Malam hari adalah waktu yang kami pilih untuk keluar dari dalam rumah yang selama ini menjadi tempat bersembunyi. Itu karena dari yang aku tahu, para zombie brengsek itu akan menjadi lebih lambat dalam bergerak dan merespon pergerakan.
Masing-masing dari kami membawa pedang katana untuk mempertahankan diri. Aku membawa 2 buah pedang katana. Selain itu, aku juga membawa sebuah ransel berisi benda-benda yang sekiranya berguna. Tak lupa tongkat security yang telah melindungiku tergantung dipanggang. Lalu sebuah pisau belati cukup besar juga kuselipkan di pinggang.
Sedangkan Winny, selain membawa katana, ia juga membawa sebuah tas kecil dari kain. Didalamnya berisi berbagai peralatan kecantikan yang bersikeras untuk tetap dibawa.
Setelah memastikan keadaan disekitar aman. Perlahan aku membuka daun pintu ini. Jantungku berdegup kencang. Rasanya seperti memasuki sebuah kandang singa.
Suasana diluar gelap dan sunyi. Tapi aku tahu, didalam kesunyian itu terdapat monster-monster yang akan memangsa kami bila kami tidak berhati-hati.
"Ayo, win." Aku mengajaknya untuk segera bergerak. Jarak antara kami dengan mall pondok indah kurang lebih 3 km.
"Aku takut.." ucapnya dengan nada gemetar.
Aku tersenyum, kuraih pergelangan tangannya dan ku genggam erat. Mencoba untuk membuatnya lebih baik. Winny pun tersenyum, meskipun sedikit dipaksakan.
Dengan berhati-hati, kami berdua mulai berjalan. Sesampainya didepan gerbang, aku mencoba mengintip keadaan. Disebelah kanan kami, arah yang akan kami tuju nampak beberapa zombie tengah berdiri tegak tak bergerak diantara banyaknya bangkai mobil-mobil yang telah rusak.
"Win, kita akan bergerak. Ayo." Ajakku.
Dengan sedikit menunduk kami mulai melangkah. Mencoba untuk sesedikit mungkin mengeluarkan suara yang bisa menarik perhatian para zombie itu.
Jarak antara kami berdua dengan zombie itu kian dekat. Dan nafasku seakan terbang ketika tiba-tiba seorang zombie bergerak ke arah kami dan berhenti persis disebelah kiri kami. Untungnya, masih ada sebuah plang penunjuk jalan yang besar menghalanginya melihat kami.
Celakanya, zombie itu kembali bergerak untuk memutari plang penunjuk jalan ini. Otakku berputar keras. Winny menggigil. Dan,
"Aku ada ide." Pikirku cepat. Maka kuraih sebuah besi yang tergeletak tak jauh dariku dan langsung ku lemparkan ketengah jalan.
Kontan akibat dari suara itu, para zombie itu bergerak menghampiri asal suara. Begitu juga dengan zombie yang berada dekat dengan kami. Namun, begitu ia bergerak membelakangiku, dengan cepat kuhunus pedang samurai dan langsung menebas Batang tenggorokannya.
Kepala zombie itu langsung terpisah dari badannya. Tubuh tanpa kepala itu juga ikut terjatuh dengan tak mengeluarkan suara berisik.
"Sukses." Bisikku perlahan sambil mengepalkan tangan.
Kami berdua kembali bergerak. Dan kini, kami telah sampai dijalan utama yang menghubungkan kami ke mall.
Dijalan utama itu banyak sekali zombie yang berdiri dan ada yang berjalan-jalan tak tentu arah.
"Bagaimana ini, ded?" Tanya Winny.
Aku berdiam.
"Ded, bagaimana?" Tanyanya lagi sambil mengguncangkan tanganku.
Aku menunduk. Berpikir. Sial, padahal sebentar lagi kami akan berhasil mencapai tempat tujuan kami. Disaat kami sibuk berpikir, tiba-tiba handphone Winny berbunyi !
***

KAMU SEDANG MEMBACA
WABAH ZOMBIE
FantasyMengisahkan tentang terjadinya wabah zombie yang melanda indonesia. kisah tentang seorang ayah yang mencoba menyelamatkan keluarganya dan mencoba untuk survive terhadap serangan dan ancaman para zombie. akankah dia berhasil ???