Alice's PoV
"Jangan ti..nggalkan aku alice ssi.."
Itu adalah kata terakhir yang kudengar sebelum ia kembali menutup matanya. Tangan yang tadinya membelai lembut pipiku pun telah jatuh terkulai.
"Andwae.. Lee Min Ho ssi... bangunlah... Min Ho ssi..."
Aku memeluknya sambil terus meneriakkan namanya dalam tangisan. Aku tidak tahu apakah ia pingsan atau mungkinkah ia meninggal. Tidak. Apapun itu, aku hanya ingin ia kembali bangun dan membuka matanya. Aku tak meminta apapun. Hanya ingin ia kembali bangun. Tapi ia tetap diam, tak bergerak.
Saat sedikit akal sehatku muncul, aku segera mencari sang pengemudi yang tadi menabraknya. Aku hanya berharap ia bisa menolong Minho, atau siapa saja yang kiranya bisa segera menolong pria yang berada dipelukanku saat ini.
"Ahjussi...! tolonglah,, segera bawa kami ke rumah sakit!"
Pria pengemudi itu tampak sedikit terkejut dengan teriakanku yang nyaris histeris hingga ia mengalihkan perhatian dari ponsel di tangannya.
"I-iya nona, se..karang juga aku sedang mencoba menghubungi ambulans ta..pi saluran mereka sedang sibuk."
Pria setengah baya itu menjawab gugup tanda ia juga masih mengalami syok.
"Mobilmu saja.. antar kami ke rumah sakit dengan mobilmu ahjussi.. ppali..ppali.." mohonku dengan uraian air mata yang belum berhenti.
Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi, karena aku merasakan cairan yang terus keluar dari bagian belakang kepala Minho. Ya Tuhan.. kumohon, jangan ambil pria ini dariku
"I-i-iyaa.."
Ahjussi itu segera membantuku mengangkat tubuh Minho dan membawanya ke bangku belakang mobilnya.
~~~~
Di sebuah lorong rumah sakit yang sunyi aku duduk di salah satu kursi tunggu yang berjejer rapi sambil memandangi sebuah monitor ukuran 32 inci yang tergantung apik di tembok berwarna putih bersih. Di dalamnya terdapat tulisan yang seumur hidup ini kukira hanya dapat kulihat di drama televisi.
RUANG OPERASI
NAMA : LEE MIN HO
STATUS : BERLANGSUNG
Dalam mimpiku yang paling terburukpun aku tak pernah membayangkan Minho akan mengalami kejadian ini. Sejak aku mulai merasakan perasaan yang tumbuh untuk dirinya, aku sudah memikirkan segala resiko dan konsekuensi yang mungkin terjadi akibat hubungan kami. Entah itu diriku yang dicacimaki oleh para fans nya, aku yang kehilangan privasiku karena para wartawan, kehilangan pendidikanku di universitas, atau mungkin dicelakai oleh para fans yang membenciku tapi ini, ini tak pernah kubayangkan sebelumnya.Aku memandangi kedua tanganku yang kembali bergetar, kemudian menautkan erat keduanya, berusaha menenangkan diri sendiri. Kedua tanganku sudah dibersihkan dengan antiseptik oleh seorang perawat tadi, tak ada lagi darah segar disana. Ya, darah Minho. Tapi entah kenapa aku masih merasakan semuanya. Hangat cairan berwarna merah pekat itu masih kurasakan ditanganku.
"Andwe..andwe.." bisikku sambil menutupi wajahku dengan kedua tangan,mencoba meredam isakanku.
Demi Tuhan, tolong jangan biarkan ia pergi. Tolong sembuhkan dia. Tolong. Doaku berulangkali. Aku yang bersalah disini. Aku yang telah menyakiti hatinya. Aku yang meninggalkannya. Aku yang tak dapat membalas cintanya. Tapi kenapa justru ia yang mengalami kecelakaan ini? Kenapa bukan aku? Kenapa?

KAMU SEDANG MEMBACA
Just call me Oppa !
Romance"Aku benar benar tidak bisa memutuskan apakah hari ini kau beruntung atau sial Alice, karena dalam satu hari ini kau bisa bertemu dengan dua bintang besar, namun kedua bintang itu sepertinya membawa nasib yang kurang baik untukmu." ujar Mimi sambil...