Rega dengan panik terus berusaha menghubungi Keenan, namun tak ada jawaban. Ia cemas dan bertanya-tanya, apa yang sudah menimpa sahabatnya tersebut. Terakhir ia mendengar suara yang seakan menunjukkan bahwa Keenan sedang dalam bahaya. Dihadang oleh sekelompok pria. Ia mendengar keributan tengah terjadi disana.
Rega memutar otak, mencari-cari kontak yang bisa ia hubungi. Dan hanya kontak Rescha yang ia punya. "Moga diangkat sama bokapnya atau siapapun yang ada disana." ia segera menekan tombol dial call. Tak sabaran... Berharap seseorang bisa mengangkat telefonnya.
"Hapenya aktif. Sial! Siapapun, angkat dong!"
Dengan gelisah Rega terus berusaha menghubungi nomor tersebut sembari mondar-mandir di ruang tengah.
"Aarrgghh... Angkat bego! Siapapun, angkat!"
"Nomor yang anda tuju tidak menjawab. Silahkan coba kembali setelah beberapa saat. Tut.. Tut... Tut!" suara operator otomatis.
Rega diam sejenak. Merebahkan tubuhnya diatas sofa. Ia memeriksa kembali nomor orang-orang di contact list-nya yang lain, yang kemungkinan bisa membantunya. Tapi sia-sia... Hanya nomor Rescha yang paling mungkin bisa ia hubungi.
Ia mendesah jengah. Kembali membuka kontak Keenan kemudian. Mencoba menghubungi nomor telefon serta kontak LINE-nya. Namun tak seorang pun yang menjawab.
Berbagai skenario buruk mendatangi pikirannya. Sembari berusaha memikirkan cara yang lain, ia membuka-buka Timeline LINE milik Keenan. Memeriksa siapapun yang bisa ia mintai tolong disana. Hingga akhirnya ia tak sengaja menemukan foto Keenan dan Rescha tengah makan berdua di sebuah restoran. Dan dikolom komentarnya terdapat salah seorang akun yang berkomentar dan sepertinya cukup mengenal mereka berdua.
Rega segera menghubungi kontak tersebut. Selang beberapa waktu akun itu menerima permintaan berteman darinya."Halo?" suara seseorang yang langsung menjawab telefon Rega setelah ia buru-buru menghubunginya.
"Halo! Ehmm... Kamu kenal Keenan dan Rescha? Aku temennya Keenan. Ada sesuatu, kamu bisa bantu aku kan?" cecar Rega panik.
"Ah, kebetukan aku temen deketnya Rescha. Aku juga kenal Keenan. Ini siapa, ada apa ya?"
Rega segera menceritakan apa yang telah terjadi. Ternyata orang yang dihubunginya adalah Mikha, dan ia pun memberitahu Rega bahwa kebetulan ia juga tengah berada di Surabaya saat ini.
"Tolong kamu cari tahu, apa yang udah terjadi disana. Tolong kamu cari Keenan." pinta Rega gelagapan.
"Oke, oke... Aku ngerti. Kamu tenangin diri dulu, aku bakal bantu sama temenku disini sebisanya."
Tak lama kemudian percakapan itu berakhir. Rega hanya harus menunggu kabar dari Mikha kemudian. Ia merasa lebih lega sekarang, walau hanya sedikit. Setidaknya ia sudah berhasil menghubungi siapapun yang ada disana dan kenal dengan Keenan.
Rega bangkit dari tempatnya duduk. Dengan tergopoh-gopoh ia bergegas menuju klinik Jundie yang saat ini masih sibuk dan harus melayani beberapa pasien lagi meski hari sudah mulai petang. Rega bergegas masuk dan langsung menghampiri kekasihnya tersebut. "Sayang, kita ke Surabaya-nya sore ini aja ya. Kita harus buru-buru kesana." bisik Rega lirih, tak enak kalau harus kedengaran pasien yang masih berhadapan dengan Jundie di satu ruangan tersebut.
"Ada apa sih? Loh, bukannya kita ke Bali sekalian Surabaya-nya minggu depan?" tanya Jundie tak mengerti. "Kamu cepet keluar, aku masih repot nih. Nanti aja ngomongnya lah, nggak enak sama ibunya."
"Hehe... Maaf ya Bu," ujar Jundie, beralih ke seorang wanita paruh baya di hadapannya yang masih menanti resep obat.
"Nggak papa, Dok." timpalnya ramah.
YOU ARE READING
TIMBER SPACE II
Romance"Sweet true love or any fuckin' things else... Sorry, I don't believe it! All those fairy tale were full of shit." ujar seorang Mahasiswa Desgraf di bilangan Ibukota, Rescha, apabila ia ditanyai perihal percintaan. Ia terbiasa menjalani hidup tanpa...