04| MY QUEER FAMILY

6.2K 359 9
                                    

Aku mengambil cuti kerja sehari untuk pulang ke Bandung. Aku memang sengaja tak meminta Papa atau Hans untuk menjemputku kali ini. Aku ingin membuat kejutan karna ini bertepatan dengan ulang tahun Papa yang ke 40.
Percayalah, diusianya yang sudah menginjak kepala empat, ia tak tampak seperti kebanyakan sosok Ayah pada umumnya.
Secara fisik, ia terlihat lebih muda dan jauh dari sosok pria duda berusia 40 tahun. Ia tampan dan berkharisma. Ia tinggi, seksi, memiliki badan yang cukup atletis dan masih rajin gym di tempat langganannya.

Gaya berpakaiannya pun masih ala pria berusia 25 tahunan. Dengan kemeja slim fit, kaos v-neck, atau bahkan kadang hanya mengenakan singlet tipis dan short jeans.
Percayalah, penampilannya jauh dari kesan seorang duda dengan dua orang anak yang masing-masing sudah kuliah. Ia tampak seperti pria single berusia 27 atau 30-an. Benar-benar menipu.

Sore itu aku turun dari taksi dan tiba di halaman rumah yang sudah setahun tak ku kunjungi. Pagarnya masih putih, banyak tanaman dihalaman, dan rumah itu masih sama. Rumah bergaya minimalis berwarna shadow, dengan halaman depan yang cukup luas.
Aku segera melangkah, kutekan bel berkali-kali, namun tak ada jawaban. Saat kutekan kenop pintu, ternyata tak dikunci. Aku pun langsung masuk, lalu mencari dimana Papa dan Hans. Namun mereka tak ada dimanapun.

Dan ketika aku membuka kamar Hans dilantai atas, ternyata mereka tengah asyik bercinta diatas ranjang.
Ya, ini salah satu kehidupanku yang harus kalian tahu. Papaku Biseks dan ia memutuskan tak menikah lagi sejak Mamaku meninggal.
Saat aku SMP bahkan hingga SMA, sudah biasa ia membawa teman-temannya ke rumah, menginap dan melakukan hal 'itu dikamarnya. Bahkan pernah suatu ketika saat aku pulang sekolah, mereka sedang sex party diruang tengah. Di atas meja dan sofa, dengan lima orang pria, bahkan pernah lima belas orang.

Apalagi sekedar pemandangan yang saat ini menyambutku, sudah biasa aku melihatnya. Dan parahnya, kadang memang Papaku melakukannya dengan Hans, anak kadungnya sendiri.
Mungkin menurut kalian ini keluarga 'nggak beres, aneh, dan bahkan gila. Aku punya Papa Biseks, gila seks dan 'nggak beres. Sedangkan Kakakku juga gay, dan bisa-bisanya kadang bercinta dengan Papanya sendiri.
Ini nyata, inilah bagian dari kehidupanku. Kami bertiga Gay dan gila seks. Tapi aku tak separah mereka berdua. Bisa-bisanya mereka sudah biasa bercinta dirumah.

Tahukah kalian? Ini bukan hanya ada dicerita, film atau hal-hal fiksi lainnya. Tapi memang nyata dan cukup banyak keluarga 'nggak beres seperti ini diluar sana. Keluarga gay, dan bahkan seorang Ayah yang biasa bercinta dengan anaknya sekalipun. Ini realita yang ironis sekali diluar sana. Dan salah satunya ada didalam keluargaku. Dalam bagian hidupku.

I should've said it before at first, right? Inilah duniaku, inilah kehidupanku. Dan kalian memutuskan untuk tetap membaca, bukan? Meski aku sudah menjelaskan dan memberitahu bahwa kehidupanku jauh dari Ideal Classic Story pada umumnya dan akan membuat kalian punya pandangan, opini baru, bahkan akan merasa aneh, shyock, mual, menolak dan hal-hal buruk lainnya. Tapi aku diawal sudah mengatakan, terserah kalau kalian penasaran dan memutuskan untuk terus membaca dan mengenal kehidupanku sedikit demi sedikit. Tapi aku tak mau menanggung apapun bila terjadi hal-hal seperti diatas yang sudah kusebutkan.
Oke, bisakah kita kembali dan lanjut ke cerita terakhir?

Saat ini mereka tengah ber-doggy style ria diatas ranjang, dengan peluh yang mengucur deras. Hans merintih keras, dibuai kenikmatan yang melenakan dan menyita seluruh inderanya. Menikmati setiap sodokan kasar Papaku.

Aku berdehem, namun bodohnya mereka hanya menoleh sekilas dan kembali melanjutkan kesenangannya.

"Pantes dibel dari tadi nggak dibuka-buka. Apa ini sambutan kalian setelah aku udah setahun nggak pulang?" protesku tak percaya.

"Nanti sayang, tanggung!" tukas Papaku enteng. Ia melanjutkan menggoyangkan pinggulnya dengan kasar ke depan, belakang. Sesekali ia memukul pantat putih Hans hingga memerah.

TIMBER SPACE IIWhere stories live. Discover now