24| THE JACKASS

2.9K 257 17
                                    

Sejuknya semilir angin membelai wajahku lembut. Meninggalkan kesan sejuk dan menentramkan.
Kubuka perlahan kedua mataku yang terpejam. Entah dimana saat ini aku berada, yang pertama kali menyapaku adalah hamparan bunga-bunga cantik yang memenuhi seisi bukit tempatku merebah. Beserta hijaunya rumput ilalang yang bergoyang diterpa angin.

Aku bangkit, mengedarkan pandang. "Dimana aku berada saat ini?"

Sebuah daerah perbukitan dengan rerumputan hijau dan bunga-bunga cantik di sekitarku.
Ada hutan pinus tinggi menjulang sejauh mataku memandang. Indahnya langit biru, beserta gumpalan awan putih lembut seperti permen kapas yang manis, membentang disepanjang cakrawala.

"Ya ampun, ternyata kamu disini. Dicariin kemana-mana juga." ujar suara seseorang dibelakangku yang seketika itupun mengagetkanku.

Ia berjalan menghampiriku dengan senyum mengembang. "Anak-anak nyariin kamu tauk. Si Rescha kemana nih? Trus aku disuruh nyariin kamu, Sayang.
Eh, ternyata disini. Bikin aku cemas aja kamu nih." ia memelukku lembut... Mendaratkan kecupan hangat tiba-tiba di keningku. Membuat dadaku berdesir hebat, merasakan kehangatan dari keningku yang turun perlahan menyisir tenggorokanku, dan berakhir di jantungku.

"Keenan?" seruku tak percaya. Entah kenapa aku merasa sudah begitu lama kami tak pernah bertemu. Ada luapan rindu memilukan yang sudah lama kubendung kuat-kuat didalam hatiku.

Aku nyaris tak percaya melihat Keenan, dengan singlet biru dan celana denim pendek selutut, berdiri dihadapanku. Ia tampak terawat, sehat, dan kuat. Ia juga terlihat lebih tampan.
Tapi ada yang sedikit berbeda. Ia membiarkan sedikit kumis dan jenggotnya tumbuh disekitar dagunya. Membuatnya terlihat lebih dewasa dan seksi.

"Iya, Sayang? Ayok, kita mesti cepet balik. Papa nyariin kamu, Hans, anak-anak, semuanya. Kita mau lunch nih! Akupun udah laper banget."

"Papa, Hans? Anak-anak? Mereka semuanya ada disini?" tanyaku masih tak mengerti.

"Udah, ayok! Kamu kenapa sih, jadi aneh gini?
Oh, aku tahu. Bilang aja kamu udah nggak sabar pengen quality time berdua aja sama aku? Haha... Kamu bikin aku gemes aja.
Sabar dong... Mereka kan udah jauh-jauh kesini. Lagian mereka jarang bisa pada kesini lengkap." Keenan mencubit pipiku gemas. Ia mengusap bibirku lembut dengan jemarinya, lalu mendaratkan kecupan hangat tiba-tiba selama beberapa detik.

Jantungku rasanya seperti melesak jatuh merasakan kecupan demi kecupan yang ia daratkan. Membuatku terlena dalam pesonanya. Melupakan kegelisahanku, dimana sebenarnya saat ini aku berada.
Aku bahkan tak bisa mengingat apapun.

Kalau ini hanya sebuah mimpi, aku tak ingin segera dibangunkan. Aku ingin berada disini lebih lama lagi...

"Kita kan masih punya banyaaak waktu buat berduaan. Aku janji!" ia tersenyum lebar sembari membenarkan rambutku yang berantakkan diterpa angin. "Yaudah, yuk kita buru balik. Kasian mereka udah pada nungguin kita." ia langsung menggandeng tanganku. Sontak aku berjalan mengekor di belakangnya, melewati rerumputan hijau disepanjang jalan yang kami lewati.

Selang beberapa saat kemudian tampak sebuah rumah yang cukup besar menyambut kami diujung jalan. Rumah minimalis bercat putih gading dan cokelat. Dengan halaman depan yang cukup luas.
Ada banyak motor, beserta dua buah mobil terparkir disana. Tampak ramai didatangi oleh banyak orang.

Perlahan kami menaiki tangga kayu menuju teras. Kemudian Keenan segera membuka pintu dan mengajakku masuk.
Ia membawaku melewati ruang tamu. Ada banyak barang dan pernak-pernik natal tertata rapi disana.

Aku sempat melihat salah satu frame foto tertempel didinging, yang menunjukkan foto kami berdua dengan latar putih.
Keenan tampak begitu menawan, gagah dan juga tampan dengan setelan jas hitamnya. Disampingnya ada fotoku yang tengah memeluknya canggung dari samping.
Foto itu nampak lucu. Aku menyukainya.

TIMBER SPACE IIWhere stories live. Discover now