Deva melihat ke arah lelaki di depannya, sangat jelas jika rahanya terkatup rapat dan mengeras tangannya yang menggenggam Veranda pun terasa lebih kuat. Ve menatap heran pada Deva ia tak mengerti ada masalah apa dia dengan laki laki di hadapannya sekarang."Lo, masih berani kesini hah!?" Bentaknya.
Laki laki di hadapannya hanya menundukkan kepalanya. "Jawab! Jangan jadi pengecut lo!." Tangan kanannya dengan enteng membogem mentah laki laki itu hingga Nino tersungkur dan memgangi perutnya, sebuah darah segar menghiasi bibirnya dan pelipisnya.
"Deva stop!." Teriak Veranda membuatnya mengurungkan niatnya untuk kembali menghajar Nino. "Jamgan main hakim sendiri, kita mendingan masuk dan dengerin penjelasan dia." Ucap Veranda, Deva pun mengalah dan mengikuti saran Veranda.
Kini semuanya sudah berkumpul pada ruang keluarga, Deva yang duduk di dekat Veranda terus mentap laki laki tadi, tanpa pikir panjang ia langsung bertanya pada sang ayah
"Pa, kenapa dia ada di sini?."
"Va, dengerin papa. Nino ada di sini karna ia ingin meminta maaf karna ulahnya kemarin." Jawab Dyo
"Mana Gracia pa?."
"Bentar lagi pulang paling." Jawab Yona.
"I'm home." Ucap Gracia, tubuhnya mematung saat melihat ada laki laki itu ada di sini, laki laki yang menyakitinya, laki laki di masa lalunya. "Ka- kamuu.." Ucapnya, ia segera berlari ke atas menuju kamarnya.
"Gree!." Panggil Nino namun tak di indahkan oleh gadis itu. "Lo liat! Karna lo lagi adek gue nangis!." Deva bangkit dari duduknya dan menjemput Gracia.
"Gree." Panggilnya. "Dek, turun yuk." Bujuknya
"Gamau, kakak aja kalo mau." Tolaknya. Deva menghela nafasnya gusar.
"Udah yuk, kita dengerin penjelasamnya dia dulu." Setelah dibujuk akhirnya Gracia mau turub dan menemui Nino.
"Jadi apa yang mau kamu jelaskan No?." Tanya papa memecah keheningan.
"Saya, saya mau jelasin soal foto foto itu om. Jadi, saya dengan perempuan itu nggak ada apaa apa, dia cuma anak dari temannya papa, waktu itu saya di suruh nemenin dia jalan jalan karna ini perintah papa saya maka saya menurutinya." Jelasnya
"Terus kenapa kamu mesra banget sama perempuan itu?." Tanya papa lagi
"Saya nggak bisa nolak om, dia mengancam kalau saya menolak maka bisnis papanya dengan papa saya akan ia batalkan, dan saat ini perusahaan papa sudah membaik lagi dan tidak bergantung pada perusahaan papa perempuan itu. Gre, kamu jangan salah paham lagi, aku udah jelasin kan?." Nino menatap Gracia dalam dalam.
"Baik, saya maafkan kamu. Tapi semua keputusan ada di tangan Gracia." Jawab Papa.
"Gimana Gre?." Tanya Deva.
"Aku, aku maafin kamu. Tapi jangan dekat dengan perempuan itu lagi." Ucapnya
"Iya! Aku janji!." Jaawab Nino mantap.
"Emm, kalau begitu saya permsii om, gaenak ganggu acara keluarga kayanya. Oiya bang Dev, selamat menikah ya. Wah calon kakak ipar gue cakep banget yaa~ semoga langgeng dan banyak momongan." Ucapnya yang tak di perdulikan oleh Deva
"Terimakasih yaa. Maaf Deva mukulin kamu, samp luka gitu." Jawab Veranda lembut, setelah itu Nino pun pergi.
Deva sedang duduk di halaman belakang rumahnya dengan memainkan iPadnya, tiba tiba Dyo datang dengan secangkir kopinya. Ia melihat putranya yang kini sudah berstatus sebagai suami, Deva menatap pada Dyo.
"Kenapa pa?." Tanyanya polos Dyo hanya mengeleng lemah. "Va, kamu sudah besar. Dan tanggung jawabmu sekarang bertambah, adanya Veranda sebagai istrimu papa harap bisa membuat hidupmu lebih bahagia, dan semoga rasa tanggung jawabmu lebih besar. Jaga Veranda, jangan sakiti dia, jaga menantu papa baik baik ya." Dyo menepuk pundak Deva
KAMU SEDANG MEMBACA
I Hate Love but I Love You
FanfictionAku percaya jika tuhan pasti akan memberi kita teman hidup. Hanya tinggal menunggu kapan waktu itu akan datang dan berpihak pada kita. -Deva- Deva Keenan Putra Dirgantara, di usianya yang bisa dibilang masih muda ia sudah sangat sukses, semua keingi...