Sore ini aku membantu Bunda membungkus hadiah yang nanti akan dijadikan bahan seserahan pernikahan kak Babas. Mulai dari peralatan rumah tangga sampai baju tidur tersusun rapih di meja. Aku tak habis pikir, barang-barang sebanyak ini apa muat di rumah baru kak Babas nanti. Eh, aku belum lihat rumah baru kak Babas sih, hehehe.
Badanku sudah pegal karena duduk dilantai selama 5 jam. Tak berdiri sedetikpun sejak tadi pagi. Banyak orang yang lalu lalang di ruang tamu. Mulai dari tante Meta yang mengirimkan produk kecantikan sebagai hadiah, sampai kurir pengiriman barang lokal pun datang. Untung saja bukan kurir pengiriman barang dari Andromeda. Loh, kok jadi ingat Ello lagi?
"Buuuunn... Aku lelah. Ke kamar ya?" rengekku.
Bunda yang masih sibuk menata barang untuk seserahan, tak menjawab celotehanku. Aku mendengus sebal.
"Bundaaaa.. Aku mau ke kamar ya." rengekku lagi dengan intonasi yang lebih keras. Tapi sayangnya Bunda masih saja mengabaikanku.
"Bundaaaaaaaaaaaaa yang cantik dan baik hatiiiii, aku mau ke kamar boleh yaa.."
"Iya iya, sana hati-hati aja, pake helm." jawab Bunda sekenanya. Aku mengernyit bingung.
"Apaan deh Bunda, aku kan cuma mau ke kamar bukan keluar rumah."
Bunda melongo, lalu tertawa sejenak karena kesalahpahamannya. Aku yang sudah lelah beranjak dari ruang keluarga menuju kamarku. Beberapa anak tangga kulewati dengan enggan. Sungguh, begitu repotnya hari-hari menjelang pernikahan kak Babas. Tak salahkan, jika aku merasa lelah?
Tuas pintu ku tarik dan kakiku langsung menyeret tubuhku masuk ke dalam. Ku tutup pintunya lagi, lalu menguncinya. Ku baringkan tubuh ini di tumpukan busa yang menjadi tempat tidurku. Pegal, leherku pegal. Serius deh. Aku butuh sesuatu yg hangat. Balsem.
Dengan enggan, aku bangun lalu mencari balsem di meja belajarku. Setelah menemukannya, ku oleskan ke beberapa titik yang kurasa pegal. Menit pertama masih biasa saja, tapi dimenit selanjutnya rasa panas itu muncul. Serasa di pijit deh, hehehe.
Setelah kuletakan balsemnya ketempat semula, mataku tak sengaja terfokus ke bingkisan yang Ello pernah berikan. Bukan, tapi mamang kurir antar galaksi katanya. Bingkisan berwarna coklat muda. Ya, pembungkusnya itu kertas sampul buku.
Berbagai pertanyaan mendesakku untuk membuka bingkisan itu. Aneh memang. Padahal sudah lama aku ingin membukanya. Tapi sampai sekarang pun masih belum terealisasi.
Akhirnya aku menyerah dengan egoku. Aku terlalu merindukannya.
Ku lepaskan perekat yang menempel pada kertas coklat itu. Satu demi satu perekat terlepas dan aku mulai melepaskan balutan kertas pada kotak itu.
Sebuah kardus kecil? Ku buka perlakan penutup atasnya dan mulai memeriksa isinya. Sebuah syal berwarna abu-abu dengan foto di atasnya.
Mataku mengerjap berkali-kali. Apa ini tidak salah? Sebuah foto yang di dalamnya terdapat dua anak kecil yang sedang bermain ukulele kecil. Aku yakin betul kalau salah satu di gambar itu aku dan yang pasti anak kecil yang disebelahku itu adva! Ya itu Adva, gadis kecil yang tomboy yang selalu pakai topi. Aku tak tahu kenapa di gambar ini ia tak pakai topi, mungkin saat itu ia kehilangan topinya lagi. Karena sering sekali ia berganti topi karna hilang.
Sungguh aku rindu Adva.Tapi pertanyaanku sekarang, kenapa foto ini dikirim, dan siapa pengirimnya?
Ku cari tanda-tanda pesan yang tertera pada kotak itu, tapi nihil hasilnya. Aku benar-benar penasaran dengan pengirimnya. Jika ini memang Adva yang kirimkan, maka aku harus tau dia dimana. Kenapa waktu itu Ello main terima aja sih, kan bisa dicek dulu paketnya dan tanya dulu siapa pengirimnya. Aku jadi sebal, tapi juga rindu padanya.
Melihat foto ini aku jadi bernostalgia. Aku jadi teringat, dulu aku sering sekali minta di foto, tapi Adva selalu memalingkan wajahnya saat difoto. Sepertinya aku punya satu foto Adva yang ku simpan.
Ku cari foto itu di kardus kecil tempat barang-barang masa kecilku. Banyak barang yang lucu, seperti kotak musik dan gitar kecil pertama pemberian almarhum kakekku.
Viola!
Aku menemukannya, dan dalam foto ini Adva masih saja tak menampakan wajahnya. Aku jadi penasaran bagaimana wajah imutnya itu sekarang.Pikiranku menerawang. Sekejap saja memori itu terkenang.
"Hey, what do you do in first time when you know that you aren't child anymore?" tanya ku saat kami merebahkan diri diatas rumput hijau belakang rumahku.
"I don't know. I just wanna stay here with you, sister." jawab Adva. Tangannya yang kecil ku tarik ke atas. Ku harap kita bisa menggapai langit dan mengetahui masa depan.
"You must have a dream. I think you will be the coolest person." Ku cubit pipi kirinya. Ia meringis kesakitan, lalu mengusapnya pelan.
"And you will be the scariest person for people. Hahahahaha" Ia tertawa keras dan berdiri menghindariku yang sudah memasang tanduk.
"I will punch you!!!! Come here!!!! Let me catch you !"
Adva berlari kencang meninggalkanku di tempat itu. Aku mencoba berdiri dan bersiap berlari mengejarnya.
Piip.... Piip... Piip....
Bunyi ponselku membuyarkan lamunanku. Ku ambil ponselku cepat, kemudian membaca nya. Nomor baru ? Nomor siapa ini?
Fr : +62 859 9987 ****
Hi, Ra.
Sudah Merindukanku? Ada yang mau aku katakan padamu. Bisa kita bertemu di taman komplekmu? Besok malam, jam 8.
E
Deg.
Ello? Aku bermimpi atau ini benar benar Ello? Jantungku berdegup kencang tapi aku tak bisa mengontrol pikiranku. Jika ini benar benar Ello, ekspresi apa yang harus aku tunjukan? Marah kah, atau malah senang. Aku tidak tahu serius ! So complicated feeling.
.
.
.
TBC
Hi !
Lama tak jumpa hehehehe. Iya tau, ini pendek pake banget. Ini tulisan berbulan-bulan lalu, sumpah. Belum ke posting aja. Tadinya mau dipanjangin kayak biasa. Tapi gak tau kenapa malah ga dapet feel nya. Jadi di akhiri saja sesuai apa yang sebelumnya ku tulis. Sorry banget udah gantungin cerita ini. Aku orang yang menyibukan diri dengan hal-hal (yang semoga) bermanfaat di kampus. Jadi agak menyita waktu. Ditambah tugasku banyak sekali semenjak kuliah :"))) FYI, malah tadinya cerita ini mau aku apus. Tapi setelah ku pikir lagi, agak egois sih, aku juga ga suka udah baca panjang-panjang tapi tbtb diapus kan bikin penasaran akhirnya gimana:(( wkwkwkwk Jadi aku berusaha banget nih buat baca ulang cerita ini dan mikir lagi kejadian-kejadian yang harusnya terjadi. Biar kena gitu feel nya.
Nanti update lagi In Shaa Allah bakal banyak yak, doain aja wkwkwk
As soon as possible kok tenang aja, karena ini liburan kuliah jadi agak ada waktu senggang dikit wkwkwk. Udah ya, ku tahu, kalian pasti berpikiran "banyak cingcong nih orang" wkwkwk. Bye !!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Violyn's Guitar
Teen FictionViolyn Alveera Lacerta. Nama yang indah sekaligus aneh bagiku. Entahlah, mengapa ayah memberiku nama itu. Violyn? Violin? Biola? Ah, bahkan sampai sekarang aku belum bisa memainkannya. Jangankan memainkannya, menyentuhnya pun sudah sejak lama tak ku...