Senyuman terukir lebar. Ia duduk berpangku tangan menyaksikan anak laki-laki yang tengah berlari-lari. Manis sekali, ujarnya.
Rambut putih di sela biru becahaya terang menyala. Jemarinya bergerak-gerak tak sabar. Gadis yang tampak berperawakan 17 tahun itu gemas melihat Tuannya penakut sekali.
"Lucunya!"
***
Langkah kaki Axel masih senantiasa berlari. Meski perlahan gerakannya semakin pelan dan helai rambut dari mahluk mengerikan itu memanjang terus mencoba meraih-raih Axel.
Mahluk itu tidak berbicara sama sekali, hanya kekehannya yang mengerikan sesekali terdengar lepas ke udara. Semakin membuat Axel bergindik ngeri.
"Hah ... Hah ...." Napas Axel semakin berat. Ia kelelahan, tapi kondisi tak memungkinan untuk dia bersantai-santai sekarang.
Rambut mahluk itu terus mencoba meraih-raih Axel.
"Hihihi."
Satu rambut birunya melesat cepat ke arah Axel. Secara refleks Axel menghindari ke kiri dari serangan.
"Akkh!" jeritnya kesal.
Langkah kakinya yang melemas harus ia paksa berlari lebih cepat lagi. Namun, serangan kedua datang lebih cepat. Rambut panjang mahluk itu melesat lagi dan Axel tidak sempat menghindar.
Bruk!
Axel jatuh terdorong mahluk itu. "Ugh."
Perut dan wajahnya terasa perih karena bergesekan dengan dasar hitam tanpa ujung. Axel dapat merasakan mahluk itu semakin mendekat. Helaian rambut panjangnya ada di sekeliling tubuh Axel siap menyerang entah bagaimana eksekusinya nanti.
Ruangan ini hampa sekali. Tidak ada alat apapun yang bisa digunakan menjadi serangan layaknya di film-film. Harapan Axel pupus sudah. Apa yang bisa dia lakukan sebagai manusia?
Apa istimewanya Axel?
Bukankah dia hanya bisa melihat yang lain dari manusia normal?
Tidak ada yang lebih 'kan.Helaian rambut itu serentak menraih tubuh Axel. Mengangkat tubuhnya, dan meraih erat lehernya. Mahluk itu tertawa lagi, setelahnya helai rambutnya mengcengkram leher Axel kuat sekali.
Axel berusaha berontak. Ia bergerak-gerak di dalam kumpulan helai rambut biru pajang mahluk ini. Napasnya mulai habis. Ditambah emosinya yang semakin meninggi karena panik.
Axel menjerit tanpa suara. Tepatnya tidak ada suara lagi yang mampu keluar dari mulutnya.
Apa aku akan mati seperti ini?
Bagaimana dengan Ayah dan Ibu?
Bagaimana sekolahku? Kak Sat? Semuannya? Berakhir bergitu saja?
Latihan ini untuk membunuhku?Mata Axel berat sekali. Namun, masih dapat terlihat jelas mulut mahluk itu terbuka, menampilkan deretan giginya yang runcing seolah siap menerkam Axel saat ini juga.
Napasnya satu-satu. Kedua tangannya pun telah jatuh lunglai lemas di kedua sisi tubuhnya. Tak bertenanga lagi.
Matanya terpejam sempurna.
"Tya," panggil laki-laki yang selalu membuat Axel kecil tertawa.
Axel kecil tidak membalas ucapannya, namun ia memiringkan kepalanya sedikit ke kiri menatap laki-laki itu dengan penuh tanya.
"Papa ada pesan, mumpung ada waktu." Laki-laki itu berhenti sebentar. Ia mendekat pada Axel kecil dan menggendongnya naik.
"Jika kamu dalam bahaya sekali, coba bayangkan hal apapun untuk kau mainkan dengan bahaya itu."
Axel kecil tidak menjawab. Ia bingung.
Axel membuka kelopak matanya dengan sekuat tenaga. Ia membayangkan sebuah gunting besar yang akan memotong semua helai rambut mahluk itu. Tanpa ia sadari mulutnya bergerak-gerak menggumamkan sesuatu.
Sret!
Sebuah gunting ukuran besar mucul dan memotong semua rambut yang mengikat tubuh Axel. Axel refleks menyeimbangkan tubuhnya agar tidak tebentur lagi.
Gunting itu berputar sebelum tiba ditangan Axel dan menghilang begitu saja. Axel mematung. Heran dengan apa yang baru saja terjadi, larut dalam pikirannya sendiri.
Sementara mahluk mengerikan itu menggeram marah. Helai rambutnya beregenerasi dengan cepat. Bersiap meraih Axel kedua kalinya.
Axek refleks melompat beberapa kali. Ia dengan cekatan menghindari sulur-sulur rambut mahluk itu. Kali ini tampaknya rasa percaya dirinya tumbuh perlahan. Mahluk itu menggeram lagi. Ia tidak ingin kalah dari mangsanya yang lemah.
Mahluk itu berhenti, dan Axel pun berhenti. Menatap mahluk itu yang rambutnya naik ke atas seluruhnya. Cahaya memancar terang sekali. Dia tampak mengisi tenaganya untuk melakukan serangan besar.
Axel tetap diam, memandangi.
Segeralah sebuah cahaya biru berpendar cepat membuat tubuh Axel terhempas. Kali ini, Axel mebayangkan sayap--ah bukan--ia membayangkan sesuatu yang bisa membuatnya terbang.
Tanpa Axel sadar perlahan tubuhnya terbalut cahaya biru langit yang terang sekali. Cahaya itu membentuk sebuah jubah berwarna biru dengan titik-titik putih terang sebagai motifnya.
Axel pun melayang diudara. Mahluk itu berteriak kaget. Axel menatap mahluk itu dengan tatapan datar. Ia menggerakan tangannya ke kiri, membuat mahluk itu terlempar ke sana dan menyentuh dinding.
Bruk!
Cahaya biru tampak menyebar cepat dari titik dimana mahluk itu jatuh. Membongkar bahwa sebenarnya mereka ada dalam satu ruangan kubus dengan seorang gadis berperawakan 17 tahun yang menatap segalanya.
"Kyaak! Tuan!" Gadis itu melompat dan menerobos dinding ruangan.
Ia berlutut dihadapan Axel yang melayang. Lengkung garis senyumannya tak surut, menyaksikan penampilan tuannya yang sesungguhnya.
"Kau itu Ann?" Axel menurunkan tubuhnya.
"Ya, Tuan," jawab Ann tanpa mengangkat kepalanya.
"Angkat kepalamu, Ann." Axel menggaruk tenguknya. Ia tidak tahu harus bersikap bagaimana.
Kepala Ann terangkat, tampilah kedua sorot mata Ann yang berbinar-binar menatap Tuanya secara lekat--yang mana membuat Axel semakin tidak nyaman--selama beberapa saat. Axel pun demikian, Ia terkejut melihat tampilan Ann yang berbeda dari sebelumnya.
"Wah Ann," ujar Axel yang membuat Ann semakin memusatkan perhatiannya.
Apa Tuan akan bilang aku cantik? Kayak pas Tuan Axel masih kecil? batin Ann senang.
Axel tersenyum lebar. "Kalau kayak gini 'kan aku nggak kayak bapak beranak satu Ann! Kenapa baru sekarang gini sih?" lanjut Axel.
" ... oh." Ann menundukan kepalanya, menggerakan tangannya dan mengubah rupanya menjadi anak kecil.
"Tuan jahat huwa!" jeritnya kesal.
"E-eh?" Axel menurunkan ketingiannya seraya menatap Ann dengan bingung.
Mengapa Ann kecil dewasa? Sedangkan Ann dewasa malah kekanak-kanakan? batin Axel bertanyata.
.
.
.
To Be Continue
Minggu, 9 April 2017.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel, Human and Devil
FantasyMalaikat, Manusia dan Iblis terjebak dalam satu ruang ambisi yang sama. Memperebutkan dan menjaga sebuah hal yang berharga.