Aku bertanya-tanya sebenarnya ada apa dengan orang ini. Entah muncul darimana dia langsung mencengkram tanganku dan memerintahku seenaknya.
"Hei! mau kemana, sih?" Aku menjerit saat dia telah melangkah begitu saja sambil menarik tanganku.
"Lepaskan aku sekarang karena aku tidak akan kemana pun." Dengan suara mengancam aku berucap lagi karena terus menerus diacuhkan olehnya.
Aku tidak bisa diperlakukan seperti ini!
Mendengar penolakanku dia berhenti. Tubuhnya lalu memutar menghadapku dengan tangannya yang masih menggenggan tanganku. Lalu tak lama setelah itu dia menarik senyum lebar dan berkata dengan lembut. "Tentu saja ke kantin, Sayang. Aku ingin makan siang denganmu."
Aku terpaku. Dibalik senyumannya itu matanya jelas menyiratkan untuk tidak menolak perkataannya. Tapi apa-apaan tadi. Dia terus memanggilku sayang!
"Aku sangat kelaparan sekarang. Ayo pergi," ucapnya lagi dengan santai dan kembali menarik tanganku dengan paksa.
Dasar menyebalkan!
Dia terus melangkah. Membawaku keluar dari kelasku tanpa bisa ku cegah. Sekuat apapun aku berusaha untuk membebaskan diri darinya itu tidak akan pernah berhasil. Dia malah lebih mengeratkan pegangannya.
Aku berbalik menghadap Audriel dengan tatapan memelas berharap dia mengerti apa yang ku inginkan.
"Apa?" tanya Audriel padaku. Dia malah mematung di tempatnya sejak tadi.
Aku berdecak kesal padanya.
Ini percuma. Dia tidak mengerti bahwa temannya ini membutuhkan seseorang untuk menyelamatkannya dari pemaksaan ini!Kami hampir melewati pintu, tapi dengan tidak tahu dirinya dia malah berhenti begitu saja dan membuatku hampir saja menabrak punggungnya itu.
Tanganku yang bebas mengepal keras. Mataku memandanginya tajam saat dia berbalik menghadapku.
"Apa yang kau i..ngin..kan--" mulutku terkatup kembali saat menyadari bahwa pandangan matanya melewati diriku.
"Kau temannya, kan?" ucapnya lalu mengedikkan kepalanya padaku.
Aku punya nama dan sejak tadi dia sama sekali tidak menyebut namaku.
Aku ikut membalikkan wajah untuk melihat Audriel. Dia kini sedang berdiri kaku seperti terakhir kulihat beberapa saat lalu.
"Apa? Aku?" Audriel kembali bertanya sambil menunjuk dirinya sendiri.
Aku memutar mata melihat kegugupannya. Apa sebenarnya yang membuat semua orang berubah jadi tidak wajar saat melihat orang ini, sih!
"Ya. Dia temanku." Itu suaraku.
Aku menjawab pertanyaan tersebut karena sepertinya Audriel enggan menjawabnya.
Bisa kulihat Julian menarik sebuah senyum simpul lalu berkata,"Kalau begitu ikutlah bersama kami," ujar Julian lalu menarikku kembali. Aku berusaha mensejajarkan langkahnya yang terus berjalan keluar kelas membuat semua orang yang sedang berkerumun membuka jalan bagi kami.
"Kupikir kau tidak memiliki teman, terakhir kita bertemu kau seperti tidak terlihat kau tahu?" Bisiknya padaku dengan penuh penekanan di setiap katanya.
Aku segera mengangkat wajahku mendengar ucapannya barusan. Astaga dia benar-benar menyebalkan. Apa aku terlihat semenyedihkan itu? Dasar menyebalkan!
Dia seolah tidak peduli padaku kemudian dan kembali dengan eskpresi sok cool-nya.
Di depan kelas aku mendapati dua temannya telah menunggu.
"El ikutlah! Kau tidak akan diam disana kan?" Teriakku karena sepertinya temanku yang satu itu masih berada dalam hayalannya sejak tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Princess
Teen FictionKau tak akan sadar, kapan cinta mulai hadir ... ___ Princess Jennifer Stewart... Gadis cantik dan pintar Pewaris tunggal Stewart Corp. selama 15 tahun hidupnya telah dibesarkan dan didik sebagai pewaris tunggal kerajaan bisnis Stewart Corp dan iap...