4

133 13 1
                                    


"Jadi? Dia yang membawamu ke ruang UKS? So sweet~. Andai aku yang ada di posisimu." ujar Caca dengan mata berbinar.

"Silahkan, jika kita bisa bertukar, pasti aku ingin bertukar. But, don't forget. You have a boyfriend." ungkapku.

"Hahahahahaha ayolah, kau sudah tahu sifatku vi."

"Yayayayaya."

"By the way, maksud Ello bilang 'ra' apaan ya?" tanya Caca.

Aku hanya diam, membenarkan setiap inchi pertanyaan Caca. Benar, aku tidak tahu arti panggilan pria itu, maksudku untuk apa dia manggilku dengan sebutan 'ra' padahal kita belum pernah berkenalan secara resmi tentunya. Tapi setahuku, jika kita berkenalan pun pasti dia akan memanggilku Vio seperti yang lainnya.

Aku hanya mengendikan bahu dan membuat ekspresi 'aku juga tidak tahu' pada Caca.


Bel masuk pun berbunyi.

*******************

"Sekarang ibu ingin memberitahukan kepada kalian, kalau akhir pekan minggu ini akan ada pentas seni sekolah dan ibu akan mengundang orang tua kalian. Setiap siswa dan siswi harus menampilkan penampilan terbaiknya diatas panggung. Penampilan tersebut wajib untuk setiap siswa karna akan ibu nilai dan ibu kategorikan sebagai ulangan harian Seni Budaya kalian." jelas bu Nindya.

"Bu, penampilan seperti apa yang kita tampilkan nanti? Apa boleh kita memilih antara seni rupa, seni musik, seni teater, seni tari?" tanya Rama, sang ketua kelas.

"Pertanyaan bagus, Rama. Ya, kalian boleh memilih penampilan dari segi seni apapun, sesuai minat dan bakat kalian. Tapi ibu harap kalian siapkan semaksimal mungkin." jawab bu Nindya.

"Bu, penampilannya untuk individu atau boleh berkelompok?" tanya Rendi.

"Soal itu, ibu serahkan pada kalian. Kalian boleh menampilkan secara individu ataupun kelompok. Ada yang ingin bertanya lagi? (jeda) Baiklah kalau begitu sampai disini pelajaran kali ini, ibu harap kalian menampilkan penampilan terbaik kalian. Oke, sampai bertemu di pentas seni sekolah. Selamat siang." ucap bu Nindya.

"Siang bu." serentak siswa/i.

Bel istirahat pun berbunyi.

Siswa dan siswi masih berdiskusi penampilan apa yang akan mereka tampilkan. Aku memperhatikan sekitar. Ada yang heboh ingin menampilkan bagian seni teater. Ada yang sudah memukul mukul meja karna ingin mengambil bagian seni musik. Ada yang sedang mengonsep produk yang ingin dibuat karna mengambil bagian seni rupa. Ada yang melenggokan tangan memperagakan konsep tarian karna mengambil bagian seni tari.

Sepertinya Caca akan mengambil bagian seni tari karna dia memang mempunyai bakat menari.

Aku berjalan keluar kelas karna memang ini sudah jam istirahat. Seperti biasa, aku pergi ke taman belakang sekolah. Sebenarnya aku bingung akan menampilkan apa nanti. Tapi berhubung penampilan ini akan dikategorikan sebagai nilai ulangan harian, sepertinya aku akan mengambil bagian seni musik. Bukan karna aku berbakat di bagian seni musik, tapi aku tidak terlalu berbakat dengan tiga bagian seni yang lain. Aku juga hanya bisa memainkan gitarku.

Ku susuri koridor sambil menenteng tas gitarku. Untung saja, koridor ini masih sepi. Ku lirik lorong menuju taman belakang. Tidak ada siapa-siapa. Ku lanjutkan perjalananku.

Aku mulai memainkan gitarku. Menentukan nada-nada yang sesuai untuk penampilanku. Sepertinya aku akan menampilkan melodi saja. Mungkin instrumen Depapepe - Kitto Mata Itsuka akan aku mainkan. Sebenarnya harus dua orang yang memainkannya, tapi yasudahlah, aku akan coba memainkannya sendiri.

Violyn's GuitarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang