K dengan sopan membukakan pintu mobil dan mempersilahkanku masuk. Lalu berlari memutar dan masuk ke mobil. Ia menatapku singkat, mendekatkan tubuhnya dan memasangkan safebelt untukku perlahan, sembari menatapku lekat. Kami saling menatap selama beberapa saat. Mata kami bertemu, seakan saling mengisyaratkan apa yang ada dibaliknya.
Ia semakin mendekatkan wajahnya, bibirnya lebih tepatnya, sembari mengusap bibir tipisku. "Lo emang manis banget, Res!" bisiknya parau, terdengar bernafsu.
Aku mengalihkan pandanganku dan menjauhkan kepalaku darinya. "Yuk, jalan, udah malem nih!"
Ia segera menyalakan mesin dan melajukan mobilnya. Ia sedikit ngebut di tengah jalanan yang mulai lenggang di jam-jam sekian.
"Pelan-pelan aja lah, gue phobia kecepatan sama ketinggian!" pintaku memaksa.
Ia menatapku sekilas, lalu menurunkan kecepatan dan mengganti persneling. "Anything, Sweetie! I'll do for ya!"
Aku berusaha menormalkan jantungku yang tiba-tiba saja berdegup lebih kencang karna mendengar suara maskulin indahnya mengatakan kata-kata manis melenakan itu. Ditambah dengan senyumannya yang serasa menggetarkan sekujur tubuhku.
Relax, Res! Elo nggak seharusnya kayak gini. Dia cowok hot kayak biasanya. Bentar lagi kalian have fun, lo nyicipin sosok sempurna di depan lo dan semuanya selesai!"Kok lo diem aja sih dari tadi? Ehmm... Udah makan? Apa mau dinner dulu nih?" cecarnya berusaha mencairkan suasana.
"Oh iya, cuman rehat bentar aja. Capek... Ngg... Nggak usah lah, gue nggak laper kok! Gue udah makan pas istirahat tadi." jawabku ala kadarnya.
"Kalo cemilan? Mau beli cemilan dulu nggak?"
"Nggak usah lah, Sayang..." tolakku sopan. Ada pleasure tersendiri ketika aku mulai ikut-ikutan memanggilnya, Sayang.
Ia menghentikan mobilnya dan memarkirkannya di depan mini market yang sebelumnya tampak dari radius 50-an meter.
"Tunggu aja disini, nggak usah nolak! Gue juga sekalian beli kondom sama pelicin, udah abis. Haha..." ia segera membuka pintu mobil, "Lo mau yang rasa apa?"
"Yee... Lo pikir permen pake rasa-rasaan?"
Ia berdiri, meremas nakal tonjolan dari balik celana jeansnya didepanku. "Ini kan emang permen, Sayang! Permen gedhe, panjang, nggak ada abisnya, bikin nagih!"
Ia terkekeh melihat sikap pura-pura bego'ku. "Stroberi aja ya? Aromanya manis, warna pink merona kayak bibir seksi lo!" ia menatapku penuh nafsu. Seakan menahan diri untuk menciumku.
Aku menelan ludah, memperhatikan punggungnya yang semakin lama semakin menjauh.
Arrgghhh... Kepalaku masih dipenuhi pesonanya. Aku sadar bahwa aku masih terjerat dan masuk dalam pesonanya. Matanya, bibirnya, bekas cukuran diwajahnya, tubuh seksinya, suaranya, semuanya... Aku menyukainya. Dan cara dia menatapku, memperlakukanku, aku sangat menyukainya.Astaga, Res! Lo nggak seharusnya selebay ini suka sama orang. Mikirin dia terus dari tadi. Lo nggak biasanya kayak gini mau seganteng dan se-hot apa juga orangnya.
Yaudahlah, ngapain pusing? Lagian ntar setelah semuanya selesai juga bakal biasa aja ke dia. Lo cuman pengen nyicip dan nikmatin tubuhnya. Titik! Nggak lebih!Selang beberapa menit kemudian, ia kembali dengan dua kresek besar penuh belanjaan. Ia memasukkannya di jok belakang, lalu menyalakan mesin.
"Banyak amat? Udah kayak nyetok snack buat darmawisata anak SD aja!" ledekku.
"Kan kita mau wisata ke surga dunia emang?" ia mengusap pipiku lembut beberapa saat, lalu segera melajukan mobilnya.
Pukul sebelas'an kami tiba didepan rumah berpagar hitam besar. Dengan halaman depan yang luas, lengkap dengan air mancur ditengahnya dan tanaman cantik di sekitarnya. Ada patung-patung khas eropa dibeberapa sudut. Dan di depanku berdiri dengan megahnya rumah cantik berwarna putih gading, dengan gaya eropa, lengkap bersama patung-patungnya di beberapa sudut.
YOU ARE READING
TIMBER SPACE II
Romance"Sweet true love or any fuckin' things else... Sorry, I don't believe it! All those fairy tale were full of shit." ujar seorang Mahasiswa Desgraf di bilangan Ibukota, Rescha, apabila ia ditanyai perihal percintaan. Ia terbiasa menjalani hidup tanpa...