6 : Iblis

1K 105 9
                                    

Tangan Fira mengepal kesal. Matanya tertuju kepada Alsera marah. Devaza menghampiri Fira dan segera membantunya untuk berdiri. Alsera terkekeh dan berjalan santai melewati mereka.

"Lo nggak apa-apa 'kan, Van?" tanya Alsera pada Vania yang sebenarnya tengah asik melamun menyaksikan hal yang terjadi dihadapannya.

"Vaan!!!" Alsera menepuk pundak Vania kesal. "Kok lu nggak dengerin gue siih!!"

Vania mengerjap beberapa kali sebelum kesadarannya kembali. "Ah iya, maaf."

Alsera tersenyum mendengarnya. "Ayo pergi dari sini, sebentar lagi bel masuk berbunyi." Tangannya terjulur untuk membantu Vania bangkit.

Vania meraih tangan Alsera dan segera berdiri, dan mereka berdua pergi meninggalkan kantin dengan santai. Menyisakan berbagai pemikiran para murid Estrella Hesper itu.

"KEPARAT!" amarah Fira.

Dion yang menatap kejadian itu menyikut Axel yang sendari tadi asik melahap bakso tak acuh. "Pst."

"Ampha?" [apa?] tanya Axel dengan mulut masih terisi dengan bakso.

"Lo liat nggak tadi?"

"Liat apa? Oh peristiwa itu. Kasian ya Alsera. Dia menantang seekor singa penguasa di daerah kekuasaannya." Tangan Axel meraih segelas air dan segera meneguknya.

Dion menatap Axel penuh selidik. Axel sendiri masih asik melahap baso sampai--

"Awaas!!" serunya pada Dion.

Dion terkejut dan langsung bangkit dari tempatnya dan berpindah ke sisi Axel. "Ada apa?"

"Ooh. Tidak apa-apa tadi ada kepala lewat. Mencurigakan. Siapa yang mati dengan kepala putus di daerah sini?" ujar Axel yang tenang melahap bakso terakhir di dalam mangkuknya iti.

Dion geleng-geleng kepala di buat Axel. Kalau saja orang lain, pasti telah lari terbirit-birit karena Axel mengatakannya begitu saja dengan sangat tenang.

Dion dan Axel telah bersahabat sejak lama. Jadi Dion kebal dengan sikap Axel yang seperti itu.

"Xel--lo nggak kasian sama Alsera? Dia bisa kena masalah," tanya Dion.

Axel memandangnya sesaat. Ketidakpedulian terpancar jelas di wajahnya. "Apa? Kenapa harus kasian?"

"Yah ... apa kek. Ah lu mah, Xel. Terlalu cuek," keluh Dion.

Axel kembali melahap makannya. Tidak peduli, tidak peduli, batinnya seolah bernyanyi.

--00--

"Kekuatan itu akan jatuh ke dalam tanganku."

Dibentangkannya sayap hitam pekat miliknya. Dirinya mengepakan sayap dan langsung terjun turun dari gedung tempat ia tadi bersinggah. Mata beriris hitam layaknya malam kelam gulita yang senada sayap megah miliknya. Rambut merahnya bergerak seiring dengan hembusan angin.

Dirinya melesat melintasi gedung-gedung padat di kota. Matanya yang tajam senantiasa melirik kiri dan kanan. Ia tak ingin melewatkan tempat yang ingin dia tuju.

Tap!

Dirinya mendarat sempurna di depan sebuah gedung putih besar yang dengan jelas bertuliskan Estrella Hesper School.

"Kau bersekolah di sini 'kan, Tuan Putri," ujar Orias dengan seringaian di wajahnya.

Kakinya melangkah perlahan. Dia menurunkan sayapnya dan merubah jas hitam, pakaian Kerajaan iblis menjadi seragam sekolah Estrella Hesper.

"ALSERA KEPARAT!" Amarah Fira masih meledak-ledak bahkan sampai jam pelajaran telah berakhir. Dirinya mengeram dan berteriak kesal di depan gerbang sekolah, dan berseru galak pada siapapun yang memandangnya aneh.

Orias yang melihat hal itu memiringkan kepalanya dan mendakati Fira. "Bisa gue minta tolong?" tanyanya.

"Apa lo ... beraninya lo minta tolong padahal gue lagi bad--" Fira berhenti berkata-kata saat menatap mata hitam milik Orias yang memikat.

"Bisa tolongin anter gue ke ruang kepala sekolah?" ujar Orias sekali lagi.
Fira tak dapat berpikir jernih. Dia tak berkata apa-apa lagi. Anggukannya tercipta. Orias meraih tangan Fira begitu saja.

"Begitu dong, Cantik." Orias menyeringai ke arah Fira. Mata Fira kosong tak menampakan kehidupan. Dirinya mengangguk dan tersenyum kaku. Seperti robot.

Mereka tiba di depan ruang kepala sekolah. Orias masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Matanya langsung menatap lurus mata Kepala Sekolah.

"Daftarkan aku sebagai salah satu siswa baru. Di kelas yang sama dengan gadis ini," ujar Orias tanpa jeda, tanpa berkedip.

Kepala sekolah mengangguk. "Nama lengkapmu?"

"Orias Qanel. Sudah jangan banyak bicara. Lo hanya membutuhkan nama lengkap dan gue hanya memberimu itu." Orias berbalik dan melangkah pergi, dengan menarik tangan Fira tentunya.

Sampai di depan gerbang sekolah, mereka berhenti. Orias berbalik dan kembali menatap Fira.

"Mulai besok, gue akan bersekolah di sini, dan mulai besok. Elo adalah pacar gue 'ngerti?" ujar Orias.

Fira mengangguk kembali. Orias langsung menyeringai karenanya. Ia melirik ke kanan dan ke kiri kemudian membuak sayapnya dan terbang menjauh.

Fira masih berdiri di sana untuk beberapa saat, hingga sebuah mobil datang menjemputnya dan ia masuk ke dalam sana. Matanya tetap kosong menatap dunia. Entah diambil kemana kesadarannya oleh Orias Qanel, Pangeran Hell.

Dari balik pohon besar di depan gerbang sekolah. Axel menyaksikan segalanya. Sayap hitam dan aura mencekam khas namun memikat. Dasar iblis, geramnya dalam hati.

Axel berbalik dan menatap langit. Batinnya bertanya apa maksud dari semua ini. Batinnya bertanya apa yang akan dia hadapi. Batinnya bertannya apa yang harus ia lakukan berikutnya.

.

.

.

.

To Be Continue~ 13 Mei 2016

~~

Long time no see right? Aduh maaf. Icha baru selesai UN SMP satu hari yang lalu jadi baru sempet update setelah berjuang melawan kertas-kertas materi yang entah sampai dimana ujungnya.

Karena liburan telah menanti /asek. Jadi doakan saja Icha semakin rajin updatenya!

Ah ya! Makasih juga buat yang udah rela nunggu selama ini. Icha kagum sama kesabaran kalian menghadapi icha /eh

Oke. Sampai jumpa diupdate selanjutnya!

Angel, Human and DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang