Dengan berat kubuka mataku perlahan. Keduanya terkatup erat. Terlebih lagi kepalaku terasa sangat pening dan berat. Serasa dihujam pisau bertubi-tubi.
Aku mengerang kesakitan, lalu terbatuk-batuk. Dan berakhir dengan memuntahkan cairan putih ke lantai.
"Oh, c'mon... Itu bukan cairan semen!"Tubuhku hanya dibalut kemeja putih yang dikancingkan ala kadarnya, dengan bawahan celana dalam tipis.
Aku masih setengah sadar. Pikiranku masih tertinggal di tempat yang semalam aku tinggalkan. Tempat yang paling bisa mengerti diriku, tempat yang paling bisa menjadi pelipur laraku.
Tiba-tiba seseorang membuka pintu. "Lo udah bangun, Res? Sarapan ya, gue bikinin. Gue baru balik dari mini market."
Ia berperawakan tinggi, dengan tubuh ideal. Kulitnya kuning langsat, rambutnya sedikit bergelombang dan cukup panjang, dengan gaya british berwarna blonde yang memang dicat sendiri. Matanya bulat dan jernih. Bibirnya cukup padat, merah ranum. Garis wajahnya lembut dan terkesan manis. Ia Mikha, teman gilaku...Ehm, maksudku pokoknya ya teman gila-gilaan. Kita sudah melakukan banyak hal gila bersama-sama.
Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling. "Ini dimana?"
Ia berjalan masuk, duduk ditepi ranjang. "Oh iya, lo nggak pernah main ke apartemen gue ya? Lo sombong sih!" bibir mungilnya mengerucut sebal sekarang. "Semalem Andrew nelfon gue, trus katanya lo mabuk berat. Dia mau nganterin pulang tapi nggak tahu kosan lo dimana. Yaudah, gue suruh dia bawa lo kesini aja."
Aku hanya ber 'Oh!' singkat.
"Lo jangan sampe mabuk separah itu lah! Nggak baik buat kesehatan lo!"
Bibirku mendecap. "Lo daripada berisik kaya bokap gue dan Hans, mending bikinin gue sarapan aja sekarang. Gue laper nih!"
"Please..."
Ia menghela nafas menyerah. Tak tahan kalau aku sudah menunjukkan ekspresi memohon seperti ini. "Iya deh, iya! Tapi setelah itu ceritain ya, gimana semalem sama si 'Drew!" ia nyengir jahil sekarang. Kemudian segera berlalu ke belakang, sesaat setelah tanganku mengepal diudara.
Aku tak seberapa ingat soal kejadian semalam. Yang pasti seusai menikmati suguhan penampilan para GO-GO DANCER yang hot dan membuatku horny tingkat lanjut itu langsung membuatku berusaha mengontak salah satu pria yang namanya Andrew disana.
Maaf ya, bukannya sombong. Tapi memang beginilah aku. Maybe I'm fuckin' lucky?
Dengan fisikku yang nyaris sempurna, aku bisa mengencani pria manapun semauku. Bahkan yang tadinya harus mengeluarkan uang pun bisa berbalik menjadi tarif harga yang sangat murah, bahkan gratis, lantaran suka sama suka.
Terkadang malah mereka yang mengejar-ngejar, ingin tidur denganku walaupun sekali saja.Jadi, seusai mendapat kontak Andrew, aku segera menghubunginya via LINE Chat. Kami mulai ngobrol ini-itu sejak beberapa hari yang lalu. Hingga akhirnya mengatur janji untuk bertemu.
Tadi malam aku datang lagi ke salah satu gay club tempatnya bekerja. Menyaksikan lagi penampilannya yang benar-benar membuat darahku berdesir hebat.
Mataku terbeliak setiap menyaksikan penampilannya. Menikmati setiap inchi tubuh sempurnanya yang bergoyang diiringi dentum musik up beat yang melenakan segenap inderaku. Pun dengan gerakan tubuhnya yang sensual, membuat kepalaku penuh dengan skenario jorok yang ingin segera ku realisasikan.
YOU ARE READING
TIMBER SPACE II
Romansa"Sweet true love or any fuckin' things else... Sorry, I don't believe it! All those fairy tale were full of shit." ujar seorang Mahasiswa Desgraf di bilangan Ibukota, Rescha, apabila ia ditanyai perihal percintaan. Ia terbiasa menjalani hidup tanpa...