Wabah Zombie 11

1.2K 72 0
                                    

Aku mulai berjalan perlahan dijalan kecil yang terletak di samping pasar itu.

Kiri dan kanan hanya terdapat perkebunan yang oleh warga sekitar ditanami dengan pepohonan yang menghasilkan. Seperti pohon buah dan sebagainya. Tapi ada juga yang menanam pohon yang diambil kayunya. Seperti pohon jati.

Aku pernah beberapa kali lewat jalan kecil ini. Namun kini, suasana terasa sangat mencekam. Padahal hari masih siang.

Aku menggelengkan kepalaku, mencoba mengusir pikiran-pikiran negatif yang mulai bermunculan di dalam otak ini.

Belum terlalu lama aku berjalan dari pasar. Aku tiba-tiba ingin menoleh kebelakang. Ada sesuatu yang sangat kuat yang memaksaku untuk melakukan hal itu.

Aku berhenti berjalan.

Setelah menggenggam erat senapan didalam tangan. Aku menoleh kebelakang.

Dan,

Samar-samar aku melihat sebuah kilauan cahaya dari sebuah benda yang berada didekat pasar.

"Tapi kenapa aku tadi tidak melihatnya ya?" Pertanyaan ini muncul dibenakku.

Setelah menimbang beberapa saat. Aku memutuskan untuk mendekati benda yang memantulkan cahaya matahari itu.

Dengan berhati-hati aku berjalan. Setelah agak dekat. Aku mulai menyadari bahwa benda itu adalah sebuah pedang samurai yang digenggam oleh sebuah tangan.

Ya, sebuah tangan. Bukan dalam artian kiasan. Tapi memang hanya sebuah tangan yang menggenggam erat pedang tersebut.

Aku menatap nanar potongan​ tangan itu.

"Mira..." Aku mendesis dengan suara bergetar.

Ternyata itu adalah potongan tangan Mira yang tadi malam tersambar petir.

Potongan tangan itu melayang jauh dari sumbernya dan jatuh dengan tetap menggenggam pedangku disini.

Agak bergetar ketika jemari tanganku menyentuh potongan tangan milik Mira dengan maksud untuk mengambil pedang itu.

Aku berdiri sambil menatap potongan tangan Mira. Ditangan kiriku tergenggam erat pedang samurai yang awalnya telah aku berikan kepadanya. Namun kini, pedang itu telah kembali lagi kepadaku.

Beberapa saat kemudian, aku kembali tersadar. Dimana dan apa yang sedang terjadi. Ya, aku kembali tersadar akan gilanya duniaku ini sekarang.

Oleh sebab yang aku tidak tahu asal-usulnya​. Kini mengakibatkan takdirku hidupku berubah.

Semua akibat dari makhluk brengsek bernama zombie itu. Merekalah​yang telah menyebabkan semua ini terjadi.

Karena mereka, aku berpisah dari anak dan istriku. Karena mereka, aku menjadi seorang pembunuh. Karena mereka, aku kehilangan banyak teman. Dan karena mereka, semua impianku hancur berantakan.

Tak terasa, urat-urat syaraf disekujur tubuhku menegang. Wajahku memerah. Dan.....

"Aaaaaaaakkkhhhhhhh.......!!!!"

Aku berteriak sekencang-kencangnya akibat dari desakan besar yang menghimpit di dadaku. Semua kekalutan, ketakutan, emosi dan perasaan yang bercampur aduk aku luapkan tanpa bisa aku kontrol lagi.

Nafasku memburu seketika. Bukan karena kelelahan. Tapi karena aku tiba-tiba sadar dengan apa yang baru saja aku perbuat.

Dan tidak menunggu terlalu lama, ketika gendang telingaku​ secara samar mendengar banyak suara desahan yang mulai akrab kudengar.

Zombie. Ya, tak salah lagi. Aku mulai merasakan mereka kini mengarah ketempat dimana aku kini berada.

Suara itu masih berada disekitar dinding bagian dalam pasar.

Aku langsung bergegas bergerak masuk kedalam semak-semak belukar yang ada di sekitar kebun itu. Ransel aku letakan disampingku. Sementara dengan senapan serbu andalanku, dan sebuah pedang samurai aku persiapan untuk persenjataan yang mungkin sewaktu waktu aku gunakan.

Senapan telah aku posisikan tepat didepanku. Siap untuk aku bidikkan kesasaran yang aku inginkan nantinya.

Nafasku seperti terhenti ketika aku mulai melihat sosok-sosok makhluk zombie itu mulai berjalan perlahan keluar pintu samping pasar.

Mereka keluar dengan gerakan khas yang sering kalian semua lihat di film-film Hollywood, perlahan seperti orang mabuk dan menyeramkan.

Jarak tempat aku bersembunyi sekitar 30 meter. Meskipun demikian, aku hampir-hampir tidak mampu untuk bernafas dengan normal.

Sekali aku membuat gerakan yang salah. Maka keberadaanku akan mereka ketahui. Dan nantinya, meskipun aku akan berhasil menghabisi beberapa dari mereka. Aku pasti akan habis diserang oleh sisanya.

Tak ada jalan untuk lari. Karena dibelakangku, setelah melewati beberapa langkah. Ada persawahan yang membentang disana. Cukup luas. Tapi nantinya, aku akan kembali masuk kedalam perumahan tempat ambar.

Dan kini, hanya menunggu dan bersabar yang bisa aku lakukan.

Jumlah Zombie-zombie itu mulai mencapai puluhan. Mereka berjalan kesana kemari tanpa arah. Karena mereka rupanya tidak bisa menemukan sumber suara yang membuat mereka kearah sini.

Suara-suara geraman dan desahan mereka terdengar jelas ditelingaku. Apalagi ketika secara tiba-tiba, ada satu zombie yang entah kenapa berjalan tepat kearah tempat persembunyian ku.

Aku menggenggam erat popor senapanku​. Jari telunjukku juga sudah siap aku tarik. Dan apabila itu terjadi, maka aku sudah siap untuk mati bersama dengan mereka.

Gerak langkah zombie itu tampak semakin pasti mengarah ke tempatku bersembunyi. Aku yakin zombie tersebut tidak dapat melihat keberadaanku. Itu bisa aku pastikan kepada kalian, karena kedua mata zombie itu telah rusak. Bahkan satu matanya telah hilang.

Tapi, bagaimana bisa dia bisa tahu dimana aku berada ?

Disaat aku sibuk bermain dengan segala pertanyaan itu. Tiba-tiba, aku merasakan hembusan angin bergerak melewati selah-selah rambutku. Hidungku secara samar mencium bau tanah dan padi yang menghijau dibelakang sana.

Aku menegang.

"Angin...."

***

WABAH  ZOMBIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang