Wabah zombie 10

1.5K 83 2
                                    

Aku harus selamat!

Selamat dari bencana ini dan menyelamatkan keluargaku. Apapun yang akan terjadi.

Zombie yang menyerangku semakin dekat. Wajahnya yang agak hancur dengan noda darah kering diseluruh tubuhnya membuatku merinding.

"Persetan!" aku berteriak keras.

Lalu,

"Dhuak..!"

Gagang senapanku yang terbuat dari bahan besi menghantam telak kepalanya.

Zombie itu terbanting ketanah dengan keras. Namun ia sepertinya masih belum jatuh sepenuhnya.

Walau agak lamban, namun ia kulihat bergerak untuk kembali berdiri.

"Mati kau bangsaaat!!" teriakku keras.

Dan popor senjata milikku langsung kuhujamkan ke kepala zombie tersebut. Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali. Sampai tak kusadari kepala zombie itu sudah tidak utuh lagi.

Hancur.

Agak terengah-engah, aku mengusap keringat yang menetes diwajahku. Lalu dengan ujung kain bajuku, popor senapan aku bersihkan.

Segera aku memeriksa isi ransel. Setelah aku menemukan magazine senjataku, aku mengambilnya dan segera mengganti magazine yang telah habis tadi dengan yang baru.

Setelah semuanya beres. Aku lalu mulai bergerak ketempat tubuh ambar tergeletak.

Aku mencari dua senjata handgun jenis barreta yang digunakan oleh ambar.  Pasti senjata itu terjatuh tidak jauh dari tubuhnya.

Setelah mencari beberapa lama, aku bisa menemukan sebuah barreta yang terhimpit oleh tubuh ambar sendiri.

Aku lalu mengecek kondisi senjata ini. Secara fisik dalam kondisi bagus. Tapi aku juga harus mengecek apakah senjata ini juga masih berfungsi dengan baik.

Maka dengan berhati-hati, aku mulai menarik pelatuk senjata ini.

"Dor..!"

Berfungsi. Bagus.

Lalu, setelah gema suara senjata tadi lenyap. Sebuah suara lain mulai terdengar. Bukan hanya satu, tapi aku yakin suara aneh ini berasal dari puluhan zombie yang tertarik mendengar suara ledakan senjataku tadi.

Handgun milik ambar aku masukan kedalam ransel. Dan dengan berlari aku mulai memanjat sebuah pohon yang tak jauh dari pohon yang semalam tersambar petir itu.

Dari atas pohon, aku lalu mengedarkan pandangan mataku kebawah. Tampak puluhan zombie sudah mengepungku dengan tangan menggapai-gapai ke atas.

Aku mengambil sebuah granat dari dalam ransel.

"Ah, percuma saja. Mau dibom berapa kali pun juga masih banyak zombie di luar sana." Aku lalu kembali meletakkan granat ke dalam ransel.

Dengan berhati-hati, aku berjalan diatas dinding pagar pembatas antara perumahan dengan pasar.

Didalam pasar sepi. Tidak tampak satupun zombie yang terlihat. Tampak berbeda jauh dengan keadaan dibelakang ku. Didalam perumahan itu saat ini aku yakin, bahwa jumlah "mereka" kini ada ratusan.

Tak berlama-lama lagi, aku segera mencari jalan turun dari atas dinding pembatas ini.

Disebelah kananku, tak jauh, ada sebuah gubug yang atapnya menempel tepat disamping dinding. Meskipun atap gubug itu tidak sampai setinggi dinding, tapi jaraknya tidak terlalu tinggi. Jadi "mudah-mudahan" aku akan aman untuk turun disana.

Lalu, dengan berhati-hati, aku mulai menurunkan kedua kakiku diatap gubuk. Setelah kedua kakiku​ menapak mantap. Aku mulai melepaskan pegangan tanganku dari diding tembok.

Setelah mengatur nafas sejenak. Aku mulai melangkahkan kakiku perlahan.

Namun...

"Braaaak!!"

Atap gubug itu ternyata jebol. Tak kuat menahan beban tubuhku dan tas ransel yang berisi benda-benda lumayan banyak.

Tubuhku langsung ambruk ke bawah dengan cepat.

Beruntung aku jatuh diatas tumpukan jerami kering. Meskipun tidak terlalu tebal. Tapi itu sudah cukup membuatku terhindar dari luka yang berbahaya.

Namun tetap saja. Aku masih merasakan sedikit sakit. Apalagi tas ransel yang aku bawa "ikut" menindihku.

Aku tidak segera bangun. Tapi mengawasi keadaan sekitarku dulu. Sambil menunggu rasa nyeri pada tubuhku mereda.

Setelah cukup aman. Aku mulai menuruni tumpukan jerami itu. Sebelum melangkah, aku mengecek perlengkapan senjata dan isi ransel.

Lengkap.

Senjata SS2 aku siagakan didepan. Dengan langkah hati-hati dan pelan. Aku mulai keluar dari dalam gubug itu.

Aku mengintip dulu keadaan diluar gubug. Oke, aman.

Aku mulai berjalan menyusuri jalanan didalam pasar.

Sepi.

Tak ada gerakan apapun yang kulihat disekitarku.

Aku mulai mempercepat langkah kakiku menyusuri jalanan pasar. Rumahku tak jauh lagi letaknya dari pasar ini.

Aku tidak berjalan menuju pintu utama keluar pasar, sebab itu akan membawaku kesebuah jalan raya besar. Dan disana, besar kemungkinannya untuk bertemu dengan makhluk brengsek itu.

Jadi aku memutuskan untuk keluar dari jalan kecil disamping pasar. Disana ada sebuah jalan kecil yang dikiri dan kanannya kebun milik warga sekitar.

Memang agak memutar sih. Tapi jalan ini lebih aman.

Menurutku...




***

WABAH  ZOMBIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang