My eyes has catched a man...
The most beautyful man I've ever seen.
My heartthrob got a heart.
With a chance to loving in.I have loved you since you lookin' for nothing.
Long before we both thought the same thing.
To be loved and to be in love.All I could do is say that these arms were made for holding you.
And this heart was made for loving you.
I wanna love like the way you makes me feel.
Every single moment which pulled me in.
Into your estuary of love.Mikha mendapati Keenan tengah berdiri di tepi balkon. Memandangi semburat jingga keemasan di ufuk barat yang mulai ditelan malam.
Ia berjalan mendekat, bermaksud menyuruhnya kembali bersama yang lain."Ngapain lo disini? Masuk geh,"
Keenan menghisap sebatang rokok dalam rangkuman jemarinya, lalu menghembuskannya penuh emosi. "Lo yang ngapain ngikutin gue? Balik aja sana!"
Mikha berjalan perlahan memotong jarak, lalu menepuk pundak Keenan hangat. Mengusapnya kemudian.
Keenan hanya diam. Kembali memasukkan batang berisi nikotin tersebut ke dalam mulutnya, lalu menghembus sejenak. "Gue emang cowok brengsek!"
"Bener kata Levy, ini semua emang salah gue." sambungnya. Mikha hanya mendengarkan, kemudian merebut batang rokok tersebut dan membuangnya begitu saja ke lantai, lalu menginjaknya cepat-cepat.
Entah kenapa Keenan tak berminat untuk melakukan protes. Biasanya ia hanya bertemankan sebatang rokok dan sebotol minuman ketika merasa benar-benar kalut seperti ini.
Ia melipat kedua tangannya di dada. Melanjutkan kata-katanya. "Gue emang nggak pantes buat Ressie. Gue sadar, gue nggak pernah bisa bahagiain dia. Cuman bisa bikin dia sakit, kecewa."Mikha menghela nafas jengah, "Itu semua nggak bener, K. Ressie sayang sama lo, gue tahu itu. Dia abis kena musibah. Justru dia lagi butuh lo lebih dari apapun saat ini." tukas Mikha berusaha menenangkan dan meyakinkan pria putus asa di sampingnya.
Keenan tersenyum kecut, "Enggak, dia cuma butuh Levy, bukan gue. Gue sadar, emang Levy yang paling pantes buat dia. Levy jelas-jelas yang paling bisa bahagiain dia. Sedangkan gue?"
Ia diam sejenak. Menatap nanar ke dalam bola mata Mikha. Ada pendar penyesalan yang luar biasa besar disana. Mikha tahu itu.
Matanya yang dihiasi lingkaran gelap disekitarnya kini tampak sayu. Sorot matanya yang biasanya tegas beralih memudar. "I'm an asshole. Gue cuma cowok angkuh, egosentris, kasar, brengsek, gila seks. Ressie nggak akan bahagia sama gue. Mending gue lupain dia aja, pergi jauh-jauh dari hidupnya. Kayaknya itu yang paling baik buat hubungan kita saat ini."BAAAAK!
Sontak Mikha mendaratkan hantaman keras di rahang Keenan dengan tinjunya ketika gendang telinganya merasa sangat terganggu, diusik oleh kalimat pecundang seperti itu. Keenan bergeming, merasakan pipi kanannya terasa panas menyengat. Ada bekas memar kemerahan yang tertinggal disana.
Sedangkan tangan Mikha masih bergetar di udara. Mengepal dengan kuatnya. Dadanya kempang-kempis disulut emosi. "Gampang banget mulut lo ngomong gitu sekarang, hah?!"Mikha meremas singlet Keenan kuat-kuat. Lebih tepatnya nyaris merobeknya. Ia menunjukkan pandangan mata buas yang seakan siap untuk menelan pria besar di hadapannya bulat-bulat. "Lo nggak pernah tahu sejak lo ngilang gitu aja, selama ini gimana sedihnya gue tiap lihat Ressie."
"Simple, looks like he was dying without an asshole like ya! You should've knew it!"
Keenan terus bergeming. Sorot matanya yang biasanya terlihat tajam tampak sayu dan tertutup oleh rambutnya yang kini semakin panjang.
Matanya berkaca-kaca. Tiba-tiba saja semua kenangan bersama Rescha yang pernah mereka lewati bersama berkelebat begitu saja. Suara nyaring Rescha seakan menggema di dalam tempurung otaknya. Menusukkan rindu yang memilukan. Menjeritkan setiap bait-bait penuh kasih yang pernah mereka gaungkan bersama.
![](https://img.wattpad.com/cover/51626757-288-k312082.jpg)
YOU ARE READING
TIMBER SPACE II
Romance"Sweet true love or any fuckin' things else... Sorry, I don't believe it! All those fairy tale were full of shit." ujar seorang Mahasiswa Desgraf di bilangan Ibukota, Rescha, apabila ia ditanyai perihal percintaan. Ia terbiasa menjalani hidup tanpa...