Wabah zombie 9

1.5K 81 4
                                    

Sebuah petir dengan tiba-tiba menyambar batang pohon tempat kami berada.

"DHUAAAR.....!!!"

Tubuhku terlempar beberapa meter kesamping jalan dan masuk kedalam got saluran air.

Disaat-saat terakhir itu, yang aku sempat ingat sebelum semuanya menjadi gelap adalah, sebuah cahaya terang menyilaukan menyambar batang pohon dimana ada mira dan juga ambar berada.

Disusul kemudian suara bagaikan dunia kiamat terdengar memekakan gendang telingaku.

Sebuah sengatan yang tajam dengan kecepatan mata berkedip menyergap tubuhku. Membuatku terpental tak berdaya melawan gravitasi bumi.

Dan disaat tubuhku melayang diudara, aku dengan jelas bisa melihat kedua tubuh gadis remaja itu tampak mengejang dengan 4ambut yang tiba-tiba naik berdiri melawan hukum gravitasi bumi. Aku hanya melihat mereka tampak membuka mulut mereka lebar-lebar. Tapi aku tidak mendengar suara apapun yang keluar dari mulut mereka yang terbuka lebar itu.

Hingga beberapa kejap kemudian, pandangan mataku berangsur menghitam.

Gelap dan sunyi.

Entah sudah berapa lama aku tak sadarkan diri. Yang pasti, disaat aku mulai sadar, perasaan pedih adalah yang pertama kali aku rasakan. Disusul kemudian rasa panas akan sengatan sinar matahari terasa diwajahku.

Perlahan aku membuka mata.

Silau.

Otakku juga mulai bekerja meskipun dengan perlahan. Kepingan-kepingan kejadian yang terjadi mulai tersusun ulang dikepalaku.

Disaat ingatanku membayangkan 2 sosok gadis remaja, aku langsung tersentak.

"Mira dan ambar..." desisku dalam hati.

"Apakah mereka berdua selamat? Atau..." pertanyaan yang terngiang ditelingaku terpaksa aku hentikan. Karena pasti tidak akan ada yang menjawabnya.

"Kecuali aku sendiri yang memastikan." kataku dalam hati.

  Setelah aku merasa cukup kuat untuk bergerak. Aku dengan perlahan mencoba memeriksa kondisi disekitarku sambil tetap berbaring disaluran air.

Sebuah benda berat dan dingin terasa saat tanganku meraba kearah kepala.

"Senjataku.." aku berkata dalam hati. Sebuah senyuman kecil tersungging diwajahku.

Lega rasanya. Alat yang bisa membantuku untuk survive ini tetap setia bersamaku.

Hati-hati aku mengambil senjata semi ini.

Setelah aku menghela nafas dalam-dalam, aku mencoba menajamkan indra pendengaranku, mencoba untuk mendengar apakah brengsek-brengsek itu berkeliaran disekitarku atau tidak.

Sunyi

Tapi aku tidak lekas percaya akan keadaan ini, kembali aku mencoba mendengarkan keadaan disekitarku. Kali ini aku memejamkan mataku.

Hanya suara sayup-sayup angin berhembus yang aku dengar.

Setelah meyakinkan diri, aku segera bangkit dan berjongkok didalam selokan air.

Perlahan-lahan, aku menyembulkan kepalaku sampai sebatas mata.

Lengang

Sepi tanpa adanya gerakan yang mencurigakan dari para Zombie-zombie itu.

Selama beberapa menit aku mencoba mengawasi situasi diareaku.

"Oke, sepertinya keadaan sudah aman." aku berdesis dalam hati.

Senjata semi aku letakan dihadapanku. Lalu dengan bertalekan kedua siku, aku berusaha keluar dari saluran air.

Setelah aku berhasil naik, mataku langsung terpaku akan sebuah sosok yang terbaring hitam dibawah sebatang pohon yang tumbang.

"S..siapa dia? Apakah mira? Atau ambar?"

Lagi-lagi pelbagai pertanyaan berputaran diotakku.

Setelah menengok kanan kiri. Dan aman, aku segera berjalan cepat menghampiri sosok yang terbaring itu.

Setelah dekat, aku langsung merasa lemas.

Bagaiman tidak, sosok tubuh yang menghitam akibat hantaman petir yang menyambar semalam adalah gadis yang kurasakan intim meskipun hanya dalam mimpi.

"Ambar..."

Bibirku agak bergetar ketika nama gadis itu aku sebut.

Sedih memang, tapi akubjuga sadar. Bahwa dengan berlama-lama aku berdiri mematung ditempat itu. Zombie-zombie brengsek itu pasti akan melihatku.

Dan apa yang aku pikirkan memang benar.

Ketika aku mulai bergerak guna bermaksud mengambil sebuah tas ransel yang berisi benda-benda penting.

6 zombie melihatku.

Aku terkejut.

Setengah berlari aku mengambil dan memakai tas ransel itu.

Ke 6 zombie yang melihatku bergerak seakan tidak ingin mangsanya menghilang.

Oleh karena itu, merekapun mulai bergerak dengan cepat. Dan seperti yang dahulu aku duga, bahwa makhluk ini bisa bergerak 2 kali lebih cepat saat siang hari.

"Siaaal...!" aku setengah memaki.

Aku langsung bersiap dan mengarahkan moncong senjataku. Dan tak lama kemudian, suara tembakan mulai terdengar memecah kesunyian siang itu.

"Dor..dor..dor..!!"

Aku memberondong ke 6 zombie itu dengan senjataku.

4 berhasil aku jatuhkan, 2 zombie tersisa masih terus berlari menyerangku.

"Dor..dor..!"

Dua kali peluru melesat dari dalam senjataku. 1 zombie lagi jatuh.

Lalu dengan cepat aku mulai mengarahkan ujung senjataku kearah zombie yang tersisa.

Zombie itu mengeluarkan suara nyaring yang terdengar aneh ditelingaku.

"Persetan!" geramku.

Dan, "klik..klik..!"

Tak ada peluru yang keluar. Habis!

Aku panik.

Gila, kenapa disaat gawat seperti ini peluru senapan ini harus habis sih. Aku memaki didalam hati.

Tak ada waktu untuk membuka tas ransel dan mencari isi refil senjataku.

Segera aku merubah posisi pegangan tangan pada senjataku ini. Bagian moncong senapan yang kini aku genggam.

"Panas..." aku mengerutkan dahi ketika kulit tanganku menyentuh moncong senapan yang terasa panas.

Tapi tak ada waktu untuk merasakan rasa panas ini. Satu tujuanku.

Selamat!

***

WABAH  ZOMBIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang