Wabah zombie 1

2.7K 117 6
                                    

  Namaku hera. Aku tinggal ditangerang kabupaten saat siang itu tiba-tiba ada banyak sekali suara bising dijalanan.

  Aku tak tahu ada apa disana. itu karena rumahku masuk kedalam gang kecil. Dan agak kedalam. Jadi aku tak tahu ada apa gerangan disana.

  Disaat aku tengah berdiri didepan pintu rumah sambil mendengarkan dan menebak-nebak apa yang terjadi disana. Tiba-tiba tetanggaku berlari dari arah jalan dengan tergesa-gesa.

  Aku segera menyapanya, "pak de, ada apa ?"

  Lelaki gemuk pendek itu hanya menoleh sesaat tapi tak ada satu jawaban yang keluar dari mulutnya. Ia hanya dengan cepat masuk kedalam rumah. Tak lama kemudian, ia keluar lagi dengan membawa beberapa barang.

  Aku kembali hendak bertanya. Tetapi anakku, aisyah, yang baru berusia 3,5 tahun menangis dari dalam rumah.

  Aku segera masuk kedalam. Kugendong putriku satu-satunya itu. Siang ini memang udara sangat panas.

  Mungkin karena itulah putriku terbangun.

  "Cup..cup..cup...kenapa tuan putri kecilku ini? Panas ya? Ayah belum pulang, nak. Nanti sore ayah baru pulang. Nanti aisyah dibeliin susu ya ?" Bujukku guna menenangkan putriku itu.

  Bukannya diam, ia malah menangis semakin keras. Aku pun lalu sibuk mendiamkannya.

  Dan tanpa aku tahu, ternyata sudah banyak warga disekitar rumahku yang mengungsi entah kemana.

  Hampir satu jam kemudian, putriku tertidur kembali. Telingaku masih saja mendengar suara bising diluaran sana. Malah, sepertinya semakin banyak saja suara bising dijalanan.

  Aku berjalan keluar rumah.

  Aneh sekali. Tak ada satu orangpun yang kulihat berada diluar rumah. Berarti suara gaduh itu berasal dari jalan raya sana.

  Disaat seperti ini, aku teringat akan suamiku yang saat ini sedang bekerja di jakarta.

  Aneh juga dia, rumah di daerah tangerang, kerja jauh di jakarta. Kaya gak ada kerjaan aja disini.

  Tapi setiap kali aku bertanya kenapa dia masih saja bertahan kerja di jakarta, jawabannya simpel.

  "Aku merasa nyaman disana."

  Selalu seperti itu.

  Memangnya dia tak berpikir kedepannya. Pulang pergi Jakarta-tangerang, mungkin dalam usianya yang masih muda tak berdampak apa-apa. Tapi jika nanti usianya mulai bertambah ?

  Ingin rasanya sekarang aku menelpon sekedar menanyakan kabar dirinya.

  Tapi aku takut mengganggu pekerjaannya. Seorang security kan harus selalu standby didepan kantor.

  Saat aku ingin masuk kedalam rumah, tiba-tiba pak de tetangga yang tadi ku lihat, kembali dari jalan raya menuju rumahnya dengan berlari kencang.

  Ketika dia melewati depan rumahku, ia berhenti sejenak lalu berkata agak keras.

  "Hera ! Jangan keluar dari rumah. Masuk ! Dan kunci semua pintu !"

  Aku bingung mendengar perkataannya. Tapi melihat dari raut wajahnya yang tampak amat sangat tegang, aku yakin pasti telah terjadi sesuatu.

  Aku menuruti perkataannya. Aku segera masuk kedalam rumah dan menguncinya.

  Entah kenapa aku tertarik untuk memantau ada kejadian apa disekitar tempatku tinggal. Aku lalu iseng saja mengintip keluar lewat kaca jendela depan rumahku.

  Aku lihat pak de gemuk itu tampak mencoba membuka pintu pagar rumahnya yang tergembok. Mungkin karena gugup atau karena sebab lainnya, anak kunci yang ia pegang terjatuh kedalam selokan yang berada didepan rumahnya.

WABAH  ZOMBIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang