Wabah zombie 12

1.3K 68 2
                                    

"Sial....ternyata makhluk itu bisa mengetahui keberadaanku​ karena dia bisa mencium aroma tubuhku lewat hembusan angin."

Aku bersiap menarik pelatuk senjataku. Ketika tiba-tiba terdengar sesuatu.

"Dor...!"

Satu zombie tiba-tiba saja tergeletak ditengah kerumunan sana.

"Heeeiiii....! Disiniii...!"

Sebuah suara melengking memecah perhatianku.

Ada seseorang disana. Seseorang yang cukup bodoh untuk berteriak sekencang itu guna menarik perhatian semua zombie disini. Apa dia mau mati ?

Lalu kembali terdengar beberapa letusan senjata api.

"Dor..dor..dor... dor !"

Dan kembali Zombie-zombie itu berjatuhan.

Maka seperti yang sudah aku duga. Puluhan zombie itu mulai bergerak kearah suara teriakan tadi.

Kesempatan ini tidak aku sia-siakan. Dengan cepat, ketika semua zombie itu teralihkan dan fokus kearah sumber suara. Aku, melepaskan genggaman tanganku dari popor senapan dan mengambil cepat samurai disampingku.

Dan, "crass..." Aku langsung menebas kaki zombie yang berdiri di dekatku itu. Tubuhnya ambruk didepan mataku. Sebelum ia bersuara lagi, aku kembali mengayunkan pedang tepat dileher.

"Crass..."

Kepala zombie itu langsung terputus dari badannya.

Aku kembali merunduk didalam semak belukar. Menunggu dan mengawasi keadaan sekitarku.

Suasana kembali sepi.

Tiba-tiba, sebuah dentuman keras seolah membelah langit terdengar.

"Bumm...!"

Bukan hanya satu. Tapi disusul oleh dentuman keras lainnya.

"Bumm...bumm...bummm...!!"

Asap hitam tampak samar kulihat bergerak keatas. Yang disusul oleh bau sangit daging terpanggang menusuk hidungku.

Kemudian, terdengar suara rentetan tembakan sambung menyambung.

Aku masih belum keluar dari tempat persembunyianku didalam semak belukar.

Menunggu.

Setelah hampir setengah jam berlalu dan tidak ada tanda-tanda kemunculan zombie lainnya. Aku memutuskan untuk keluar dari semak-semak.

Tapi aku lebih memilih untuk tidak melewati jalan biasa. Aku lewat jalan samping. Menyusup masuk ke dalam rimbunnya semak disamping jalan. Hati-hati dan mengendap endap aku terus melangkah menyusuri tepian jalan.

Sekitar dua ratus meter dari tempat aku tadi bersembunyi, aku melihat pemandangan yang luar biasa.

Dari balik sebuah pohon. Aku melihat sebuah lubang besar yang menganga lebar dan dalam terbentang.

Didalam lubang, aku melihat serpihan dari puluhan zombie tergeletak tak bergerak lagi. Mati untuk selamanya.  Seakan akan lubang besar ini adalah lubang yang tercipta sebagai tempat kuburan massal para Zombie brengsek itu.

Aku menghela nafas. Pasti perbuatan ini dilakukan oleh orang yang tadi berteriak. Oh bukan. Bukan satu orang. Tidak mungkin semua hal ini bisa dilakukan oleh satu orang saja. Pasti beberapa orang.

Ya, beberapa orang.

Yang artinya, ada banyak orang yang masih berhasil bertahan menghadapi semua wabah ini.

Aku harus bertemu dengan mereka. Siapa tahu ternyata diantara mereka, aku bertemu dengan anak istriku.

Berpikir sampai kesitu, aku kembali bersemangat.

Tapi, bagaimana aku bisa menemukan tempat persembunyian mereka ?

Disaat aku sibuk mereka-reka tempat persembunyian kelompok tadi. Leherku tersentuh sebuah benda dingin dan sedikit berlendir.

Sekujur tubuhku menegang.

Apalagi ini...


***


WABAH  ZOMBIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang