5 : Permainan

1.1K 116 10
                                    

"Elo?" tanya Axel tak percaya dengan penglihatannya. Karena Vania memamg bawel. Namun, dia tidak pernah berbicara se-berani ini.

"Eh, Vania?" tanya Dion yang tetap santai.

Vania mematung sesaat, kemudian, "Ehm. Ya halo ini gue, Vania. Gue gak suka temen gue, lo bilang iblis kayak tadi," ujar Vania yang membuat kedua mata cowok itu membulat sempurna. Tangan Vania terlipat di depan dada. Matanya menatap tajam kedua cowok di hadapannya itu.

"Hahaha ... iya, Maaf, Van. Kita bercanda kok." Dion mendekat dan menatap lurus ke dalam mata Vania. "Maaf ya." Kedua sudut bibir Dion tertarik ke atas.

"I--iya ta--tapi lo ng-nggak boleh kayak gitu lah, terutama," Vania melirik tajam ke arah Axel, matanya menyipit sesaat sebelum ia menlanjutkan kalimatnya, "elo. Raditya Axel."

Axel menghela napas panjang. "Iya, maaf."

Vania mengangguk. Mulutnya terbuka siap untuk menyahuti Axel namun--

"Kok bilang maafnya ke Vania sih? Kenapa nggak ke gue langsung aja?" ujar Alsera yang entah dari mana muncul dengan cengiran lebar.

Saat pertama kali melihat Alsera, Axel langsung menatap sayap Alsera yang tampak mencolok di matanya. "Ah ... Alsera. Gue minta maaf ya," ujar Axel sesaat sebelum ia melangkah pergi yang diikuti dengan Dion, dan mereka berdua melangkah masuk ke dalam kelas.

"Kok mereka nyebelin sih?" keluh Vania kesal.

"Ternyata, Vania berani menegur orang yang salah. Kemudian mengapa kemarin kau tidak melawan mons--eh siapa ya namanya--Ah Fira!" ujar Alsera seraya melangkah perlahan.

Vania berusaha mengikuti langkah Alsera yang melangkah lebih cepat dari langkah normal seorang Vania. "Ah, lo itu nggak tahu sih, kalau dia itu--Ratu Bully dan gue gak mau cari gara-gara dengan dia." Vania mengembungkan pipinya kesal. Entah kenapa saat Vania mengembungkan pipi, itu tampak sangat imut di mata Alsera.

"Hahaha ... nggak ngerti lagi gue sama manusia," celetuk Alsera.

"Apa lo bi--"

"Udah kita ke kelas aja, saatnya belajar biar pinter lho," potong Alsera. Tangannya menarik lengan Vania menuju kelas.

Kemudian, bel pun berbunyi, segala kegiatan pembelajaran di mulai. Meninggalkan sedikit tanya di dalam benak Vania, namun dengan segera dienyahkannya karena bapak guru kimia menjelaskan sesatu yang akan menjadi sangat rumit di benaknya.

--oo--

"Bu! Saya pesen es jeruk satu ya!" seru Fira saat dirinya berhasil tiba di kantin saat jam pelajaran tanpa ketahuan.

"Aduh. Kamu bolos lagi Fira?" tanyanya seraya geleng-geleng kepala melihta kelakuan satu anak nakal yang tak pernah jera ini.

Fira melirik sekilas, lalu membuang pandangannya. Tangannya meraih sebuah ponsel dari sakunya. Kemudian, jemarinya segera menari di atas layar.

Fira : Lo di mana? Katanya mau kabur? Inget rencana kita 'kan?

Tak berapa lama pesannya pun di balas oleh si empunya ponsel di sebrang sana.

Devaza : Sabar, sabar. Gue otw ke sana.

Devaza sendiri pada kenyataannya tengah berjalan mengendap-endap agar tidak tertangkap basah tengah membolos pelajaran. Langkah kakinya di buat sangat perlahan tanpa suara, hingga dirinya berhasil tiba di kantin tempat Fira tengah mengo--ah bukan--membentak penjaga kantin.

"Ngapain lu?" tanya Devaza seraya merangkul Fira.

Ibu penjaga kantin segera pergi saat Fira telah melirik Devaza. Mereka berdua akan segera membuat masalah, batinnya.

Fira menatap Devaza sesaat dan menyuruh Devaza duduk lewat pergerakan matanya yang tertuju kepada kursi di sebrang kursinya. Saat Devaza mengerti ia segera duduk di sana dan menunggu kata-kata yang akan keluar dari mulu Fira dengan tenang.

"Jadi ...," seringaian Fira tercetak manis di wajahnya, " ... mari kita buat neraka kecil bagi anak baru yang sok itu."

Permainan liciknya pun di mulai. Mereka bergerak begitu lincah untuk mempersiapkan sebuah jebakan kecil untuk seorang Alsera Faresta.

"Siap nih jebakannya?" Devaza terkekeh.

"Siap," ujar Fira. Seringaianya tercetak manis di wajah cantiknya itu sekali lagi. Kecantikan tidak bisa membuat seseorang di cap baik begitu saja, toh buktinya banyak orang cantik yang bersifat seperti monster. Ya, contohnya, Fira Oktavia Casendra.

"Gimana nih? Tinggal tunggu bel aja nih kita?" Devaza menyikut Fira yang tengah asik menyeringai.

"Iya dong. Nanti tinggal pertunjukannya kita nikmati. Sebenryar lagi juga bel," ujar Fira.

Menit berikutnya, bel istirahat berbunyi. Fira dan Devaza melirik satu sama lain saat murid-murid Estrella Hesper berdatangan ke kantin, dan nampak lah Vania Clasrista dengan sosok yang mereka tungu yakni, Alsera Faresta.

"Alsera! Vania!" seru Devaza seraya melambaikan tangan ke arah mereka berdua.

Vania nampak terkejut, sebaliknya Alsera tampak begitu tenang dan berjalan mendekati dua monster di depan sana dengan langkah pasti.

"Ada apa ya? Apa yang mau kalian buat?" Mata Alsera menyipit, menyelidik apa maksud terselubung dibalik permainan ini.

"Tidak ada apa-apa kok. Kita hanya berbaik hati dan menyiapkan dua buah kursi untuk kalian," ujar Fira sambil merangkul Alsera.

Alsera tampak risih dibuatnya. "Apaan sih lo," ujar Alsera ketus.

Fira menampakan senyum yang ia bisa. "Ayo duduk dong. Duduk," ujarnya seraya mendorong Alsera ke kursi yang sebenarnya telah di lumuri lem oleh Fira dan Devaza.

Alsera mengelak ke samping kiri sehingga Fira jatuh tepat ke atas kursi dengan posisi menghadap kursi dan membelakangi yang lain. Sontak Fira kaget dan langsung berusaha bangkit dan melepaskan diri, namun sayang, senjata makan tuan ini rupanya.

Fira tidak mampu bangkit dan malah berteriak kesal. Otomatis semuanya mata tertuju kepadanya dengan wajah menahan tawa.

Devaza yang melihat itu sontak mendorong Vania karena kesal. Namun, Alsera menggerakan pelan jemarinya sehingga Vania tidak jatuh ke dalam jebakan itu.

Sebaliknya saat ini, Fira lah yang sedang terperangkap dan dipermalikan oleh ulahnya sendiri.

"Nona, bagaimana rasanya dipermalukan oleh permainan jahatmu sendiri? Apakah menyakitkan? Apakah cukup untuk mempermalukan?" ujar Alsera dengan senyuman penuh kemenangan.

.

.

.
TBC, 28 Maret 2016.

A/N : Long time no see? Ada yang kangen? Ichaa kangen tauu sama kalian semua /peluk satu-satu/ Ah ya kalian tau gak? Sebenernya cerita ini telah ichaa masukin meja hiatus? Yeah .... ini anggep aja bonus karena ichaa dapet libur nih, dan kebetulan kepengen nulis. Dah gitu jadinya. Hiatus lagi ya. Dadah~

Angel, Human and DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang