Sebuah sentuhan dingin membuatku terbangun. Kegelapan malam langsung menyergap ketika aku membuka kedua mata. Aku lalu duduk. Mencoba mengumpulkan kesadaran yang berangsur-angsur terkumpul.
Gerimis.
Rupanya setitik air hujan yang turun telah membangunkanku.
Kuedarkan mata ini. Mencoba kembali mengamati tempatku berada.
Semuanya tampak gelap gulita. Hampir tak ada satupun lampu yang menyala. Mungkin karena pasokan listrik diwilayah ini telah dimatikan.
Beberapa saat kemudian, setelah selesai menyadarkan diri sepenuhnya dari tidur. Aku lalu beranjak dari posisi duduk.
Segera kuraih senjata laras panjang yang diberikan oleh sersan komar. Lalu dengan berhati-hati, aku berjalan kesamping atap bangunan.
Dengan bantuan teropong yang terpasang dilaras senjata, aku mengamati keadaan disekitar ku dengan seksama.
Malam hari, ditambah hujan membuatku agak kesulitan untuk melihat jarak jauh. Tetapi berkat bantuan alat itu, aku bisa melihat dengan baik.
Setelah memastikan bahwa keadaan disekitar ku aman, aku lalu bersiap untuk menuruni atap gedung.
Tas ransel sudah kugendong. Begitu juga dengan senapan. Aku menggunakan pedang samurai ( katana ), untuk melindungiku. Karena aku berpikir akan beresiko menggunakan senapan, karena akan ditakutkan suara yang dihasilkan bisa mengundang zombie untuk berdatangan.
Lubang yang tadi sore aku temukan kucari.
Dapat !
Dengan dada berdebar, ku julurkan kepalaku terlebih dahulu. Selain untuk mengamati keadaan, juga agar kedua mata ini terbiasa dengan kegelapan didalam gedung.
Setelah memastikan bahwa keadaan dibawah aman. Dengan sangat berhati-hati aku mengeluarkan tali sling baja dari dalam ransel.
Lalu dengan bantuan sepotong besi yang tergeletak diatas atap. Aku lalu membuat tali simpul.
Besi aku palangkan diatas lubang. Dan dengan berhati-hati, aku meluncur turun lewat tali.
Ketika kedua kakiku menyentuh lantai ruangan, langsung aku bersiaga. Pedang samurai aku silangkan didepan dada. Mengamati keadaan disekitar.
Aman.
Dengan sekali sentakan yang lumayan keras. Ikatan simpul yang tadi ku buat terlepas. Dengan cepat kurapikan gulungan tali sling baja itu dan kumasukan kembali kedalam ransel.
Lalu dengan berhati-hati aku kembali berjalan.
Sebuah tangga mengantarkan ku menuruni bangunan bekas pabrik yang ternyata terdiri dari 4 lantai.
Dilantai dasar. Aku mencari-cari pintu keluar.
Setelah lama mencari karena gelapnya keadaan. Pintu itu berhasil aku temukan.
Setelah menarik nafas dalam-dalam, kubuka perlahan pintu itu. terdengar bunyi derit yang berhasil memecahkan kesunyian malam. Tapi untungnya, keadaan hujan yang turun dengan deras menyembunyikan suara itu.
Cuaca dan hawa dingin segera menyergap. Jarak pandang keluar terbatas. Dan ini sangat membahayakan bagi ku. Karena aku tak tahu dimana posisi dari para zombie itu.
Aku berjongkok.
Pedang kutaruh disamping. Lalu senapan panjang yang berada dipunggung segera kuputar kedepan. Dengan bantuan teropong, kulihat situasi didepanku.

KAMU SEDANG MEMBACA
WABAH ZOMBIE
FantasyMengisahkan tentang terjadinya wabah zombie yang melanda indonesia. kisah tentang seorang ayah yang mencoba menyelamatkan keluarganya dan mencoba untuk survive terhadap serangan dan ancaman para zombie. akankah dia berhasil ???