File C

4.1K 232 3
                                    

Mataku terasa pedih. Mungkin karena dari tadi siang belum sempat aku pejamkan. Ah, bagaimana aku bisa dengan tenang mengistirahatkan kedua mataku ini. Di DUNIA GILA ini? Mana sanggup.

Sekarang sudah tengah malam. Dan saat ini, aku tengah berusaha keluar dari kota jakarta yang mungkin telah dipenuhi oleh para zombie keparat itu. Aku harus bisa keluar dari sini. Aku harus bertemu keluargaku!

Setelah memastikan keadaan aman, aku segera keluar dari bawah mobil truk yang ringsek karena menabrak sebuah gedung.

Ditanganku aku menggenggam erat senjataku satu-satunya, sebuah tongkat security. Dengan alat ini, sekarang aku telah berhasil mencapai wilayah pondok indah.

GILA

Setelah hampir 12 jam berjalan, berguling, melompat, berlari dan membunuh 7 zombie. Aku hanya berhasil bergerak sejauh 6 km. Yaitu dari cipete ke pondok indah. Lalu, berapa lama waktu yang harus aku tempuh untuk bisa sampai bertemu keluargaku lagi ditangerang.

Setelah memperhatikan para zombie itu beberapa lama. Dan sempat bertemu dengan mereka. Aku bisa menarik kesimpulan tentang gerakan, respon dan kecepatan mereka.

Gerakan mereka sama dengan zombie-zombie lainnya seperti yang sering aku lihat difilm. Mereka bergerak perlahan dengan mengeluarkan suara-suara seperti anjing menggeram.

Lalu respon mereka. Mereka sangat sensitif dengan suara dan gerakan tiba-tiba. Apabila terdengar suara agak keras, para zombie ini akan dengan segera menghampiri sumber suara itu. Juga bila zombie ini melihat gerakan tiba-tiba. Dan, satu hal yang paling bisa memancing mereka adalah bila satu zombie melihat zombie lainnya terbunuh. Maka zombie itu akan berteriak keras dan dipastikan zombie-zombie lainnya akan segera berdatangan.

Lalu soal kecepatan mereka. Para zombie ini normalnya bergerak seperti kita berjalan biasa saja. Akan tetapi, kecepatan mereka akan meningkat bila ada hal-hal seperti yang aku simpulkan diatas terjadi. Mereka akan bergerak semakin cepat. Meskipun, kecepatannya sama dengan kita berlari santai. Tapi, tetap saja itu akan membuat kita merasa gugup dan ketakutan.

Dengan perlahan dan hati-hati. Aku memperhatikan keadaan sekitarku dengan seksama. Aman. Perlahan aku mulai melangkahkan kakiku. Aku memilih menuju sebuah rumah bertingkat 2 yang berada paling dekat dengan posisiku saat ini.

Pagar rumah besar itu sudah terbuka. Mungkin sebelumnya orang-orang yang menghuni rumah ini membukanya karena panik diserang oleh para zombie. Dan belum sempat menutupnya.

Aku mulai memasuki rumah itu.

Kubuka perlahan daun pintu rumah ini. Gelap, sebelum aku masuk, aku memehamkan mata guna mencoba apakah dari dalam rumah terdengar "suara-suara" mencurigakan.

Setelah yakin bahwa rumah ini sepi. Aku segera masuk. Segera aku kearah dapur. Mencoba mencari sesuatu yang bisa aku makan. Ketemu. Segera aku membuka lemari es. Wih..orang kaya. Lengkap juga didalamnya.

Aku mengambil kue tart yang tersisa separuh. Buah apel dan anggur. Lalu sekotak susu besar coklat. Aku segera duduk dimeja makan disamping dapur. Dengan lahap aku makan.

Kenyang. Aku mengusap-usap perutku yang penuh makanan. Aku lalu beranjak kelantai 2 rumah. Aku berjalan perlahan karena lampu sengaja tidak aku hidupkan. Khawatir menarik perhatian zombie-zombie brengsek itu.

Ruangan dilantai 2 lumayan lebar. Ada 2 kamar disana. Aku segera menuju kamar sebelah kanan. Terkunci. Kemudian aku menuju kamar satunya. Akh, terbuka. Aku lalu masuk.

Kututup pintu kamar dan kukunci. Aman. Segera aku merebahkan tubuhku dikasur. Letih dan kantuk segera kurasakan. Tanpaku sadari, rupanya tubuh ini telah aku paksakan bekerja keras dari tadi. Setelah aku menaruh tongkatku disamping. Aku mulai memejamkan mata.

***

WABAH  ZOMBIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang