapnya pelan.

"For God sake Ray, lepaskan tangan kamu itu, atau aku benar – benar akan pingsan sekarang juga!" Bathinku.

Aku mengusap pipiku yang basah air mata dengan punggung tanganku. Ray menuntunku untuk duduk dikursi salah satu taman, kali ini dia menatapku sampai – sampai aku merasa salah tingkah.

Cukup lama kami dalam diam, akhirnya Ray membuka suara.

"Jangan pergi, Ra" Ray menatapku lembut. Tangannya terarah untuk menggenggam tanganku.

"Ap-apa?" aku tergagap. Demi apa dia menggenggam tanganku. Pipiku terasa terbakar rasanya. Jantungku melompat – lompat gila.

"Aku bilang jangan pergi." Lanjut Rayhan.

Aku mengangguk, "Aku nggak pergi kok, ini aku disini kan"

Rayhan tiba – tiba saja berlutut di hadapanku, "Maksudku, jangan pergi dari hidupku."

Aku melotot, mungkin mataku ini sampai keluar kalau bisa. Aku masih diam. "Kamu kosong kan?" tanyanya. Rayhan masih berlutut dihadapanku.

"A-aku kosong hari ini." jawabku gugup.

Rayhan mengetuk – ngetuk dahiku dengan telunjuknya. Lalu menggeleng. "Lemot ya, kamu nggak punya pacar kan?"

Aku menggeleng – geleng, mataku masih tertuju pada Rayhan.

Rayhan tersenyum, "So, please stay with me, Ra?"

Ini Rayhan nembak aku apa gimana sih?

Aku masih diam, "Ra, aku tahu mungkin kita memang belum lama kenal, dan bahkan awal pertemuan kita memang sedikit kurang begitu menyenangkan. Tapi aku suka ada disampingmu, aku merasa beban dihatiku ini berkurang saat aku tertawa bersamamu, dan aku rasa aku ada crush sama kamu. Jadi, maukah kamu tetap disisiku, ajak aku keduniamu. Agar aku bisa merasakan bahagia lagi. Ajak aku meninggalkan masa laluku, Ra." Rayhan menunduk, dan menghembuskan nafas sejenak kemudian menatapku lagi. "Ra, aku terlalu percaya diri ya berbicara seperti ini?"

Setelah cukup lama akhirnya aku bisa membuka suaraku. "Kenapa kamu ingin masuk duniaku, Ray?"

Rayhan menatapku lembut, "Karena aku rasa kamu bisa membantuku untuk menerima kenyataan dan membantuku berdamai dengan masa laluku, Ra. Aku tidak memintamu untuk membalas semua pernyataanku disaat nyatanya aku masih mencintai wanita lain hingga saat ini, tapi aku percaya waktu bisa merubah semuanya kan Ra. Waktu bisa menyembuhkan luka ini. Aku ingin kamu berjanji untuk tetap disampingku, hingga saat nanti aku akan mencintaimu lebih dari wanita itu."

Mendengar ucapan tulus dari Rayhan mau tidak mau membuat air mataku yang mencelos keluar. Aku mengangguk. Aku percaya, Rayhan juga berusaha menerima kenyataan dan berdamai dengan masa lalunya. "Aku janji, aku akan tetap disampingmu." Rayhan bangkit dan mengusap air mataku, "Dan ku pastikan, kamu akan mencintaiku. Secepat mungkin." Lanjutku.

Rayhan terkekeh dan mengusap puncak kepalaku. Lama kami terdiam dan saling memandang, akhirnya Rayhan membawaku kedalam pelukannya.

Aku memejamkan mata.

Ini awalku bersama Rayhan.

Aku harus menarik kata – kataku jika Rayhan tidak mengejarku. Buktinya dia mengejarku, dan bahkan memelukku saat ini.

Hari ini aku memang menangis, namun bukan hanya untuk alasan kepedihan, tetapi juga untuk kebahagiaan yang telah ku genggam.

Betapa adil Tuhan menciptakan rasa didunia ini. 

__________________________________________________________

salam,

RnL

Takdir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang