24 : Kelabu Biru

565 61 12
                                    

Axel tersenyum kala Alsera terkena jebakannya. Tubuh malaikat itu bergerak kasar berusaha melepaskan diri.

"Xel! Kau jahat sekali!" Alsera menatap Axel nanar. Ia kecewa pada dirinya lambang kebaikan yang malah membuat Axel seperti ini. Kejam.

"Bukan kau yang membuatku seperti ini. Tapi takdir." Axel menyahuti pikiran Alsera yang terbaca.

"Aahahah. Benar juga." Alsera tertawa getir. Tubuhnya terasa kaku. Sakit, seperti ada ribuan jarum yang menusuk tubuh mungilnya. Sayap kebanggannya saja sudah tak terasa.

"Jadi kekuatan ini milikmu?" Alsera bertanya.

Axel diam.

"Xel? Kekuatan yang telah ada ini, yang menyerap kekuatan iblis (yang kalah) dan malaikat (yang akan kalah) untukmu dan kaum manusia?!" Suara Alsera meninggi kesal. Ia merasa bodoh mengiyakan logikanya tadi.

Axel diam.

"Xe ... el?" Alsera bertanya ditengah napas terakhirnya. Ia menahan sakit. Ia tak ingin meringis saat ini. Ia mau Axel menjawab pertanyaannya.

"Bukan." Axel berjongkok. Menatap Alsera lekat-lekat.

"La---akh!" Alsera menjerit. Rasa sakitnya luar biasa. Tiga detik, ia berubah menjadi cahaya putih yang terhisap pula oleh permata.

"Karena aku akan mati, dengan tanganku sendiri." Axel tersenyum getir. "Yah bagaimanapun aku akan mati hari ini. Seperti kata Ann."

"Tuan harus mendapatkan kekuatan itu untuk kedamaian dunia. Kedamaian tiga mahluk. Yang baik yakni malaikat. Yang jahat yakni iblis dan yang dipengaruhi keduanya yakni manusia."

Ann berhenti. Ia mendekatkan dirinya ke telinga Axel berkata lembut selayaknya seorang Ibu yang menitipkan pesan pada putranya yang akan mengembara.

"dan ketika tuan menang. Ketika kekuatan itu ada di dekapan tuan sendiri. Tuan harus mati untuk umat manusia. Permata itu pusat kestabilan tiga dunia dan ia akan stabil, jika ada komponen dari masing-masing dunia.

Yakni dari heaven malaikat, dari hell iblis, serta dari dunia manusia manusia itu sendiri."

Axel menunduk. Membiarkan air matanya luruh tak tertahan. Ia menangis dan tertawa hari ini, takut dan berani hari ini, hidup dan mati hari ini.

Ia merentangkan tangannya. Jubahnya tanggal. Senyumnya mengembang. Perlahan tubuhnya berubah menjadi cahaya-cahaya biru yang indah dipandang mata. Kemudian berbaur lenyap sempurna terhisap permata.

Perlahan cahaya purnama kembali menyinari bumi serta tiga dunia di dalamnya. Entah yang diatas, di permukaan ataupun diperut bumi.

Gerhana selesai. Ruang kubus penjara kekuatan itu tertutup dan ia menyimpan kekuatan besar itu sampai periode berikutnya yang entah ada lagi atau tidak tergantung bagaimana takdir mempermainkannya.

.

.

.

--THE END--
23 Juli 2017

A/N: SENENG BANGET BISA NULIS THE END DI CERITA INI HUWAKS! *tebar* Makasih kepada kalian yang udah baca apalagi setia nungguin karya ini yang updatenya beramtakan banget. Makasih banyak. Kalian baik sekali *peluk satu satu* ah ya masih ada epilog sih! Tunggu minggu depan yah! Hehehe ^^

Angel, Human and DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang