Axel melangkah keluar sekolah dengan cepat. Ini hari senin, dan dirinya harus buru-buru dan mempersiapkan dirinya untuk bekerja.
Ia berlari hingga keluar dari area sekolah dan melangkah menuju tempat yang jauh dari pandangan para murid. Saat ia tiba di tempat yang aman, ia meletakan tasnya di atas rumput dan duduk mengatur napas di sana.
Tangannya melepaskan seragamnya, kini seragamnnya telah berganti dengan sebuah kemeja berwarna biru yang biasanya ia kenakan ketika bekerja, ia melepaskan kacamata kesayangannya dan meletakannya didalam tempat yang aman.
Tangannya terangkat dan ia mengacak sedikit rambutnya. Diraihnya sebuah kamera digital dari dalam tasnya.
Axel menatap kameranya itu sesaat, lalu mengambil tasnya dan berjalan menuju sebuah tempat pemotretan tempat di mana ia bekerja. Tempat di mana ia merasa bebas dan menjadi dirinya sendiri.
Dirinya menatap sebuah gedung yang ada dihadapannya. Dengan senyuman yang lagi-lagi tercetak, ia melangkah masuk ke sana.
"Raditya! ada job buat lo nih," ujar seorang pria yang lebih tua empat tahun dari Axel. Pria itu menyerahkan selembar kertas pada Axel. Kertas yang berisi konsep yang diinginkan.
Axel mengangguk-ngangguk membacanya. "Model majalah Teen Story konsepnya seorang gadis sekolah yang merupakan nerd di sekolahnya? Benar itu Kak Sat?" tanya Axel memastikan.
"Yap! dan berada di studio empat, lantai dua," ujar pria--Satria lagi.
Axel kembali mengangguk dan segera beranjak ke sana. Langkahnya yang lebar serta lift membuatnya tiba dengan cepat.
Tok Tok Tok
"Selamat sore, Nona. Kenalkan saya Raditya, seorang photografer yang akan mengambil gambar untuk kepentingan cover majalah Teen Story," ujar Axel dengan sedikit membungkuk.
Gadis itu tersenyum lebar. "Kenalkan saya Alsera Faresta salah satu model majalah Teen Story. Salam kenal ya, Raditya atau kupanggil saja Axel?"
Mata Axel sontak melotot karenanya. Dirinya mendongak dan mendapati seorang gadis dengan mata abu yang melambaikan tangan kepadanya.
"Hai Axel! Gue baru tahu lo itu photografer," ujar Alsera dengan kekagumannya.
"Gue baru tahu lo itu model." Axel melirik sayap yang ada di belakang tubuh Alsera dengan tatapan ngeri. Ia menghela napas yang sangat panjang. "Malaikat kok kerja," celetuknya.
Alsera terkekeh. "Anggaplah ini hobi, dan lo kok kerja?" tanya Alsera balik.
"Hobi dan untuk mencari uang," Ia melemparkan tas sekolahnya ke sembarang tempat dan mulai mengutak-atik kamera digital di tangannya. "Oke kita mulai," ujarnya tegas.
"Baik, Raditya!" ledek Alsera.
Alsera mengikat kedua rambutnya, dan mengenakan kacamata baca dengan frame hitam. Axel menyipit sesaat, tangannya bergerak dan memberikan beberapa buku untuk Alsera.
Alsera berputar dihadapan cermin untuk melihat wujudnya. Jempol Axel terangkat menandakan dia sudah siap untuk pengambilan gambar.
Sesi pemotretan pun dimulai.
--00--
Axel menaruh kameranya di atas meja. "Sesi pemotretan selesai," ujarnya.
Senyuman Alsera tercetak karenanya. Ia mendudukan dirinya di atas sofa dengan wajah lelah.
"Nih." Axel menyodorkan sekaleng minuman bersoda kepada Alsera.
"Apaan nih?" tanya Alsera alisnya bertaut bingung.
"Racun," Mata Alsera melotot dibuatnya, "minumanlah, apa lo gak perlu minum?" ejek Axel.
Bibir Alsera mengerucut. Ia mengambil sekaleng minuman itu dan mengahabiskannya dalam sekali teguk. "Baik juga lo."
"Gue emang baik," ujarnya seraya meminum sekaleng minuman bersoda lainnya.
Alsera memutar bola mata malas. "Iya deh iya hmmm," gumamnya.
Sudut bibir Axel sedikit tertarik. Tangannya meraih kamera digital dan membuka satu persatu photo. Alsera merangkak ke arah Axel yang sedang memungunginya, ia mengangkat kepalanya demi melihat photo yang ada.
"Raditya, selanjutnya kau harus memo--" kata-katanya terpotong karena pemandangan dihadapannya.
Axel dan Alsera memandangi Satria dengan kening berkerut ada-apa-?
"--kalian tidak sedang memadu kasih, bukan?" lanjut Satria lagi.
Axel dan Alsera sama-sama terbatuk keras. "Nggak!" seru mereka berdua bersamaan.
Senyuman Satria tampak di wajahnya. Senyuman yang menandakan akan datang sebuah malapetaka ke dalam hidup Axel yang akan dibanjiri sejuta pertanyaan bertumpuk.
"Nah, ini sudah jadi." Axel menyerahkan kamera digitalnya untuk dilihat oleh Satria. Kemudian, dirinya berbalik kepada Alsera dan tersenyum. "Sesi photo telah selesai, silahkan kembali," ujarnya kepada Alsera.
Alsera mengangguk cepat. Ia segera memasuki ruang ganti dan menganti pakaiannya serta segala aksesoris yang ada. Ia kembali mengenakan sebuah kemeja putih yang merupakan atasan dari seragam sekolah dan sebuah rok berwarna hitam.
"Aku permisi, selamat siang," ujar Alsera dengan senyuman manisnya.
Satria mengangkat satu alisnya. "Buru-buru banget. Apa kehadiranku tidak diharapkan di sini?" tanya Satria yang hanya di balas dengan keheningan Axel dan Alsera.
"Aku permisi!" seru Alsera sekali lagi, dan ia langsung melangkah meninggalkan studio itu.
Axel bangkit dan melesat dengan langakh lebar menujur pintu. "jika kau ingin melihat hasilnya akan kukirimkan melalui email ya!" seru Axel yang di jawab anggukan oleh Alsera.
Axel mematung. Ia mengedip kala matanya kembali menatap sepasang sayap dipunggung Alsera. Gue hampir lupa, bahwa dia itu mahluk astral--eh salah malaikat maksudnya, batin Axel.
"Ehm." Satria berdeham.
Axel menoleh dengan alis terangkat satu.
"Dia cantik ya?" tanya Satria berbasa-basi.
"Ya, kalo dia nggak cantik ya nggak jadi model, Kak," jawab Axel sekenanya.
"Ck. Bukan itu maksudnya," keluh Satria yang gagal menggoda fotografer mudanya itu.
.
.
.
-To Be Continue-
Long time no see(?) Eh kapan terakhir kali Icha update ya? *amnesia* Nah ini update malam minggu, untuk menemani readers icha yang jomblo #dor tenang authornya juga jomblo kok *wink* kecuali .... ehm :v
6 Febuari 2016.
Dengan Imajinasi,
Ichaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel, Human and Devil
FantasyMalaikat, Manusia dan Iblis terjebak dalam satu ruang ambisi yang sama. Memperebutkan dan menjaga sebuah hal yang berharga.