⏩ 17. Mabuk sate padang?

10.1K 362 35
                                    


Deva terbangun dari tidurnya, ia tertidur di dalam ruangannya. Sepertinya, pria ini kelelahan setelah tadi pagi berhadapan dengan macetnya jalan dan meeting tadi, ia mengerjapkan matanya dan mengedarkan pandangannya. Ia melirik ke arah jam tangan kulit yang melingkar dengan indah pada pergelangan tangan kirinya. Pukul dua siang, ia rasa sekarang sudah saatnya mengisi lambungnya yang tadi pagi hanya terisi sehelai roti saja, itupun tak ia habiskan karna ia sudah kesiangan. Ia beranjak dari duduknya dan melepaskan kancing jasnya kemudian keluar ruangannya. Dilihatnya Viny sedang sibuk memperhatikan laptopnya dengan jari jarinya yang menari di atas keyboard.

"Vin." Panggil pria itu, Viny menoleh pada Deva namun tak berani menatap mata bosnya, ia takut ia akan terpikat lagi pada Deva dengan tatapan matanya. ".. Saya mau makan siang, kamu belom makan kan? Bareng aja yuk!." Ajak Deva, Setelah lama berfikir akhirnya Viny memutuskan menerima ajakan Deva

"Wey mau kemana Dev?." Tanya laki laki di depan Deva. "Makan siang, kenapa?." Jawabnya.

"Ikutan ya, lapar juga gue." Ujarnya, Deva hanya mengangguk kemudian melamgkah menuju mobilnya.

Setelah memesan menu mereka sibuk dengan urusan masing maisng, Deva memainkan ponselnya dan Farish yang sedang asyik bermain psp miliknya, Viny? Dia hanya diam tak berani mengangkat kepalanya.

"Gue ke toilet dulu ya." Pamit Farish. "Iya, jangan nyasar ya. Hahaha." Goda Deva yang Farish balas dengan tepukan di pundak Deva. Hanya ada Deva dan Viny sekarang, mereka berdua hanya diam tak saling mengeluarkan kata, jantung gadis itu berdegup kencang seakan ingin melompat keluar, ia berusaha senormal mungkin dengan Deva.

"Vin? Kamu udah punya pacar?." Tanya Deva.

"Eh? Belum pak." Jawabnya

"Hmm gitu. Tapi kenapa? Kamu tidak terlalu jelek, maksudku. Kamu cantik dan pandai, aku yakin banyak laki laki yang mengantri untuk mendapatkanmu. Tapi kenapa kamu nggak milih salah satunya? Apa mereka jahat?." Ujar Deva. Bukan, bukan mereka jahat, atau jelek. Mereka baik dan juga tampan namun hatinya sudah terbawa oleh makhluk Tuhan di hadapannya ini, banyak laki laki yang sama dengan Deva, banyak. Namun pilihannya selalu jatuh pada pria ini, entah pesonanya begitu memikat hati. Walau terkadang ia sangat dingin tapi ia selalu berusaha memperlihatkan sisi hangatnya, mungkin ini yang membuat Viny mencintainya?

"Eh? Ii- itu.."

"Permisi ini pesanannya." Ujar seorang waitress, Viny berbafas lega karna ia tak perlu pusing memikirkan jawaban untuk Deva tak lama Faris juga datang.

***

Aku baru ingat saat setelah makan siang tadi, rupanya malam ini adalah malam ulang tahun pernikahanku dengan Veranda, setahun sudah kita berumah tangga. Susah, senang selalu kita lalui bersama, bahkan tak jarang wanitaku itu cemburu dengan rekan kerjaku. Pernah satu malam ia tak mau menjawab semua ucapanku, hanya karna siangnya aku bertemu dengan rekan bisnisku yang juga temanku saat kuliah. Tapi aku senang jika ia seperti itu, itu berarti dia benar benar mencintaiku. Aku berniat memberikannya hadiah, aku sudah menghubungi teman temanku untuk membantu agar rencanaku ini sukses. Tunggulah sayang, aku akan memberikanmu sebuah kejutan. Aku sudah menyiapkan beberapa petunjuk untuknya agar menemuiku di sini, di tempat yang sudah aku sulap sesuai kemauanku.

***

Veranda membuka malas pesan yang Deva kirimkan, sejak pagi ia sudah memberikan Deva kode jika ini adalah perayaan ulangtahun pernikahan mereka, bukannya memberikan ucapan atau apa Deva justru sibuk dengan pekerjaannya.

DevaK : temui aku di cafe favoritmu jam tujuh malam nanti.

Ve mengerutkan dahinya, ia melirik ke arah jam yang menggantung dengan indah di dinding, pukul lima sore. Ia segera berniat membersihkan diti dan menyiapkan diri untuk menemui Deva. Di lihatnya sebuah kertas menempel pada pintu kamar mandi.

I Hate Love but I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang