"Hahaha!!" Tawa seorang siswa laki-laki pecah. Ia bangkit dan berjalan mendekati Alsera bahkan merangkul Alsera dengan seenaknya. "Lo kenapa, wanita cantik gini lo bilang bukan manusia," ujarnya.
Tangan Axel mengepal. Dadanya naik dan turun menahan amarahnya sendiri. Sebuah tangan menepuk bahunya pelan. "Tenang Xel," ujarnya. Axel menoleh dan mendapati Dion tengah tersenyum menatapnya.
"Dia benar kok," ujar Alsera yang membuat semua mata melotot memandangnya, "gue terlalu cantik, jadi dia bilang gue malaikat," Ia terkekeh, "makasih ya!"
Gelak tawa para murid segera terdengar pecah di ruang kelas itu. Pak Soni berusaha dengan susah payah mendiamkan murid-muridnya yang heboh karena kedatangan murid baru yang begitu cantik. Axel menghela napas panjang dan duduk dengan wajah datar. Alsera duduk di sampingnya dan mengambil secarik kertas.
Kau punya kemampuan istimewa ya?
Axel mengebrak meja. Membuat Pak Soni dan seisi kelas memandang bingung kepadanya. Axel segera meminta izin keluar kelas dan lari begitu saja. Meninggalkan tanda tanya besar dipikiran mereka semua. Alsera mengerjap beberapa kali.
Dia itu istimewa, batin Alsera.
.
.
.
"Malaikat sialan!" runtuknya.
Axel melipat kedua kakinya dan mencoba mengatur napas. Pandangannya beralih menatap langit biru di sana. Langit selalu bisa membuatnya menjadi tenang. Perlahan napasnya kembali normal dan otaknya mulai berpikir jernih.
"Hey," bisik seseorang pelan di sampingnya. Axel menoleh perlahan dan--
Bruk!
"Maaf!!" teriak Alsera kaget serta merasa bersalah.
" ... "
Axel bangkit ke posisi semula tanpa mengucapkan apa pun.
" ... "
"Maaf, gue gak bermasuk membuat lo tertimpa masalah gini," ujar Alsera tanpa basa-basi.
Axel menatap Alsera dengan penasaran. Iya, ia penasaran apakah sayap tak kasat mata di punggung Alsera bisa hilang? Karena itu menakutkan.
"Lo juga sih, ngapain coba pake teriak gitu, lo emang gak takut dibilang aneh sama yang lain hah! Mikir dong!" cerocos Alsera.
Axel terbatuk mendengar semua itu. Ia menghela napas pasrah tanpa menjawab apapun.
"Hey! Denger gue ngomong gak?!" teriak Alsera kesal.
"Hhhh ... mendingan lu balik ke kelas sana, dari pada Pak Soni ngomel, lu kan anak baru jadi berperilakulah yang baik," cerocos Axel.
"Gue emang lagi ada di kelas kok!" seru Alsera dengan seringaian. "Bayangan gue ada di kelas lagi belajar."
Axel mengerjap. Ia mundur beberapa langkah saat baru menyadari hal aneh yang ada saat ini. Alsera tidak mengenakan baju seragam putih abu-abu lagi. Namun, kini ia mengenakan sebuah gaun putih bercorak abu-abu dengan sepasang sayap terbentang megah menopang dirinya yang melayang rendah.
"Lo jangan takut gitu sih, lagian tumben ya, manusia spesial itu penakut," ujar Alsera seraya menggelengkan kepalanya.
Axel tak menyahuti ucapan Alsera yang seenaknya. Ia malah bangkit dan turun dari atap. Alsera kembali dan memandang Pak Soni yang tengah menjelaskan. Axel masuk dan kembali duduk dalam diam. Meski banyak sorakan menjatuhkan yang ditujukan untuknya. Alsera mengalihkan pandangan tak acuh. Pelajaran kembali berlanjut dengan celotehan Pak Soni yang membuat sebagian bahkan keseluruhan murid menahan kantuk.
Hingga ... suara bel istirahat berdering membuat sorakan gembira pada murid. Hampir semua murid berjalan menuju kantin. Tanpa melihat pun Alsera sudah tahu bahwa kondisi kantin itu akan ramai dan penuh sesak. Alsera yang masih bingung pergi-ke-kantin-apa-nggak itu melirik Axel yang tengah membaca buku pelajaran dengan serius.
"Lo nggak ke kantin?" tanya Alsera.
Tanpa menoleh sedikitpun Axel menggeleng pelan. Membuat Alsera menghela napas pasrah.
"Lagian memangnya, mahluk kayak lo itu makan ya?" ejeknya.
Alsera melotot mendengarnya. Ini penghinaan! teriak batinnya sebal. Tapi karena Alsera harus menjaga image-nya jadi senyum Alsera kembali tercetak. Perlahan Alsera mendekat dan berbisik kepada Axel.
"Gue bukan manusia, tapi inget sekarang gue manusia dan lo nggak boleh berkata kalo gue bukan manusia di depan banyak orang, atau lo--" Alsera menjauhkan dirinya dari Axel lalu bangkit, "--akan mendapat balasannya." Alsera menjentikan jari dan pergi.
Axel kagum dengan sikap mahluk astral itu. Jemarinya menaikan kacamata hitam yang bertengger di hidungnya yang mancung itu, lalu tersenyum.
"Bisa jelaskan apa yang terjadi?" tanya seorang siswa setengah bule yang bermata biru bernama Dion.
Axel menghela napas panjang. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri dan mendapati kelas yang cukup kosong, ia bangkit, berniat membisikan satu fakta aneh yang ada pada murid pindahan itu. Mulutnya terbuka beberapa saat, namun menutup kembali karena teringat ancaman Alsera yang tampak serius.
"Gue bukan manusia, tapi inget sekarang gue manusia dan lo nggak boleh berkata kalo gue bukan manusia di depan banyak orang, atau lo akan mendapat balasannya."
"Bukan apa-apa," dusta Axel.
Alis Dion terangkat satu. Ia meragukan jawaban sahabatnya itu, karena tadi jelas sekali tampak ada yang janggal. "Ya sudahlah, gue percaya sama lo," ujar Dion pasrah.
.
.
--To Be Continue--
Oh ya halo! Kembali lagi dengan saya Icha selaku Author 'AHD' Ini dia chapter satu yang kuketik disela-sela kesibukanku sebagai pelajar /slap/ Semoga kalian puas menyantap kata demi kata yang ada.
13 Januari 2016
Dengan imajinasi,
Icha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel, Human and Devil
FantasyMalaikat, Manusia dan Iblis terjebak dalam satu ruang ambisi yang sama. Memperebutkan dan menjaga sebuah hal yang berharga.