"Lepasin, K!"
Cengiran tak bersalah dan tololnya membuatku benar-benar ingin menjambak rambutnya. Namun kemudian Ia melepas dan menghempas pergelangan tanganku.
"Sinting!" Ia menggandeng tanganku selama perjalanan dari awal masuk mall hingga kami tiba di restoran yang ia maksud. Astaga!
"Nih, restonya, eren kan? Masakannya juga enak. Yuk!" terangnya tanpa rasa bersalah. Ia nyengir, tampak antusias.
Kami sampai disalah satu restoran dengan gaya natural-minimalis. Seluruh temboknya didominasi warna abu-abu semen dan batu bata yang dicat putih. Perabotannya serba besi dan kayu. Lantainya berupa lantai kayu mengkilap yang merefleksikan cahaya temaram lampu-lampu gantung diatasnya. Lampu-lampu gantung cantik yang bersinar kuning keemasan, menambah kesan hangat dan romantis. Dibeberapa sisi dan sudut ruangan, ada pohon-pohon medium yang diletakkan di dalam pot besar. Ada pula tanaman merambat yang dililitkan disejumlah pillar dan juga rangkaian besi-besi panjang diatap. Menambah kesan seperti berada di dalam rumah kaca saja.
K memilih duduk di sebelah dinding kaca di sudut ruangan. View yang menyuguhkan kami kenikmatan landscape 180 derajat kota Jakarta selalu tampak sibuk, namun cantik, mulai ditimpa cahaya senja.
Aku menyandarkan punggungku. Membenarkan blazer K yang tengah kukenakan.K tersenyum, mengamatiku selama beberapa saat. Aku menjulurkan lidahku, lalu membuang muka dan kembali menikmati pemandagan dibalik kaca.
Tak lama kemudian seorang pelayan dengan seragam bernuansa hitam-putih menghampiri kami. Memberikan buku menu. K langsung memesan beberapa makanan dan segelas minuman. Seakan sudah teramat menghafalnya dan menyebutkannya semudah mengucap kata 'Sayang' yang biasa ia lontarkan padaku.
Aku masih seperti orang kampung, sibuk membolak-balik buku menuku. Tapi kemudian aku tertarik dengan Baked Duck with Trendor Sauce, Sauteed Mushroom dan Iced Choco Tea. Pelayan itu segera berlalu setelah memastikan lagi pesanan kami."Suka?" tanya K yang melihatku masih sibuk memperhatikan interior ruangan tersebut.
"Hmm... Ini keren dan cozy banget!"
Ia menatapku dengan tatapan menggoda. "Romantis juga kan? Kita kayak lagi ngedate sekarang." lalu tertawa renyah.
"Terserah deh, Mr. Cocky!"
Alisnya yang tebal naik, "Oh, gue dipanggil Tn. Sombong sekarang? Suka maksa juga gitu ya?"
"Ya, gitu deh!" aku mengedarkan garis senyum jahil dan puas.
"Keep going on, your 'Play Hard To Get' game, Miss! And I'll catch you the way I'am!"
Aku terkekeh, "Gue nggak jual mahal kok. Gue cuman rada susah didapetin aja!"
K berkelakar, "Gue dari kecil selalu dapetin apa yang gue mau. Dapetin elu? Gampang!"
Aku menjulurkan lidahku. "Show me!"
"Gampang, simple! Nanti gue cium lo di mobil. Kalo lo nggak bisa bersikap biasa aja dan malah nunjukin sedikit aja kikuk, deg-deg'an dan nafas lo jadi berubah cepet, lo harus ikutin semua mau gue di mobil tadi! Biar lebih valid, nanti gue suruh si Malik juga nilai."
"Konyol! Kekanakan banget sih!"
K menatapku remeh, "Berani nggak? Gitu aja takut! Berarti kan lo takut ketahuan emang. Lo sebenernya suka kan sama gue? Cuman lo gengsi aja dan masih pegang teguh statement konyol lo itu kan?"
"Haha... Sotoy banget lo! Nggak tuh! Lihat aja ntar, gue bisa biasa aja waktu lo nyium gue. Selama apapun dan terserah lo mau nyium gue kayak gimanapun."
"Bener ya? Kalo lo kalah, mulai hari ini juga lo udah harus tinggal di apartemen gue dan dianter sama Malik setiap kemana-mana."
"Trus, kalo gue yang menang?" tanyaku.
YOU ARE READING
TIMBER SPACE II
Romance"Sweet true love or any fuckin' things else... Sorry, I don't believe it! All those fairy tale were full of shit." ujar seorang Mahasiswa Desgraf di bilangan Ibukota, Rescha, apabila ia ditanyai perihal percintaan. Ia terbiasa menjalani hidup tanpa...