Part 5 - Menikah

13.6K 513 22
                                    

*

Khanza POV.

"Saya terima nikah dan kawinnya Areyna Khanza Aurynamorra dengan mas kawin...."

Samar-samar aku mendengar kak Sakti mengucapkan ijab diluar sedangkan aku ditahan dikamar.
Aku meneteskan air mata sesaat setelah ucapan SAH menggema diseluruh ruangan ijab.
Saat ini, hari ini, detik ini juga, aku sudah menjadi istri seorang pilot dingin yang tak lain dan tak bukan adalah kakakku. Kakak ku sendiri!

Aku tersentak saat kamar ku dibuka dan bunda datang sambil tersenyum.

"Acara nya berlangsung dengan baik, sayang. Sakti sangat lancar mengucapkan ijab-nya. Ayo kita keluar, mereka sudah menunggumu"ajak bunda. Aku hanya mengangguk dan keluar bersamanya.

Bunda menuntun ku sambil menggandeng tanganku ke tempat kak Sakti mengucapkan ijab. Aku duduk disamping kak Sakti dan mendengarkan penghulu memberikan beberapa kata pengantar. Setelahnya aku disuruh mencium tangan kak Sakti dan aku melaksanakannya. Tak ada senyuman, tak ada tatapan cinta, dan tak ada ciuman dikening seperti para pengantin lainnya. Aku hanya menghembuskan napas pasrah, pasrah karena aku hanyalah istri statusnya, bukan istri sesungguhnya.

Pesta terus berlangsung sampai larut malam. Resepsi diadakan malam ini karena besok bunda dan ayah harus melakukan penerbangan ke Batam untuk memenuhi undangan dari rekan kerja ayah. Aku hanya mengangguk memahami setiap penjelasan ayah karena aku juga tak mengharapkan pesta pernikahan yang megah. Cukup lancar ijabnya dan sah hukumnya.

Aku memasuki kamar yang disiapkan karena saat ini kami sedang berada di hotel. Ya, resepsi memang dilaksanakan di hotel.
Aku melangkahkan kaki menelusuri kamar ini dan duduk di ranjang berukuran King Size yang terbentang menghadap ke kaca yang menampilkan air mancur di luarnya.
Aku menghembuskan napas berat saat menyadari bahwa disini tak ada siapapun. Tak ada suamiku yang seharusnya menemaniku disaat malam pertama kami menjadi suami-istri. Aku tak bermimpi dia akan meminta hak nya kepadaku karena sebenarnya aku juga belum siap. Namun apakah wajar jika dia meninggalkan istrinya dimalam pertama peresmian pernikahan mereka?

Aku menggelengkan kepala mengusir semua pikiran bodoh yang bercokol dikepalaku. Aku melepaskan segala aksesoris yang melekat di kepalaku. Mataku mengembun dan semakin lama semakin panas lalu jatuhlah butiran bening itu untuk kesekian kalinya. Aku tidak menangis karena ditinggal olehnya, tapi aku menangis kenapa aku yang harus menerimanya?

Aku kembali melepaskan sanggul yang tadi ku pakai. Memang terasa sedikit susah namun aku terus mencoba melepaskannya. Aku menariknya kasar sampai rambutku sakit sendiri dan akhirnya sanggul sialan itu tanggal.
Tak ada adegan suami yang membantu istrinya melepaskan aksesorisnya.
Tak ada adegan suami yang memeluk istrinya dari belakang saat memasuki kamar pengantin.
Tak ada panggilan sayang yang keluar dari mulut suaminya saat istrinya kesusahan.
Yang ada hanya kepedihan yang ditinggalkan suaminya saat pertama dia menjadi seorang istri.

Betapa malangnya aku, menjadi milikmu... Batinku pasrah.

Aku melangkahkan kakiku menuju kamar mandi dan mulai berendam air hangat di bathub hotel ini.
Rasanya tubuhku seperti di pijat dan relax seketika. Dan untuk beberapa saat, aku bisa mengatasi kepedihan hatiku.




-



Sakti POV.



Akhirnya.. Akhirnya acara memuakkan ini selesai juga. Aku pikir aku akan berdiri lebih lama lagi sambil memasang senyum paksa kepada setiap tamu.
Ayah memang menyebalkan! Tidak kah dia tahu bahwa kaki ku sudah kesemutan berdiri sejak tadi? Dan apakah tanggapan para kolega nya saat mereka tahu bahwa anak lelaki Greedy akan menikah dengan putri bungsu Greedy. Ataukah ayah sudah mengumumkan bahwa Khanza bukanlah anak kandungnya?

Main HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang