Kedua kekuatan itu akan segera bertubrukan. Bola kekuatan itu mendekat satu sama lain dan,
Duar!
Ledakan besar terjadi, pepohonan disekitar pertarungan roboh. Namun, baik malaikat maupun iblis masih berdiri kokoh di tempat masing-masing. Mereka melempar tatapan dengki.
"Heh! Dasar mahluk astral bodoh!" Suara itu memecah keheningan sesaat.
Keduanya menoleh ke sumber suara. Seosok mahluk berperawakan cukup tinggi, berjubah biru yang dihiasi titik-titik putih bercahaya menampakan diri. Wajahnya hampir tak terlihat karena tudung jubah menutupi wajahnya sampai batas mata.
"Kenapa bertarung di sini? Banyak mahluk hidup tau! Dasar bodoh!" keluhnya.
Ia melayang, mendekati keduanya. Kemudian kedua tangannya terangkat. Deruan angin segera terdengar, dan malaikat serta iblis itu terhempas jauh.
"Ah sialan! Kau siapa coba?! Menganggu saja!" Orias melemparkan batu di depannya.
Dar!
Batu itu hancur berkeping-keping saat menabrak pelindung Axel.
"Iblis bodoh!" Alsera berseru. "Kau tak pernah mendengarkan orang tuamu berbicara ya?"
"Apa maksudmu?!" Orias merangsek maju. Melemparkan duri-duri tajam beracun pada Alsera yang lagi-lagi berhasil di tangkisnya.
"Kita memperebutkan suatu kekuatan bukan? Malaikat. Manusia dan iblis." Alsera melemparkan tali yang menangkap leher Orias dan mehempasnya.
Orias menabrak batu besar. Ia meringis. Darah menetes dari tangan kanan yang terjepit. "Sialan."
Orias merangsek maju. Tubuhnya melesat layaknya cahaya. Melepas pukulan hebat pada kedua lawannya.
"Cih." Axel terdorong mundur.
Alsera memutar-mutar jemarinya. Bola-bola cahaya miliknya segera terlempar ke segala arah.
Axel menggertakan giginya. Kedua tangannya terangkat. Ia melepas ribuan titik-titik cahaya yang menyilaukan.
Sesaat kedua lawannya mematung. Kekuatan Axel membekukan mereka.
Axel mengangkat kepalanya. Purnama diatas sana tertutupi kegelapan dengan cepat. Perlahan, seberkas cahaya muncul dihadapan mereka bertiga.
Membentuk sebuah ruang kubus yang menyebar, memenjarakan mereka bertiga dalam ruang hampa berhias bintang-bintang angkasa.
Wahai para petarung yang berada di garis takdir.
Silakan mulai pertarungan hebat kalian. Tujuan kalian penting. Namun, jangan lupakan jati diri.
Di tengah mereka sebuah persegi panjang muncul dari alas. Bergerak membentuk sebuah tempat yang berlapiskan semua warna, yang dipuncaknya terdapat sebuah pertama berwarna biru, sisi-sisinya dihias kegelapan. Namun, mengeluarkan cahaya putih terang.
Orias melebarkan sayapnya. Mulutnya berucap serangkaian mantra. Seharusnya tubuhnya pulih, tapi tidak.
"Kenapa tidak pulih sialan?!"
Tawa Alsera menggelegar. Tubuhnya berputar pelan membentuk rangkaian serangan yang membuat tubuh Orias terpental.
"Makanya jangan bodoh, Iblis. Sepertinya kau yang akan lenyap duluan." Alsera meletakan kedua kakinya. Kedua sudut bibirnya tertarik keatas.
"Ayo mati. Mahluk sombong."
Alsera mengembangkan sayapnya. Membiarkan bola-bola cahaya kembali terbentuk dan melesat cepat menuju Orias.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel, Human and Devil
FantasyMalaikat, Manusia dan Iblis terjebak dalam satu ruang ambisi yang sama. Memperebutkan dan menjaga sebuah hal yang berharga.