"Lee Min Ho ssi.. "
Dengan susah payah akhirnya Alice bisa membuka suaranya. Dewi batinnya sedang tak sadarkan diri sementara sang akal sehat mengalami kolaps sesaat.
Pria yang ia rindukan selama dua tahun, sekarang sedang berdiri tepat di depannnya, dengan setelan jas hitam yang melekat pas di tubuhnya serta potongan rambutnya yang lebih pendek dari terakhir yang bisa ia ingat, diluar itu semua, pandangan mata pria itu masih sama. Padangan yang mengisi bunga tidur Alice selama dua tahun ini. Ingin rasanya ia segera memeluk erat pria itu dan mengatakan betapa banyak rasa rindu yang ada didalam hatinya , namun ia tak bisa karena segenap akal sehatnya telah membangun sendiri dinding baja kasat mata tepat di depannya untuk mencegahnya melakukan semua itu.
"Apa yang sedang kau lakukan disini?" Alice berusaha bicara senormal mungkin, untuk meredakan ketegangan didalam dirinya.
"Menurutmu?"
Oh ini menyebalkan, bisik dewi batin Alice. Ia tidak suka ketika ia bertanya dan dijawab dengan pertanyaan juga.
Alice beberapa kali hendak membuka mulutnya namun kembali menutupnya karena tak tahu harus berkata apa di depan Minho.
"Apa ada yang ingin kau katakan padaku?" Minho bertanya.
"Apa menurutmu ada hal yang perlu kukatakan?" jawab Alice.
Ok. Kita berdua menjadi dua orang yang menyebalkan sekarang, akal sehat Alice mencibir sang dewi batin.
"Tentu saja, misalnya.. alasan kenapa kau pergi dua tahun lalu atau alasan kenapa kau kembali sekarang."
"Kurasa tidak, karena dua tahun lalu aku telah memberitahukan alasanku meninggalkanmu."
Alice menjawab cepat."Kau bahkan tidak ingin mengucapkan terima kasih kepada orang yang telah menyelamatkan nyawamu dan pergi begitu saja?"
Alice memalingkan wajahnya karena ia tak tahu harus menjawab apa.
Tepat setelahnya, pintu ruang ganti itu kembali terbuka. Kali ini yang datang seorang pria yang tak kalah tampan dari Minho, hanya saja usianya lebih muda. Ia membawa dua buah gelas plastik berisi ice coffee dengan topping cream dan saus coklat yang menggoda selera.
Baru kali ini Alice merasa sangat bersyukur dengan kehadiran Lee Myung Soo dengan wajah tanpa dosanya itu. Karena kehadiran pria muda itu setidaknya membawa sedikit oksigen untuk dirinya yang telah sulit bernafas sejak keberadaan Minho di dekatnya.
"Apa yang sedang kau lakukan disini?"
Minho yang langsung bertanya disertai kerutan dalam di kedua alisnya saat melihat Myung Soo mulai melangkahkan kakinya untuk mendekat.
"Hyung.. kau ada disini?"
Walau sedikit tergagap namun ia tetap melangkah masuk ke ruangan itu."Cepat pergi dari sini."
Dan perkataan Minho sukses membuat MyungSoo berhenti di tempat setelah dua langkah. Ia baru saja memutuskan untuk berbalik pergi tepat sebelum Alice ikut membuka suara.
"Jangan pergi!"
Karena saat ini kau satu satunya dewa penolongku dari si Aktor sinting yang tampaknya ingin memakanku hidup hidup, batin Alice.
"Cepat pergi!" Kali ini Minho sedikit menggeram disertai tatapan tajam ke arah Myung Soo .
"Jangan Pergi!" Alice menaikan nada suaranya beberapa oktaf.
Membuat MyungSoo tambah frustasi.
"Hyung.. Nuna.."
"Jugule!! " *kau mau mati*

KAMU SEDANG MEMBACA
Just call me Oppa !
Romance"Aku benar benar tidak bisa memutuskan apakah hari ini kau beruntung atau sial Alice, karena dalam satu hari ini kau bisa bertemu dengan dua bintang besar, namun kedua bintang itu sepertinya membawa nasib yang kurang baik untukmu." ujar Mimi sambil...