16: Ann, kamu di mana?

542 61 4
                                    

Axel duduk diatas sofa rumahnya, hari ini dengan sangat terpaksa, ia meninggalkan pekerjaannya untuk menuruti kemauan si kecil. Duh kayak bapak beranak satu rasanya, batin Axel.

Saat Ann di dapur tengah membuatkan makan siang untuknya. Axel menyenderkan tubuhnya kepada bantalan sofa. Ia memandang atap rumahnya dengan berat. "Aduh, apa maksudnya sih?" 

Ia menghela napas panjang. Berpikir begitu lama tentang apa tanggung jawab yang sebenarnya ia tanggung sebagai seorang manusia biasa. Yah sebagai manusia biasa, Axel berharap begitu, tapi nyatanya tidak. 

"Tuan, makan siang siap," ujar Ann seraya membawa dua piring nasi goreng tanpa menyentuh piringnya sedikitpun. 

Ia meletakan satu piring itu di meja hadapan Axel. Kemudian ia duduk melayang dan berkata, "Makan, Tuan. Kau lapar 'kan? Aku juga akan makan." 

Axel mengangguk. Ia mengambil piring itu dan mulai melahapnya sendok demi sendok. "Em ... ini enak, kau hebat, Ann," kata Axel memuji. 

"Nyonya Nara yang mengajarkannya padaku," ujar Ann yang membuat pergerakan makan Axel terhenti. 

"Oh begitu ya, kau juga ada saat aku kecil? atau saat sebelum ada aku?" tanya Axel. 

Ann tersenyum. "Aku ada di keduanya, Tuan." 

Kening Axel berkerut. "Benarkah? Kenapa aku tidak mengingat pernah bertemu dirimu?" 

Ann mengangkat kedua bahunya, berkata tidak tahu dan kembali melanjutkan makannya.

"Ann, tanggung jawab yang kau maksud itu apa?" tanya Axel pelan.

Ann meletakan piring kosongnya diatas lantai. Ia menoleh pada Axel seraya memiringkan kepalanya ke kiri.

"Rahasia deh. Sekarang kita latihan ya?" ujarnya saat melihat piring Axel yang telah kosong.

Axel meneguk segelas air dan mengangguk. Ann menggerakan jari telunjuknya, membuat kedua piring kosong itu melayang ke dapur dan membersihkan diri mereka sendiri.

Sebenarnya jika Ann tidak menarik lengan Axel kuat menuju ruangan yang entah apa secara tiba-tiba, Ia mungkin saja berseru saat melihat piring kotor itu berbaris rapi, bersih di lemarinya sendiri. Menakjubkan. 

Kini, langkah kaki Axel bergerak cepat, menyesuaikan gerakan terbang Ann. Ann mengangkat tangan mungilnya, seberkas cahaya muncul dan merambat ke dinding. Dalam satu kedipan mata, dinding di hadapan mereka berubah. Menjadi sebuah pintu kayu yang nampak tua namun kokoh dengan ukira-ukiran aneh yang tak lazim. 

Axel terpaku melihatnya, otaknya seolah berhenti melihat hal tak kasat mata yang  semakin tak lazim dalam hidupnya. Ann menarik lengan Axel kuat, memaksa kedua kaki Axel berpijak, dan pintu tertutup. 

Putih. Ruangan putih polos tanpa apapun di dalamnya. Benar-benar putih. Axel menahan napas. Ann melepas genggamannya dan mulai terbang berputar dingkasa putih yang entah di mana ujungnya. Perlahan jubah yang pertama kali Axel lihat muncul. Menutupi tubuh kecilnya yang manis seperti anak kecil, kecuali wajah dan rambutnya. 

"Akhirnyaa! Aku bisa ke tempat ini lagii!" jerit Ann senang.

Axel diam. Benaknya tampak terlempat kepada suatu memori yang membuat kepalanya sakit. 

"Axel ayo keluar, Kamu nggak boleh ke sini lagi ya sayang."

"Axel gak ngerasa sakit kok, Pa!" 

"Axel! Kamu berdarah oke. Kamu sakit. Keluar sekarang." 

"Paa!" Huwaaaaa!" 

"Tuan?" suara Ann memecah lamunan Axel. 

"Ah, iya?" 

"Kenapa? Belum siap latihaan?" tanya Anna khawatir. 

Mahluk mungil itu terbang mendekat, tangan kecilnya menyentuh dahi Axel lembut. "Tuan sakit? Kok bisa? Seiinget Ann, Tuan itu gak bisa sakit." 

Axel menggeleng. "Aku tidak sakit. Ayo mulai latihannya, atau apalah itu." 

"Tuan yakin udah siap?" tanya Ann. 

Axel mengangguk mantap. Kedua sudut bibir Ann segera terangkat. Ia tidak tersenyum, rasanya berbeda, Ann menyeringai lebar sekali. 

"Aku Ann, akan melatihmu mulai dari sekarang." Tepat setelah Ann mengatakan itu, tudung jubahnya terangkat. Menutupi keseluruhan rambut bahkan wajahnya. 

Dar!

Kilat muncul dari atas kepala yang membuat Axel menunduk. Sekelilingnya menjadi gelap. Ann berjubah itu  menghilang. Axel terdiam. Ia memandang sekelilingnya dengan ngeri. 

"Latihan bagaiman sih ini? Ann nya malah menghilang pula." 

"Hihihi..." Suara tawa perempuan mengelitik indra pendengaran Axel. 

Axel menoleh ke kiri. Berusaha mencari sumber suara seram yang membuatnya merinding. 

"Hihihi ..." Suara tawa itu kini dari arah kanan. Axel kembali menoleh. 

"ANN?" Axel tidak sengaja meninggikan suara. Takut. 

Seberkas cahaya kembali muncul dari kegelapan. Kali ini Axel melihatnya. Sangat jelas. Cahaya itu berwarna biru seperti rambut Ann yang biru terseling putih. Cahaya itu semakin besar dan jelas. Langkah kaki Axel bergerak maju, menkati cahaya yag perlahan membentuk bayangan samar. 

"Ann? Kamu di sana?"

"Hihihi ...." Suara tawa itu lagi.

Axel berhenti melangkah. Rasa takutnya mulai menyebar. Dalam jarak kurang dari 1 meter, terdapat sesosok bayangan berambut panjang biru terang. Anehnya, disekeliling rambut itu ada cahaya cahaya putih yang bersinar. 

Masa sih dia ketombenya banyak banget? Sampe terbang-terbang gitu, batin Axel.

"Hihihi ...." Sosok itu nampak menyadari keberadaan Axel. Perlahan kepalanya berputar hingga membentuk 360 derajat, lurus menatap Axel tanpa membalikan badan. 

Sosok itu tertawa lagi. Mulutnya terbuka lebar sekali, menampilkan deretan gigi runcingnya. Rambut-rambut panjangnya naik ke atas, seolah siap meraih sesuatu. Cahaya titik putih yang ada di sekitar rambutnya perlahan maju, berusaha mendekat pada Axel.

"AKKKKHHH!" Axel berbalik. Ia segera berlari tunggang langgang, sampai terjatuh beberapa kali. 

"AKU HANYA MANUSIA BIAASAAA KAANN! ANNN! KAMU DI MANAA?!" jerit Axel tak tertahan.

.

.

.

TBC, 25 Febuari 2017.
A/N: Cuma bisa bilang .... YEAY AKHIRNYA BISA UPDATEE /tebar bunga/ :')

Angel, Human and DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang