Rayhan pov 3
Hari ini tepat seminggu setelah kejadian itu, pengakuan bintang. Pengakuan yang membuatku merasa sangat hancur. Entah aku rasa hubungan ini memang tidak seharusnya seperti ini. Menggantung.
Flashback on
Dia berniat untuk keluar namun kutahan dan kupeluk dia dengan erat "jangan pergi, kumohon jangan pergi".
Dia hanya diam, dan aku pun tak berniat untuk melepaskan pelukanku ini, kurasa dia menepuk-nepuk punggungku dan melepaskan pelukan dariku, dan saat ini dia sudah keluar dari mobilku, dan kali ini aku hanya diam saja.
Aku menatap getir kearah luar, kulihat punggung bintang semakin menjauh dari pandanganku.
Kenapa dia seperti tidak ingin memperjuangkan hubungan ini?
Apa dia memang menyukai mas fatih?
Apa dia benar-benar ingin agar aku melepaskannya?
Apa dia-?
"Sial," umpatku.
Flashback off
Hari ini sesuai dengan keinginanku papa dulu, setelah menyelesaikan studiku papa menyerahkan perusahaannya kepadaku, dan sekarang aku resmi menjabat menjadi General Manager di perusahaan papa. Aku akan membuktikan bahwa aku pantas untuk menjadi penerus Aditya Group dan aku juga layak bersaing untuk merebut bintang kembali kesisiku.
Kulangkahkan kakiku menuju ruangan yang selama seminggu telah menjadi ruanganku. Ruangan yang menjadi saksi dimana aku harus berdiam diri menenangkan hati dan pikiranku, yang menjadi saksi dimana saat aku harus meneteskan air mata karena sangat merindukan wanitaku itu.
Hari ini kerinduanku ini sudah tidak bisa kubendung lagi, dan saat ini aku sudah berada di depan salah satu gedung yang menyembunyikan wanitaku itu, kulihat dia keluar dari gedung itu dan akupun juga lekas keluar dari mobilku ini. kulihat dia terkejut melihat kearahku.
Dia berjalan kearahku dan aku pun juga melangkah kearahnya.
"Hai" sapaku.
"Hai" dia tampak memperhatikanku dari kaki sampai rambutku.
"Bagaimana kabar kamu?"tanyaku basa basi.
"Baik ray, kulihat kamu juga semakin baik"
Perasaan rinduku sudah membuncah dan kutarik dia dalam pelukanku, " I miss you bintang, aku sangat merindukanmu, cukup seminggu kita tidak ada kabar seperti ini. ini sungguh membuatku tersiksa, aku bisa gila"
Bintang masih sama, dia hanya diam dan tak menanggapi ucapanku.
"Aku antar pulang"
"Maaf ray" jawabnya.
"Kenapa? Aku cuma mau nganterin kamu pulang"
"Aku sudah ada janji dengan mas fatih"
Kulepaskan pelukanku dan kutatap bintang lekat-lekat.
"Bintang"
Dia hanya menunduk. "Tatap aku bintang".pintaku
"Apa maumu saat ini?"
"Aku ingin sendiri" jawabnya.
"Maksudmu apa kamu ingin aku melepaskanmu?"
"Mungkin memang sebaiknya begitu ray"
Apa maksudnya, apa dia benar-benar tidak bisa merasakan bagaimana sakitnya menjadi aku.
"Kamu nggak tau bagaimana sulitnya menjadi aku ray" dia tampak menghela nafas. "aku ingin bersamamu, namun aku tidak bisa. Karena aku sudah berjanji pada rena, pada sahabat karibku" ujarnya. "kamu egois, kamu hanya memikirkan perasaanmu tanpa memikirkanku, aku saat ini hanya ingin meyakinkan diriku apa yang aku lakukan ini benar atau salah. Kamu tahu bukan rena meninggal karena melahirkan anaknya, putranya butuh sosok seorang ibu didalam hidupnya saat ini, dan rena mempercayakan itu kepadaku ray, pernahkan kamu memikirkan bagaimana sulitnya menjadi aku" ucapnya menggebu. Hatiku merasa sesak mendengar ini.
"Maaf ray, aku rasa-" kulihat raut wajah membelalakan matanya terkejut, dan aku pun ikut melihat kearah yang membuat rena terkejut.
Sosok lelaki yang begitu rapi dengan setelan jas tuxedo turun dari mobil sedan mewah berwarna hitam.
Ya,
Yang kutau empat tahun yang lalu, dialah yang bernama Fatih Gibran Muhammad, suami dari rena.
Hei hei heii..
Assalamu'alaikum.
Nongol lagi nih malem-malem.
Btw, enaknya TBC nggak sih?
Kalo iya, Vote & Comment yap.
Bye.
Salam,
RnL.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta
RomanceBerawal dari sebuah keterpaksaan akhirnya Fatih menyetujui permintaan terakhir istrinya Rena yang tengah mengalami kritis setelah melahirkan anak pertamanya. Rena ditengah masa kritisnya menyampaikan sebuah pesan apabila dia tidak bisa lagi menjala...