08| HEARTACHE

6.4K 356 8
                                    

Aku malas membalas chatnya. Tapi kalau dipikir-pikir, dengan membalasnya, aku bisa menunjukkan dan menekankan bahwa aku cukup kecewa. Aku ingin menunjukkan jarak yang kubuat mati-matian diantara kami.
(Nggak bisa. Gue gereja kalo minggu, kelar siang. Trus, masuk kerja shift siang sampe jam sepuluh malem.) 10:45

Mr. K,
(Tapi kan masih seminggu lagi. Usahain lah, Sayang! Besok minggu pokoknya aku suruh Driver buat jemput kamu dikosan ya!) 10:47, Read.

Shit! Jalan dan duduk gue susah sekarang. Hole gue masih sakit. Rasanya perih banget dan panas di dalam. Terutama waktu rada 'ngejan karna sesuatu. Dan sekarang gue cuman bisa jalan pelan-pelan buat ke kosan. Sebisa mungkin nahan dan berusaha buruan nyampe kos. Dan tololnya, ditengah perjalanan air mata gue netes gitu aja. Entah sakit fisik, batin yang kecewa, atau karna masa lalu pahit yang bikin dejavu dengan perih ini.

Gue masih ingat betul kapan gue pernah ngerasain rasa sakit yang sama. Walau sepertinya kalau berusaha paksa diingat-ingat memang nggak separah sekarang ini. Tapi gue masih ingat dengan detail kejadian ironis itu. Ingat dengan detail betapa sakitnya harus menerima dan menahan rasa sakit itu. Dan ingat dengan jelas gimana lebih sakitnya batin gue harus dikecewain sama orang yang bener-bener nggak nyangka bakalan tega dan gelap mata buat ngelakuin itu.
Setelah kejadian itu pun gue masih harus nanggung sakitnya selama berminggu-minggu. Dan sakitnya hati karna sayat demi sayat kenyataan yang butuh waktu lebih dari sekedar berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun buat sekedar ngerasa better, bukan ngelupain. Karna gue nggak akan pernah ngelupain hal yang bikin gue kecewa setengah bangsat, bikin gue akhirnya ikutan jadi gay, dan sekarang gue sebinal ini.

Gue masih inget gimana keadaan dan kejadian yang untuk pertama kalinya harus dialami seorang remaja SMP 14 tahun yang naif dan bener-bener nggak tahu apa-apa. Bahkan nggak tahu bahwa homo atau homosexual itu istilah umum buat manusia dengan orientasi penyuka sesama jenis. Nggak tahu bahwa untuk pria, istilahnya gay. Cuman tahu kalau lesbian adalah istilah untuk wanita. Dan selama ini cuman bisa nyebut gay itu ya homo. Apalagi buat tahu kalau gay itu puncak pacarannya nggak cuman pedang-pedangan kemaluan seperti yang anak SD atau SMP bayangkan dan candakan. Tapi sampai melakukan anal seks.
Dan saking polosnya gue waktu itu, dengan kehidupan remaja seusianya yang cuman tahu sekolah, maen dan belajar, bahkan gue masih bingung banget dan mikirin, manusia siapa yang dulu pertama kalinya homo, kenapa homo, mikir sekaligus ngebikin bahwa lubang kotoran menjijikkan seperti itu bisa jadi alternatif buat melakukan seks dengan pria. Berasa kayak bego' aja, nyari lubang seadanya diotak manusia jaman dulu banget yang memang manusia jaman itu kan masih dongo' dan primitif. Dan akhirnya jadilah istilah sodom, kaum sodom dan bahkan anal seks itu eksis dan menjamur dikalangan kaum gay, bahkan straight sampai jaman sekarang. Dengan tingkat pelaku yang lebih banyak lagi. Dengan jumlah gay yang lebih banyak lagi.
Jaman sekarang, bahkan anak SD aja udah berhubungan diam-diam dengan teman cowoknya, apalagi anak SMP yang masih manis dan inncoent. Udah harus dipermainkan dan ditipu sama pria-pria diluar sana yang gila seks.
Tentunya kebanyakan mereka satuan, belasan, bahkan puluhan tahun jarak usianya. Ini realita dan ironi jaman sekarang. Makin banyak anak dibawah umur yang udah mampang disosmed, grup gay, bahkan gay dating apps. Dan dengan bangganya jadi gay diem-diem diluar sepengetahuan keluarga dan teman-temannya. Bahkan banyak banget yang udah binal, yang seharusnya anak seusia itu nggak sejauh itu pergaulannya. Mereka terlalu naif buat ditipu dan diombang-ambing orang lain. Mereka cuman pengen nyalurin rasa penasaran dan rasa ingin tahu mereka yang memang sedang besar-besarnya diusia segitu. Atau mikirin betapa bahagianya dibuai kasih dan sayang, Dibuai indahnya cinta dan hubungan yang sebenarnya tipu muslihat pria gila seks yang ingin memanfaatkan, membodohi dan menikmati kepolosan mereka.

Oke, kalian siap dengerin flashback masa lalu gue? Yang sebenernya gue malas dan sakit hati kalo harus ceritain masa lalu pahit itu. Tapi gue Rescha, yang selalu kuat dan tegar hadapin realita kerasnya dan betapa nggak adil, serta sulitnya buat sekedar jadi manusia dan hidup didunia. Betapa gue tahu betul hidup ini nggak semudah cerbung, novel, bahkan film murahan yang berusaha menciptakan indah dan mudahnya hidup, romansa, dan hal-hal kebetulan yang mereka rangkai klise dengan konflik murahan ditengah cerita. Itu bener-bener SAMPAH! Gue benci dengan hal-hal manis dan makanan manis. Karna gue salah satu manusia yang tahu betul gimana sulit dan nggak adilnya realita hidup ini.

TIMBER SPACE IIWhere stories live. Discover now