Bunyi suara handphone Winny berbunyi keras! Aku dan Winny tertegun dan saling pandang.
"Sial..." bisikku dalam hati.
Kalau seperti ini, percuma saja kami bersembunyi. Maka, aku segera mengajak Winny untuk segera berlari menuju mall yang sebentar lagi akan kami capai.
Beberapa zombie yang mulai bermunculan aku tebas satu persatu. Ada yang terkena kepalanya, tangannya ataupun tubuhnya. Satu demi satu zombie-zombie itu berhasil kami lumpuhkan. Kami kembali berlari.
Akan tetapi, sekuat apapun kami. Tetap ada batasnya. Sedangkan para zombie ini seperti tak terbatas jumlahnya dan terus-menerus berdatangan.
Aku mulai lemas. Bahkan Winny sudah terduduk lemas. Pedang samurainya entah kemana. Melihat keadaan Winny, aku seperti mendapatkan tenaga baru. Sebuah pedang samurai aku keluarkan. Dan kini, ditangan kanan dan kiriku tergenggam erat dua buah pedang samurai yang siap menebas setiap zombie yang mendekat.
Zombie-zombie itu seperti tak mengenal rasa takut. Terus berdatangan dan datang bagaikan gelombang laut. Disekelilingku sudah banyak mayat zombie yang berserakan. Dengan perlahan aku dan Winny bergerak menuju mall.
Setelah ratusan kali kedua tanganku bergerak menebas, memotong dan menusuk. Juga setelah puluhan kali zombie-zombie itu berhasil aku jatuhkan. Dan berkali-kali menyelamatkan Winny dari serangan zombie. Kini tenagaku benar-benar habis.
Ketika seorang zombie yang berada di depanku maju untuk menggigit serta mencengkeramku, aku pasrah. Bayangan kematian mulai berdatangan. Aku teringat akan perkataan temanku dulu, katanya, kalau kematian akan segera menjemput, maka hal-hal yang pernah kita lalui akan muncul hilir mudik dimata kita.
Demikian pula dengan yang kini ku alami. Bayangan anak dan istriku mulai terbayang. Canda dan tawa mereka silih berganti berdatangan.
Aku tersenyum. Ah, betapa bahagianya bila aku berada disekitar mereka.
Tapi kenyataannya, aku kini bersama dengan winny dan ditengah-tengah ratusan zombie-zombie yang mulai menyerangku.
"Door !"
Terdengar bunyi sayup-sayup di kejauhan. Zombie yang tadi hendak memakanku tiba-tiba terjatuh disertai semburan darah yang keluar dari kepalanya.
Suara tembakan !
Dan,
"Dor..dor..dor..dor." rentetan bunyi tembakan terdengar kembali. Winny menarik lenganku sambil jari tangannya menunjuk kearah mall didepan.
"Ded, lihat didepan."
Aku mengikuti arah yang ditunjukkan oleh winny. Samar-samar ku lihat ada beberapa orang berdiri didepan pintu masuk mall. Ada yang melambaikan tangannya dan beberapa lagi tampak menggenggam senjata.
"Mereka menolong kita, ded."
"Iya. Ayo kita ke sana."
"Ayo."
Maka, dengan sisa tenaga yang ada. Kami berusaha keras untuk mencapai pintu masuk kedalam mall itu.
Orang-orang itu berhasil membuka jalan bagi kami.
Dan akhirnya, kami sampai dengan selamat. Mereka segera mengajak kami untuk segera masuk kedalam mall. Setelah melewati pintu masuk, beberapa orang langsung menutup pintu dan memblokir jalan masuk dengan mendorong beberapa lemari dan rak untuk mengganjal.
Aku dan winny kemudian dibawa menuju lantai kedua. Disana ada beberapa orang lagi yang selamat.
Setelah keadaan tenang. Mereka mulai bertanya tentang keadaan kami.
Salah seorang tentara berpangkat sersan mendekat.
"Apa salah satu dari kalian ada yang bernama Winny ?" tanyanya.
Winny mengangkat tangannya, "aku."
"Maaf, bisa kita berbicara secara empat mata." kata tentara berpangkat sersan itu kemudian.
Winny memandangku.
Aku mengangguk.
Lalu winny berjalan menjauh bersama dengan tentara itu.
Aku lalu melihat ke sekelilingku. Ku hitung ada sekitar 23 orang berada didalam mall. Lalu ada sekitar 6 tentara bersenjata lengkap disitu.
Orang-orang itu berpenampilan agak lusuh. Ada beberapa orang yang duduk dengan menggenggam senjata api. Juga ada orang-orang yang tampak terlihat pasrah akan kehidupan mereka sendiri.
Saat aku tengah asyik dengan khayalan ku. Winny ku lihat berjalan menghampiriku. Dari raut wajahnya yang terlukiskan senyuman. Ku yakin dia mendapatkan kabar baik.
"Ada kabar apa ?" tanyaku.
Winny lalu bercerita panjang lebar.
Bahwa tentara yang berada disitu memang ditugaskan oleh pamannya untuk menjemput dirinya. Dan bila ada orang lain yang selamat, maka itu lebih baik.
"Lalu kapan mereka akan memindahkan kita dari kota jakarta ini ?"
"Menunggu helikopter penyelamat datang. Tadi sih tentara itu bilang paling lambat besok. Soalnya mereka juga sekalian melihat, apakah masih ada korban yang selamat dari wabah zombie ini."
Aku mengangguk mengerti. Untunglah aku berhasil menyelamatkan gadis itu. Jadi semua berjalan mudah, meskipun tidak semudah itu.
"Lalu, apa yang akan kita lakukan sekarang ?" tanyanya.
Aku berpikir sejenak. Lalu pandangan mataku melihat orang-orang tadi.
"Hmm, kita belanja."
***

KAMU SEDANG MEMBACA
WABAH ZOMBIE
Viễn tưởngMengisahkan tentang terjadinya wabah zombie yang melanda indonesia. kisah tentang seorang ayah yang mencoba menyelamatkan keluarganya dan mencoba untuk survive terhadap serangan dan ancaman para zombie. akankah dia berhasil ???